NASA Ungkap Letusan Gunung Agung Bisa Selamatkan Bumi dari Perubahan Iklim

Rupanya, NASA punya pendapat lain.

Agung Pratnyawan | Amelia Prisilia
Senin, 14 Januari 2019 | 14:15 WIB
Gunung Agung. (dok PVMBG)

Gunung Agung. (dok PVMBG)

Hitekno.com - Gunung Agung yang terdapat di Kabupaten Karangasem, Bali beberapa kali memang mengejutkan warga sekitar dengan terjadinya erupsi. Belum lama ini, peneliti NASA menemukan bahwa letusan Gunung Agung rupanya mampu selamatkan Bumi dari perubahan iklim.

Dalam laporan terakhir disebutkan bahwa Gunung Agung meletus pada hari Kamis (10/01/2019) lalu.

Hasil rekaman Pos Pemantauan Gunung Api Agung di Desa Rendang mencatat amplitudo letusan tersebut hingga 22 mm dengan durasi sekitar empat menit.

Baca Juga: Mengerikan, Ada Fenomena Misterius Hujan Laba-laba di Brasil

Letusan ini tentu membuat banyak orang terkhusus penduduk Bali menjadi was-was. Namun, NASA punya pendapat lain.

Dilansir dari Express.co.uk, para peneliti NASA menyebutkan bahwa letusan Gunung Agung ini mampu selamatkan dunia dari perubahan iklim yang saat ini mengancam Bumi.

Dalam penelitiannya mengenai peristiwa alam ini, NASA menemukan bahwa bahan kimia yang dilepaskan ke atmosfer rupanya mampu digunakan untuk melawan perubahan iklim yang terjadi.

Baca Juga: Diduga Sebagai Mata-mata Cina, Karyawan Huawei Ditangkap Polisi

Setelah bangun dari tidur dan cukup aktif meletus sejak tahun 2018 lalu, Gunung Agung terus menyemburkan uap dan gas ke atmosfer.

Gunung Agung. (Sutopo/BNPB)
Letusan Gunung Agung. (Sutopo/BNPB)

Memang tidak jauh berbeda dengan beberapa gunung api lainnya, namun letusan yang Gunung Agung hasilkan rupanya memiliki keunikan tersendiri hingga membuat para peneliti begitu tertarik untuk meneliti lebih jauh.

Pada dasarnya, saat gunung api mengalami letusan yang besar, akan terjadi musim dingin vulkanik yang membuat perubahan iklim drastis.

Baca Juga: Dengan Kapal Pesiar, Pendukung Bumi Datar Siap Buktikan Teorinya

Contohnya, pada tahun 1815 saat Gunung Tambora meletus, terjadi musim dingin sepanjang tahun. Albany hingga New York bahkan mengalami musim salju selama setahun hingga kelaparan terjadi di banyak tempat karena kerusakan tanaman pangan.

Hal ini yang menjadi patokan para peneliti yang percaya jika letusan Gunung Agung mampu mempengaruhi iklim layaknya Gunung Tambora.

Faktor lain yang membuat para peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gunung Agung adalah letusan Gunung Pinatubo di Filipina. Letusan ini disebut-sebut sebagai letusan terbesar pada abad ke-20.

Baca Juga: Tak Mau Kedinginan, Aksi Gerombolan Monyet Ini Bikin Gemas

Saat meletus, Gunung Pinatubo memuntahkan satu mil kubik batu dan abu ke udara beserta 20 juta ton gas belerang dioksida ke atmosfer.

Letusan Gunung Pinatubo ini sukses mengeluarkan sejumlah besar gas yang menyebar ke seluruh dunia yang lalu berimbas pada terjadinya sebuah reaksi kimia.

Gas yang bercampur dengan uap air tersebut menghasilkan tetesan air dingin yang disebut sebagai aerosol.

Gunung Agung. (dok PVMBG)
Gunung Agung. (dok PVMBG)

Aerosol lalu memantulkan sinar matahari yang menjauhi Bumi dan membuat suhu Bumi turun selama beberapa tahun.

Karakter Gunung Agung yang serupa dengan Gunung Pinatubo ini lalu yang membuat para peneliti NASA menggunakannya untuk menjadi bahan penelitian dan percobaan mereka.

Untuk melancarkan penelitiannya, para peneliti berencana untuk menerbangkan balon berisi perangkat teknologi untuk mengukur dampak letusan tersebut ke atmosfer Bumi.

Jika letusan Gunung Agung nanti sama dengan letusan pada tahun 1963, maka sudah dipastikan jika gunung ini mampu memompa belerang dioksida dengan jumlah besar ke atmosfer.

Sayangnya, saat fenomena ini terjadi, lapisan ozon Bumi akan rusak sebelum kemudian menciptakan efek pendinginan pada Bumi.

Walaupun letusan Gunung Agung sangat memungkinkan untuk selamatkan Bumi dari perubahan iklim, namun mengenai kapan letusan besar ini terjadi masih belum diketahui.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak