Gempa 8,5 SR Bisa Guncang Himalaya, Ini Peringatan Ilmuwan

Pakar yang pernah memprediksi gempa dan Tsunami Aceh 2004 juga mendukung temuan ini.

Stephanus Aranditio | Rezza Dwi Rachmanta
Senin, 03 Desember 2018 | 11:00 WIB
Pegunungan Himalaya. (Pixabay/ Free-Photos)

Pegunungan Himalaya. (Pixabay/ Free-Photos)

Hitekno.com - Ilmuwan yang berasal dari India baru saja mengeluarkan penelitian bahwa gempa 8.5 SR bisa mengguncang Himalaya.

Tak hanya itu, penelitian juga mendapatkan dukungan dari studi lain dari para peneliti dunia.

Penelitian baru yang dipimpin oleh seismolog CP Rajendran dari Jawaharlal Nehru Centre for Advanced Scientific Research di Bengaluru menemukan sesuatu yang mengejutkan.

Baca Juga: Pesan Dari Laut, Ikan Ini Dianggap Sebagai Pertanda Gempa Bumi

Penumpukan ketegangan yang sangat besar di satu wilayah dapat menghasilkan setidaknya satu gempa Bumi berkekuatan 8.5 SR.

Rajendran mengatakan bahwa Himalaya dapat mengalami gempa berkekuatan tinggi kapan saja di masa depan.

Penelitian yang diterbitkan dalam Geological Journal itu mengumpulkan data eksplorasi dari dua wilayah lokal.

Baca Juga: AI Dapat Prediksi di Mana dan Kapan Gempa Akan Terjadi

Wilayah yang diteliti termasuk Mohana Khola di sebelah barat Nepal dan Chorgalia di perbatasan India.

Para peneliti menentukan waktu dari peristiwa patahan terakhir pada dorongan frontal dari Himalaya tengah.

Ilustrasi gempa. (pixabay/Angelo_Giordano)
Ilustrasi gempa. (Pixabay/Angelo_Giordano)

Penelitian tersebut menggunakan data dari peta struktural yang diterbitkan oleh Geological Survey of India.

Baca Juga: Gara-gara Pesan Gempa, Pria Ini Ketahuan Selingkuh

Tak hanya itu, mereka juga menggunakan data dari Google Earth dan citra dari satelit badan antariksa India, ISRO's Cartosat-1.

Para peneliti menyebutkan bahwa gempa Bumi besar berkekuatan 8.5 SR atau lebih yang terjadi antara tahun 1315 dan 1440 telah membuka hamparan sejauh sekitar 600 km.

Hamparan itu memanjang dari celah seismik pusat Bhatpur hingga melampaui Mohana Khola.

Baca Juga: Kalimantan Jadi Pulau Teraman dari Gempa, Ini Fakta Ilmiahnya

Peneliti menjelaskan ''slip'' rata-rata atau perpindahan yang ada mencapai 15 meter.

Penelitian menggarisbawahi bahwa fakta setelah gempa besar ini, dorongan frontal seismik tetap tenang selama 600 hingga 700 tahun.

Itu menyiratkan penumpukan ketegangan yang sangat besar di wilayah tersebut.

''Gempa Bumi berkekuatan 8.5 atau lebih sudah terlambat (jatuh tempo) di bagian Himalaya, mengingat waktunya yang sangat panjang. Mengingat risiko seismik yang berpotensi tinggi, akan menjadi bencana besar bagi sebuah wilayah, '' kata Rajendran dikutip dari The Quint.

Ilustrasi gempa bumi. (Insurance Journal)
Ilustrasi gempa bumi. (Insurance Journal)

Roger Bilham, ahli geofisika AS di University of Colorado, sepenuhnya mendukung temuan dari para peneliti India.

Bahkan, setelah melihat data yang ada, ia menganalisis jika zona yang membentang dari timur Almora ke barat Pockara (Nepal) pecah, maka gempa bahkan melebih 8.5 SR.

Arun Bapat, seorang ahli seismologi dari India yang pernah dengan tepat memprediksi tsunami Aceh dan Samudra Hindia 26 Desember 2004 juga mendukung penelitian itu.

Bahkan ia memprediksi gemba besar Himalaya mungkin terjadi di tahun 2018 atau tak lama setelah tahun itu.

Gempa 8.5 SR yang bisa mengguncang Himalaya memiliki risiko tinggi mengingat populasi di daerah gempa terus bertambah.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak