Meredup, Apakah Komet Atlas Masih Terlihat dari Bumi?

Astronom menyebut akan ada fenomena langit menarik yang bisa diamati pada akhir April dan awal Mei 2020.

Dinar Surya Oktarini
Selasa, 14 April 2020 | 16:54 WIB
Ilustrasi komet. (Pixabay)

Ilustrasi komet. (Pixabay)

Hitekno.com - Pada akhir April dan awal Mei 2020 nnti astronom menyebutkan akan ada fenomena langit yang menarik yang bisa diamati, yaitu komet C/2019 Y4 atau dikenal juga sebagai komet ATLAS.

ATLAS sendiri merupakan akronim untuk Asteroid Terrestrial-Impact Last Alert System, sebuah penelitian berbasis di Hawaii yang difokuskan untuk mendeteksi benda-benda kecil di dekat Bumi, beberapa minggu sebelum benda langit itu berdampak pada Bumi.

Namun, dalam sebuah konsensus pengamatan yang diambil dari Comet Observations Database menyebutkan bahwa setelah mencapai magnitudo +8 ketika melintasi orbit Mars, komet ATLAS semakin redup dalam beberapa hari terakhir ini dengan magnitudo yang terus meningkat menjadi +8,8 hingga +9,2, di mana semakin besar angka magnitudo maka semakin redup objek langit tersebut.

Baca Juga: Gagal Bikin Dalgona Coffe, Penampakannya Malah Mirip Bumbu Rujak

Menurut Quanzhi Ye, seorang astronom di Universitas Maryland, dan astronom Qicheng Zhang dari Caltech di Astronomers Telegram, komet ATLAS kemungkinan mengalami disintegrasi atau pecah. Hal itu terlihat berkat pengamatan melalui Ningbo Education Xinjiang Telescope (NEXT).

NEXT mengabadikan citra komet ATLAS yang memiliki pseudo-nukleus atau nukleus baru yang belum terkonfirmasi berukuran sekitar 3 detik busur panjangnya yang terletak di dekat ekor komet. Menurut astronom, keberadaan nukleus tersebut yang membuat komet ATLAS meredup.

Meski begitu, hal ini bukanlah sesuatu yang langka pada komet. Dilansir laman Sky and Telescope, Selasa (14/4/2020), nukleus komet sering diartikan bahwa komet tersebut sedang menuju kehancuran. Pecahnya komet disebabkan tak lain karena komposisi objek itu sendiri.

Baca Juga: Mau Ganti yang Baru? Begini Cara Mudah Bersihkan Datamu di iPhone Lawas

Dikutip laman Space.com, komet merupakan objek es sehingga ketika terkena sinar Matahari, komet akan dengan cepat menguap. Penguapan tersebut akan membuat rotasi komet menjadi lebih cepat dan menjadi penyebab komet bisa pecah.

Ilustrasi komet. (Pixabay)
Ilustrasi komet. (Pixabay)

Pakar komet terkenal John Bortle menyebutkan dengan meredupnya komet ATLAS, kemungkinan besar komet tersebut bisa pecah ketika tiba di sekitar Matahari pada akhir Mei.

Namun, para pengamat tidak bisa memperkirakan dengan pasti apakah komet ATLAS bisa diamati dari Bumi dengan mata telanjang pada akhir April atau tidak, mengingat komet adalah benda langit yang terkenal tidak dapat diprediksi.

Baca Juga: Fadli Zon Tanggapi Surat Stafsus, Netizen: Tindak dong, Jangan Cari Sensasi

Jika mengikuti kurva cahaya yang diprediksi pakar komet Jepang Seiichi Yoshida yang diunggah di situs web Visual Comets in the Future, komet ATLAS mungkin akan samar-samar terlihat oleh mata telanjang pada akhir April atau awal Mei. Sementara para pertengahan Mei, jika tidak pecah, komet itu akan seterang bintang Polaris.(Suara.com/Lintang Siltya Utami)

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak