Perubahan Iklim Disebut Penyebab Kiamat Serangga?

Serangga memiliki peran yang sangat vital dalam tatanan hidup manusia dan rantai makanan.

Dinar Surya Oktarini

Posted: Minggu, 07 Juni 2020 | 19:30 WIB
Ilustrasi serangga. (Pixabay/ BubbleJuice)

Ilustrasi serangga. (Pixabay/ BubbleJuice)

Hitekno.com - Sebanyak 20 persen dari 5,5 juta serangga yang tersebar di seluruh dunia yang berhasil teridentifikasi. Sementara 80 persen dari populasi tersebut jumlahnya kian berkurang.

Berdasarkan laporan Caspar Hallman dari Radboud University, Belanda, pada 2017, populasi serangga terbang di cagar alam Jerman menurun lebih dari 75 persen selama 27 tahun terakhir.

Padahal menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serangga memiliki peran yang sangat vital dalam tatanan hidup manusia dan rantai makanan. Pasalnya, spesies dengan nama latin Insecta ini merupakan penyerbuk, pengontrol hama, pengelola limbah, dan pengurai jasad.

“Jadi bayangkan jika serangga punah akan banyak jasad yang menumpuk dan tidak terurai," terang Djunijanti Peggie, peneliti bidang Entomologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, sebagaimana dikutip dari laman resmi LIPI, Minggu (7/6/2020).

Peggie melanjutkan, penurunan jumlah populasi serangga ini dipengaruhi banyak faktor, namun penyebab utama berasal dari alih fungsi lahan, perubahan iklim, penggunaan pestisida dan pupuk sintetis, hingga adanya faktor biologis termasuk patogen dan spesies invasif.

Agar bisa teridentifikasi, LIPI saat ini sedang berpacu dengan waktu untuk melakukan upaya pendataan serangga dengan melibatkan berbagai pihak.

“Kami juga mendapatkan dana dari Global Biodiversity Information Facility untuk melakukan pendataan dan digitalisasi spesimen kupu-kupu,” imbuh Peggie.

Ilustrasi serangga. (Pixabay/BubbleJuice)
Ilustrasi serangga. (Pixabay/BubbleJuice)

Tak hanya itu LIPI juga membuka kesempatan kepada publik untuk mengkontribusikan spesies yang telah ditemukan.

“Masyarakat dapat mengirimkan koleksi dalam bentuk foto spesies dengan melengkapi data tempat dan waktu ditemukan. Koleksi tersebut dapat menjadi data observasi, salah satunya dalam InaBIF,” lanjutnya.

Secara terpisah, Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Cahyo Rahmadi menyatakan bahwa pendataan serangga adalah upaya LIPI untuk melengkapi data keanekaragaman hayati. Nantinya, data yang terkumpul akan menjadi salah satu dasar untuk menyatakan status kepunahan.

Baca Juga: Dokter Temukan Kabel Charger di Kandung Kemih Seorang Lelaki, Kok Bisa?

“Negara maju sudah memiliki perbandingan data serangga dari tahun ke tahun. Sedangkan di Indonesia baru sebatas memiliki koleksi spesimen. Inilah yang dianggap sebagai kondisi kritis eksistensi serangga,” tutup Cahyo.(Suara.com/Tivan Rahmat)

Berita Terkait Berita Terkini

Ahli kimia memaparkan bahayanya menggunakan gas air mata yang sudah kedaluwarsa....

sains | 11:17 WIB

Sejumlah fakta tentang paus orca atau paus pembunuh....

sains | 17:31 WIB

Jika kalian melihat 9 makhluk di atas untuk segera menjauh dan segera keluar dari air untuk menyelamatkan diri dari sera...

sains | 15:06 WIB

Venus dan Jupiter akan terlihat saling berdekatan pada 12 Agustus 2025....

sains | 12:23 WIB

Eksoplanet masif ditemukan mengorbit berlawanan arah dalam sistem bintang ganda, menantang model pembentukan planet dan ...

sains | 09:00 WIB