Wiratni, Dosen UGM Masuk ke The 39 Powerfull Female Engineers

Dosen yang telah mengajar didepartemen Teknik Kimia UGM sejak tahun 1996 ini mengaku kaget mendengar dirinya masuk dalam daftar ini.

Agung Pratnyawan
Jum'at, 13 Juli 2018 | 10:43 WIB
Wiratni Dosen UGM

Wiratni Dosen UGM

Hitekno.com - Pada 21 Juni 2018, media Business Insider Belanda menerbitkan daftar The 39 Powerfull Female Engineers of 2018. Salah satu nama yang masuk dalam daftar tersebut adalah Wiratni, dosen UGM.

Dalam artikelnya, Business Insider tersebut menyoroti peran insinyur perempuan yang pantas menjadi panutan karena jasanya dalam mengembangkan teknologi yang berdampak besar terhadap masyarakat dunia.

Adalah Wiratni Budhijanto ST., MT., Ph.D salah seorang dosen perempuan yang mengajar di Teknik Kima Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta masuk dalam daftar ini. 

Baca Juga: Ilmuwan Ciptakan Robot Cheetah, Mampu Melompat di Meja

Dosen yang telah mengajar di departemen Teknik Kimia UGM sejak tahun 1996 ini mengaku kaget mendengar dirinya masuk dalam daftar ini.

Ia tidak menyangka namanya bisa disandingkan dengan perempuan-perempuan besar lain dari seluruh dunia.

“Saya tidak pernah dihubungi oleh pihak media tersebut. Saya baru tahu malah dari dosen sejawat yang menggoda,” ungkapnya.

Baca Juga: 1.000 Kali Transplantasi Kepala pada Tikus, Ilmuwan Ini Dikritik

Wiratni menduga pencantuman namanya tersebut ada kaitannya salah satu penelitiannya yang didanai USAID. Penelitian yang dimaksud adalah proyek pembuatan teknologi penyaringan air limbah menjadi air siap pakai kembali.

Metode Wiratni adalah dengan mempercepat pertumbuhan bakteri anaerob sebagai mikroorganisme yang berperan dalam proses penyaringan air tadi.

Ide Wiratni ini tercetus sebagai reaksinya atas volume air bersih di dunia yang semakin menipis. Kondisi tersebut, menurutnya, disebabkan jumlah mikroorganisme penyaring air tadi semakin berkurang, sebaliknya jumlah limbah di lautan semakin banyak.

Baca Juga: Manusia Seperti Ini Tidak Mudah di Hipnotis, Ini Kata Ilmuwan

Bahkan, sudah ada penelitian yang memprediksi delapan puluh tahun lagi semua ikan di lautan akan mati karena keracunan. Wiratni kemudian memikirkan sebuah cara untuk sebisa mungkin menunda bencana alam itu.

Lalu, akhirnya terpikirlah pembuatan teknologi tadi. Alasan pemilihan bakteri anaerob oleh Wiratni disebabkan mikroorganisme jenis itu tidak membutuhkan oksigen untuk dapat hidup.

Dengan demikian, biaya yang diperlukan tidak terlalu banyak. “Intinya hanya menjaga bakteri tersebut tidak terkontaminasi oksigen sehingga mereka bisa berkembang biak dengan lancar,” jelasnya.

Baca Juga: Menurut Ilmuwan, Golongan Darah O Berumur Lebih Pendek

Selain untuk menunda bencana tadi, Wiratni sendiri memang selalu berpikiran agar ilmu pengetahuan bisa berguna untuk kemaslahatan seluruh manusia di dunia.

Ia selalu mengingat salah satu perkataan dari Louise Pasteur tentang ilmu pengetahuan. Kutipan tersebut yakni, “Science knows no country, because knowledge belongs to humanity, and is the torch which illuminates the world.”

Oleh karena itu, Wiratni memegang konsep Science Journalism. Inti dari pandangan itu adalah bagaimana ilmu pengetahuan bisa tersampaikan kepada publik dengan jelas.

Wiratni melihat selama ini para ilmuwan selalu menjadi komunitas elit dengan bahasa yang hanya dapat dipahami sejawat mereka sendiri.

Para ilmuwan tidak mampu membahasakan ilmu pengetahuan dengan sederhana kepada masyarakat non-ilmuwan sehingga pesan yang dibawa tidak tersampaikan.

Hal itu, menurutnya, karena bahasa yang digunakan masih menggunakan istilah-istilah keilmuan yang tidak dipahami publik pada umumnya.

Akibatnya, manfaat dari ilmu yang ilmuwan tadi miliki hanya bisa dinikmati sendiri.

Ilmu pengetahuan demikian tidaklah sesuai dengan impian dari Wiratni. Ia bermimpi tentang suatu masa ketika ilmu pengetahuan bisa menjadi bahasa universal bagi manusia.

Ibarat mata uang sebagai satuan yang dipahami secara sama oleh tiap orang, ia berharap ilmu pengetahuan juga bisa seperti itu.

Wiratni menjabarkan, ketika semua orang paham ilmu pengetahuan secara menyeluruh, maka segala kesalahan informasi dan perilaku akan berkurang drastis.

Hal itu karena setiap orang memiliki pemahaman sama terhadap setiap proses yang terjadi di dunia.

Contoh yang mudah, Wiratni tunjukkan pada perkuliahan di sekitarnya. Mahasiswa sekarang kebanyakan sudah menggenggam informasi di tangannya, yakni dengan smarthphone.

Hal itu berbeda dengan dosen, terutama yang golongan tua, yang terbiasa dididik secara analog.

“Dosen yang tidak memahami konteks zaman maka masih akan meminta mahasiswanya untuk menghafal serta mencatat segala materi yang diberikan. Sebaliknya, dosen yang memahami konteks zaman maka akan lebih mengarahkan mahasiswa ke aspek praktis dari ilmu pengetahuan itu serta prospek yang dapat ia penuhi ke depannya,” terang Wiratni.

Ia melanjutkan bahwa UGM merupakan salah satu universitas yang sudah menerapkan prinsip Science Journalism. Proses komunikasi dengan publik, menurut Wiratni, sudah banyak UGM laksanakan.

Ia mencontohkan program Kuliah Kerja Nyata yang dilaksanakan tiap tahun. “Intinya adalah ilmu pengetahuan bisa dinikmati masyarakat pada umumnya,” tutup Wiratni dosen UGM ini.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak