Bentuk Koloni di Mars, Ilmuwan Berencana Mengubah DNA Manusia

Ilmuwan berpendapat bahwa rekayasa genetika perlu dilakukan agar manusia bisa bertahan hidup lebih lama di Mars.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta
Jum'at, 22 Mei 2020 | 08:30 WIB
Ilustrasi DNA. (Pixabay/ Gerd Altmann)

Ilustrasi DNA. (Pixabay/ Gerd Altmann)

Hitekno.com - Membentuk sebuah koloni baru di Mars merupakan cita-cita ilmuwan sejak lama. Jika ingin umat manusia bertahan lebih dalam dan bahkan memiliki keturunan di sana, ilmuwan menyarankan agar DNA manusia diubah.

NASA berharap bahwa astronot dapat mendarat di Mars pada tahun 2030-an.

Sementara perusahaan antariksa swasta milik Elon Musk, SpaceX, ingin membuat koloni manusia di Mars pada tahun 2050.

Baca Juga: Berbentuk Menyeramkan, Spesies Baru Hewan Laut Dalam Ditemukan Ilmuwan

Pada sebuah seminar online yang diadakan pekan lalu, salah seorang ilmuwan terkemuka berpendapat bahwa para calon pemukim perlu "diedit gennya" agar bisa hidup lebih lama.

"Pengeditan DNA mungkin perlu dilakukan jika orang ingin hidup, bekerja, berkembang dan membangun keluarga mereka di Mars," kata Kennda Lynch seorang astrobiologi di Lunar and Planetary Institute, Houston pada webinar yang diadakan oleh New York Academy of Science.

Sebuah ilustrasi visual dari beruang air atau tardigrada. (Shutterstock)
Sebuah ilustrasi visual dari beruang air atau tardigrada. (Shutterstock)

Sebagai referensi, di luar angkasa sangat berbahaya bagi manusia karena gaya berat mikro dapat memperburuk tulang manusia serta radiasi kosmos yang bahkan bisa menyebabkan kanker.

Baca Juga: Jadi Mesin Hidup Pertama di Dunia, DNA Katak Ini "Dirakit" Lewat Komputer

Dikutip dari Space, peningkatan dan rekayasa genetik tidak terbatas pada novel fiksi ilmiah saja.

Sebagai contoh, para ilmuwan telah memasukkan gen dari tardigrada, sejenis makhluk kecil, yang ukurannya lebih kecil dari sebutir garam.

Tardigrada merupakan hewan mikroskopis dengan julukan "beruang air" di mana mereka terkenal tangguh dalam ruang hampa udara.

Baca Juga: Ilmuwan Menganalisis DNA dari Loch Ness, Temuannya Sangat Mengejutkan

Sel tardigrada telah berhasil dimasukkan ke dalam sel manusia dan diamati di laboratorium.

"Sel-sel rekayasa genetika menunjukkan resistensi yang lebih besar terhadap radiasi daripada sel-sel normal mereka," kata Christopher Mason, ahli genetika dari Cornell University.

Planet Mars. (Wikipedia/NASA)
Planet Mars. (Wikipedia/NASA)

Dikutip dari The Sun, pengeditan DNA pada astronot dapat membantu mereka menanggung rentetan radiasi kosmik dan lingkungan ekstrem pada permukaan planet Mars.

Baca Juga: Tersembunyi di Gading Ilegal, Ilmuwan Temukan DNA Mammoth

Satu-satunya cara lain untuk bertahan hidup dari hal-hal ekstrem tersebut adalah "terraforming", sebuah proses di mana para ilmuwan mengubah secara permanen iklim sebuah planet.

Kemajuan terbaru dalam biologi sintetis menandai masa depan di mana "mikroba perancang" membantu penjajah membangun pijakan di Planet Merah.

Beberapa peneliti dan pendukung eksplorasi bahkan menyarankan penggunaan mikroba perancang untuk mengubah bentuk Mars, mengubahnya menjadi dunia yang jauh lebih nyaman bagi manusia.

Ilustrasi desain markas manusia di Mars. (Twitter/ ElonMusk)
Ilustrasi desain markas manusia di Mars. (Twitter/ ElonMusk)

Ahli genetika Universitas Harvard, Profesor George Church menjelaskan bahwa lebih dari 40 gen lain yang dapat bermanfaat bagi astronot telah dilacak dan diteliti oleh ilmuwan.

Salah satu gen yang ditemukan di Tibet, bahkan memungkinkan mereka berfungsi di puncak gunung, di mana kondisinya sangat sedikit oksigen.

Meski terlihat sangat prospek di masa depan, pengubahan dan rekayasa genetika pada DNA manusia untuk membuat kita menjadi "manusia super" dan mewujudkan koloni di Mars masih menjadi perdebatan di antara ilmuwan.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak