Ilmuwan Ciptakan Cokelat yang Bisa Berkilau, Aman untuk Dimakan!

Cokelat ini bisa memancarkan efek mirip pelangi.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta
Jum'at, 29 Mei 2020 | 16:00 WIB
Cokelat yang berkilau ini diklaim dapat dimakan dengan aman. (YouTube/ ETH Zurich)

Cokelat yang berkilau ini diklaim dapat dimakan dengan aman. (YouTube/ ETH Zurich)

Hitekno.com - Sesuatu yang berkilau biasanya sangat menarik untuk dipandang atau mungkin dimakan. Seorang peneliti dan juga pendiri perusahaan keamanan internet memukau netizen dengan menunjukkan hasil akhir mengenai cokelat yang bisa berkilau.

Cokelat tersebut menampakkan efek yang dinamakan sebagai Iridescence atau sering dikenal sebagai goniochromism.

Iridescence merupakan sebuah fenomena di mana permukaan tertentu secara bertahap berubah warna ketika sudut pandang atau sudut iluminasi berubah.

Baca Juga: Bentuk Koloni di Mars, Ilmuwan Berencana Mengubah DNA Manusia

Keberadaan cokelat berkilau ini bermula dari peneliti asal Universitas Teknik Konfederasi Zürich (ETH Zürich) yang bereskperimen pada cokelat berkilau.

Pada akhir Desember 2019, peneliti dari ETH Zurich, Swiss berhasil menciptakan kubus cokelat berkilau yang menampakkan efek pelangi.

Cara membuat cokelat agar berkilau viral di Twitter. (Twitter/ @samykamkar)
Cara membuat cokelat agar berkilau viral di Twitter. (Twitter/ @samykamkar)

Output yang sama dilakukan oleh Samy Kamkar, pendiri perusahaan keamanan internet Openpath.

Baca Juga: Ilmuwan Pecahkan Misteri Galaksi X, Begini Proses Terbentuknya

Samy Kamkar bahkan mengunggah cara yang diklaim "lebih mudah" melalui Twitter.

Postingan yang dibagikan viral di Twitter setelah mendapatkan lebih dari 9.500 Retweet dan 50 ribu Like.

"Siapa pun bisa melakukan ini di rumah. Tidak ada lapisan khusus. Tidak ada bahan khusus. Ini adalah tekstur permukaan dari cokelat itu sendiri yang memproduksinya," kata Samy Kamkar kepada New York Post.

Baca Juga: Gabut di Dalam Rumah, Wanita Ini Makan Cokelat Chip Pakai Meteran

Langkah pertama yang dilakukan Kamkar adalah mendidihkan cokelat.

Dengan melelehkan dan mendinginkan cokelat, kristalnya dapat memecah dan kemudian membentuk kembali menjadi struktur yang mengoptimalkan kehalusan dan kemilau.

Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Botol Bir Selalu Berwarna Hijau dan Cokelat

Kemudian Kamkar menempatkan cokelat di ruang hampa udara untuk menghentikan pembentukan gelembung udara (meskipun ia menjelaskan bahwa ini mungkin bukan langkah yang harus diperlukan).

Sejauh ini, tidak ada pelangi, tetapi di sinilah fisika masuk.

Kamkar memotong dengan laser sebuah cetakan jamur 3D dengan pola gelombang gigi gergaji mikroskopis.

Pola itu akan tercetak pada permukaan cokelat saat dituangkan ke dalam.

Penampakan cokelat berkilau dengan efek pelangi. (ETH Zurich)
Penampakan cokelat berkilau dengan efek pelangi. (ETH Zurich)

Bukan bentuk jamur yang menghasilkan kilauan, melainkan permukaan cokelat berlekuk yang notabene adalah kisi difraksi.

Dikutip dari IFLScience, ketika cahaya putih mencapai batas yang sama ukurannya dengan panjang gelombang (dengan urutan seratus nanometer), warna-warna komponen akan menyebar (berdifraksi) pada sudut yang berbeda.

Jika beberapa batas seperti ini diberi jarak yang sama pada suatu objek (kisi difraksi), maka jalur cahaya yang mengalami difraksi akan secara konstruktif saling mengganggu.

Itu akan mengintensifkan pita cahaya yang terpisah sehingga menghasilkan efek pelangi.

"Ini adalah cicipan difraksi terbaik yang bisa kita lihat," kata David A. Weitz, seorang profesor fisika di Harvard University.

Pada penelitian dari ETH Zurich dalam versi kubus cokelat, ilmuwan mengklaim bahwa cokelat dengan efek berkilau siap ditingkatkan untuk skala industri dan mereka sudah dalam proses diskusi dengan "produsen cokelat ternama".

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak