Pantau Transportasi Secara Real Time, Kemenhub Kaji Satelit Nano

Dengan satlit nano, akan meningkatkan akurasi pemantauan transportasi.

Agung Pratnyawan
Minggu, 31 Maret 2019 | 11:45 WIB
Ilustrasi Satelit Nano. (Sky and Space Global)

Ilustrasi Satelit Nano. (Sky and Space Global)

Hitekno.com - Dalam rangka ingin bisa memantau transportasi secara real time, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan mengkaji pemakaian satelite nano.

Kemenhub mengkaji pemakaian satelite nano dalam mendukung pemantauan sektor perhubungan mulai dari darat, laut, dan udara.

Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) Rosita Sinaga dalam FGD mengenai satelit nano di Jakarta, Jumat (29/3/2019), mengatakan pihaknya akan membuat tim kecil untuk mengkaji implementasi teknologi satelit nano.

Baca Juga: Satelit Nusantara Satu Diluncurkan, Swasembada Broadband di Depan Mata

''Karena manfaatnya, kita perlu diskusi lebih lanjut. Kita akan buat tim kecil agar ini bisa diimplementasikan,'' katanya.

Ide mengenai penggunaan satelit nano di bidang perhubungan muncul dari pemenang Transhub Challenge, Mata Garuda. Perusahaan rintisan itu memiliki konsep memanfaatkan satelit nano untuk menyediakan jaringan Internet of Things (IoT) yang terintegrasi secara masif.

Khusus di bidang transportasi, teknologi IoT akan dapat memberikan data mengenai posisi pesawat, hingga titik kemacetan di jalan raya secara real time.

Baca Juga: Satelit Nusantara Satu Sukses Meluncur, Kapan Mulai Beroprasi?

Ilustrasi satelit nano. [Shutterstock]
Ilustrasi satelit nano. [Shutterstock]

Chief of ology Officer (CTO) Mata Garuda William Tansil menjelaskan penggunaan layanan yang startup itu kerjakan akan meliputi pemantauan hingga bisa untuk penyediaan akses internet dengan sensor khusus.

''Contoh pesawat mengirim sinyal untuk memberitahu posisi mereka. Dengan satelit nano, sinyal itu bisa tertangkap dan dari satelit itu nanti dikirim informasinya sehingga bisa kelihatan real time posisi pesawat ada di mana,'' jelas William.

Untuk mengimplementasikan konsep tersebut, Mata Garuda akan bekerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan sejumlah pemangku kepentingan terkait termasuk Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Airnav.

Baca Juga: Melintasi Mars, Satelit NASA Menghilang Secara Misterius

''Harapannya semoga Indonesia bisa memiliki satelit sendiri yang bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan salah satunya di bidang transportasi dan mungkin bisa dikembangkan di bidang IoT sehingga harga komunikasi bisa semakin murah atau bahkan gratis,'' kata William.

Kepala Bidang Diseminasi Lapan Wahyudi Hasbi mengatakan potensi pengembangan satelit nano sangat besar di masa depan. Satelit nano berukuran kecil, sekitar 10x10 cm dengan berat 1-10 kg membuat harganya jauh lebih murah.

''Satelit kecil begini dengan teknologi baru kini umurnya bisa sampai 7 tahun sehingga lebih efisien dan ekonomis. Satelit nano juga bisa di-customized sehingga penggunaannya bisa lebih spesifik,'' jelasnya.

Baca Juga: TV Satelit 8K Meluncur di Jepang, Sangat Memanjakan Mata

Selain itu, pangsa pasar satelit nano juga disebutnya cukup besar karena hampir setiap tiga bulan ada peluncuran satelit nano baru di berbagai negara. Satelit nano, lanjut Wahyudi, juga sangat cocok untuk penyediaan layanan data dan IoT. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak