Disebut Super Blood Wolf Moon, Ini Keunikan Gerhana Bulan 11 Januari 2020

Gerhana Bulan Penumbra pada 11 Januari 2020 ternyata masih dalam periode hujan meteor Quadrantid.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Jum'at, 10 Januari 2020 | 15:19 WIB
Blood Wolf Moon pada tahun 2019. (YouTube/ NBCNews)

Blood Wolf Moon pada tahun 2019. (YouTube/ NBCNews)

Hitekno.com - Pada 11 Januari 2020, warga Bumi bisa menyaksikan sebuah peristiwa unik berupa Gerhana Bulan beserta peristiwa astronomi lainnya. Bagi warga asli penghuni Benua Amerika, peristiwa Gerhana Bulan di bulan Januari sering disebut sebagai Super Blood Wolf Moon atau Wolf Moon Eclipse.

Ribuan tahun lalu, orang-orang di Eropa dan suku-suku asli Amerika Serikat memberi nama penampakan Bulan dengan sebutan berbeda berdasarkan peristiwa alami di Bumi.

Salah satunya adalah Full Moon atau Bulan Purnama di Januari yang dikaitkan dengan sebutan Wolf Moon atau Bulan Serigala.

Baca Juga: Hingga 2100, Langit Indonesia Akan Dihiasi 13 Gerhana Matahari, Apa Aja?

Sebutan itu muncul karena pada Bulan Purnama di Januari, kawanan serigala di Amerika Utara maupun Eropa bermunculan dan melolong saling bersautan.

Masih belum ada alasan ilmiah mengenai keterkaitan Bulan Purnama dengan keberadaan serigala yang melolong.

Ilustrasi serigala melolong. (Pixabay/ cocoparisienne)
Ilustrasi serigala melolong. (Pixabay/ cocoparisienne)

Namun salah satunya diprediksi bahwa lolongan mereka menyambut perburuan atau musim kawin setelah mereka kelaparan dalam melalui musim dingin.

Baca Juga: 4 Gerhana Kembali Terjadi di Indonesia pada 2020, Catat Tanggalnya

Musim kawin serigala terjadi pada bulan Februari dan mereka merupakan hewan nokturnal (aktif di malam hari) sehingga sangat wajar mereka keluar saat Bulan Purnama pada Januari.

Menurut laporan dari Space.com, Gerhana Bulan yang terjadi pada 11 Januari 2020 merupakan Gerhana Bulan Penumbra.

Tak seperti Gerhana Bulan Total yang mampu membuat Bulan benar-benar gelap, Gerhana Bulan Penumbra masih akan menyisakan penampakan Bulan.

Baca Juga: Menakjubkan, BMKG Rilis Gerhana Matahari Cincin Sempurna di Singkawang

Fase Super Blood Wolf Moon. (QZ)
Fase Super Blood Wolf Moon. (QZ)

Selama Gerhana Bulan Total, Bulan melewati bagian dalam bayangan Bumi (disebut umbra).

Saat cahaya dari Matahari dibiaskan melalui atmosfer Bumi, ia menjadi gelap hingga berubah menjadi warna kemerahan.

Penumbra merupakan bayangan kabur yang terjadi pada saat gerhana atau terjadinya bayangan pada benda gelap (tidak tembus pandang).

Baca Juga: Admin Kemenkes RI Guyon soal Gerhana Matahari, Warganet: Gombal!

Perbedaan umbra dan penumbra. (Wikipedia)
Perbedaan umbra dan penumbra. (Wikipedia)

Karena Bulan masuk pada wilayah penumbra Bumi, maka ilmuwan menyebutnya sebagai Gerhana Bulan Penumbra.

Kembali pada sebutan Super Blood Wolf Moon atau Bulan Serigala Darah, sebutan itu muncul karena Gerhana Bulan Penumbra menampilkan warna kemerahan seperti darah dan terjadi ketika masa Bulan Serigala.

Menurut International Meteor Organization, pada tanggal 28 Desember hingga 12 Januari 2020, Bumi akan mengalami peristiwa astronomi berupa hujan meteor Quadrantid.

Prosen Gerhana Bulan Penumbra. (BMKG)
Prosen Gerhana Bulan Penumbra. (BMKG)

Puncak hujan meteor Quadrantid dengan puluhan meteor yang bisa melewati atmosfer sudah jatuh pada tanggal 4 Januari kemarin.

Namun apabila menggunakan teleskop dan cukup beruntung, kamu bisa melihat tampilan meteor jatuh beserta Gerhana Bulan Penumbra.

Meski tak sebanyak momen puncaknya, setidaknya kamu bisa melihat 1 atau 2 meteor yang melintas pada fenomena hujan meteor Quadrantid.

Menurut laporan dari BMKG, Gerhana Bulan Penumbra bisa dilihat di Indonesia mulai pukul 00.05 WIB pada tanggal 11 Januari 2020 (dini hari) dan mencapai puncak pada pukul 04.14 WIB.

Itulah tadi penjelasan mengenai keunikan Gerhana Bulan pada 11 Januari 2020 nanti, jangan lewatkan momennya ya?

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak