Tahan 2.000 Tahun, Ini Rahasia Beton Kuat Romawi

Beton kuat Romawi tak hanya tahan lama, namun justru semakin kuat dari waktu ke waktu.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Selasa, 31 Juli 2018 | 12:49 WIB
Kuil Augustus Bangsa Romawi (Sumber Rome Across Europe)

Kuil Augustus Bangsa Romawi (Sumber Rome Across Europe)

Hitekno.com - Bangunan-bangunan kuno biasanya memiliki daya tahan yang lebih baik daripada bangunan yang ada zaman sekarang. Para ilmuwan sedang meneliti rahasia beton kuat Romawi dibalik bangunannya yang kokoh.

Struktur beton Romawi cukup aneh karena meski sudah 2.000 tahun terkena hempasan ombak bangunan milik bangsa Roma kuno masih tegak berdiri.

Hal sebaliknya terjadi pada struktur beton modern yang terkikis setelah beberapa puluh tahun. Para ilmuwan telah menemukan reaksi kimia yang luar biasa di balik fenomena beton kuat romawi.

Baca Juga: Cacing Hidup Berusia 40 Ribu Tahun Ditemukan di Dalam Es

Beton kuat Romawi tak hanya tahan lama, namun justru semakin kuat dari waktu ke waktu.

Dikutip dari Science Alert, para peneliti yang dipimpin oleh ahli geologi yang bernama Marie Jackson dari Universitas Utah telah melakukan penelitian selama bertahun-tahun.

Kuil Faustina Romawi (Sumber: Still Current)
Kuil Faustina Romawi (Sumber: Still Current)

Mereka berhasil memetakan struktur kristalnya dan mencari tahu bagaimana material kuno ini memadat dari waktu ke waktu.

Baca Juga: Ngeri, 5 Foto Kasus Kriminal Paling Terkenal Di Dunia

Beton modern biasanya dibuat dengan semen portland, campuran pasir silika, batu kapur, tanah liat, kapur dan bahan lainnya yang dilelehkan dalam suhu yang panas. Dalam beton modern pasta itu mengikat campuran bongkahan batu dan pasir.

Campuran itu harus pas, karena reaksi kimia yang tidak diinginkan dapat menyebabkan retakan di beton sehingga menyebabkan runtuhnya struktur.

Inilah mengapa beton tidak memiliki umur panjang dibandingkan dari batuan alam. Namun cara tersebut tidak dilakukan oleh bangsa Romawi.

Baca Juga: Bikin Seger Mata, Ini Pria Tertampan Di Dunia Menurut Sains

Bangunan Tepi Laut Romawi (Sumber: Px Here)
Bangunan Tepi Laut Romawi (Sumber: Px Here)

Beton Romawi terbuat dari abu vulkanik, kapur dan air laut. Hal itu mungkin hasil dari pengamatan orang Romawi pada endapan abu vulkanik yang secara alami disebut batuan tufa.

Dicampur dengan abu mortar vulkanik dan bongkahan batu vulkanik sebagai agregat membuat beton Romawi lebih tahan lama.

Tim peneliti mengambil sampel beton Romawi yang ada di tepi laut kemudian diteliti di laboratorium.

Baca Juga: Berbahaya, Ini Smartphone dengan Radiasi Tertinggi

Dengan menggunakan mikroskop elektron, mereka mengidentifikasi butiran mineral yang diproduksi di beton kuno selama berabad-abad.

Jackson sangat tertarik dengan kehadiran aluminium tobermorite, meneral berbasis silika keras yang sebenarnya sangat langka dan sulit dibuat di laboratorium. Namun anehnya, mineral itu justru berlimpah di beton Romawi.

Ternyata aluminium tobermorite tumbuh di beton akibat air laut yang membasahi dan perlahan melarutkan abu vulkanik di dalam beton.

Reaksi itu dapat memberi ruang dari kristal mineral lain untuk mengikatnya sehingga makin memperkuat struktur bangunan.

"Bangsa Romawi menciptakan beton seperti batu yang tumbuh subur pada reaksi kimia terbuka dengan air laut," kata Jackson.

Penelitian itu telah dipublikasikan di American Mineralogist beberapa waktu lalu. Para ilmuwan masih berusaha memecahkan resep bahan kuno yang hilang.

Jika itu ditemukan, rahasia beton kuat Romawi bisa diaplikasikan pada bangunan modern.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak