Presiden ke-7 Jokowi saat ditemui di kediamannya. (Suara.com/Ari Welianto)
Hitekno.com - Dokter Tifa atau Tifauzia Tyassuma sebelumnya mengaku bahwa pihaknya telah mendapatkan dokumen asli dari lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang lulus pada 1985, tahun yang sama ketika mantan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi lulus.
Sebagai salah satu tokoh yang aktif dalam mempertanyakan keaslian ijazah Jokowi, dokter Tifa mengungkapkan kejanggalan yang ditemukannya ketika melakukan perbandingan antara transkrip nilai milik Jokowi dengan milik lulusan UGM tersebut.
Sebelumnya, Bareskrim Polri sendiri telah mengumumkan hasil pemeriksaan laboratorium forensik terkait keaslian ijazah Jokowi. Bareskrim mengatakan telah melakukan perbandingan dengan tiga ijazah lain yang dimiliki teman-teman Jokowi yang merupakan alumni Fakultas Kehutanan UGM pada 1985.
Kepada publik, Bareskrim Polri juga menampilkan transkrip nilai milik Jokowi. Namun, dokter Tifa menyoroti ada perbedaan antara transkrip nilai Jokowi yang diperlihatkan oleh Bareskrim.
Hal ini dibeberkan oleh dokter Tifa dalam podcast yang tayang di kanal YouTube Refly Harun berjudul Akhirnya Ketahuan! Ternyata Cuma Ini Isi Dokumen yang Ada di Bareskrim?! Kompolnas Sampai Terkejut!
Mulanya, dokter Tifa menyebutkan ciri-ciri penulisan pada transkrip nilai yang dikeluarkan oleh UGM.
"Sekarang saya mau tunjukkan ornamen yang sangat penting. Sekarang lihat dari nilai. Nilai diketik dengan mesin ketik manual, bukan dengan tulisan tangan. Dan ini yang otentik dari sebuah transkrip nilai produksi dari UGM. Nggak ada namanya UGM itu bikin transkrip dengan tulisan tangan tuh nggak ada. Kemudian nanti kita akan lakukan penilaian terhadap keduanya, ya. Yang jelas, transkrip nilai asli itu pada tahun 1985 itu ditulis dengan mesin ketik manual. Bukan dengan printer, bukan dengan tulisan tangan. Kemudian, lihat kolom yang di halaman kedua itu sudah terisi. Dengan mata kuliah pilihan yang diambil yang bersangkutan," tutur dokter Tifa.
Dokumen yang dimaksud dokter Tifa adalah transkrip nilai milik lulusan UGM lain pada 1985 yang dipegangnya.
"Nah, karena itu sah dia lulus. Karena mata kuliah wajib dia nilainya bagus-bagus ini antara A, B, C ya. Banyak B, banyak A, C-nya dikit. Ini dia lulus dengan sangat memuaskan, di atas 2,75. 2,75 itu IPK yang sangat bagus waktu itu. Di jaman dulu Universitas Gadjah Mada itu terkenal sangat pelit ya memberi nilai," tambah dokter Tifa.
Baca Juga: Selisih Rp 100 ribu! 7 Perbandingan HP Oppo Reno 14 F dan Vivo V50 Lite, Siapa Pemenangnya?
Ia lantas menjelaskan bahwa terdapat kolom mata kuliah pilihan yang umumnya dapat diambil oleh para mahasiswa. Pada transkrip nilai milik Jokowi, kolom tersebut kosong.
"Ini ya perhatikan kolom mata kuliah pilihan terisi penuh, ya. Kalau yang tadi, yang katanya transkrip nilainya Joko Widodo, itu mata kuliah pilihannya kosong. Sekarang kita lihat di bagian paling bawah ya, itu ada dua tanda tangan yang sudah terisi dan cap ya. Dari tanda tangan yang pertama adalah dekan, waktu itu tahun 1985, dekannya Prof. Dr. Ir. Soenardi Prawirohatmodjo. Kemudian di sini pembantu dekan 1 bidang akademik ya," jelasnya lagi.
Dokter Tifa kemudian membandingkan dengan transkrip nilai milik lulusan UGM tahun 1985 yang dimilikinya. Pada kolom mata kuliah pilihan, jika kolom tidak terisi penuh maka akan ada coretan.
"Nah, jadi Anda bisa lihat sendiri kalau ada kolom yang tidak diisi itu akan dikasih coretan begitu ya, biar tidak mengisi sendiri," kata dokter Tifa.
Ia menyinggung kembali transkrip nilai Jokowi yang sebelumnya diperlihatkan oleh Bareskrim Polri.
"Betapa rapinya ya, betapa perfectnya transkrip nilai yang dikeluarkan oleh UGM ya. Artinya kalau kita lihat kembali kepada transkrip yang dipresentasikan Bareskrim dan dikatakan itu sebagai transkripnya Joko Widodo, di kolom mata kuliah pilihan itu harusnya kalau dia nggak ngisi atau dia nggak memenuhi mata kuliah pilihan, harusnya dicoret begitu juga supaya tidak diisi sendiri sama yang bersangkutan," sambung dokter Tifa.
Kejanggalan yang ditemukan oleh dokter Tifa itu mempertanyakan keaslian transkrip nilai Jokowi yang pernah ditampilkan oleh Bareskrim Polri.
"Saya mau tunjukin aja kepada teman-teman semuanya. Inilah perbandingan ya, kalau kita mau coba komparasi, kita komparasi tahun yang sama. Jadi di antara periode waktu itu, saya alhamdulillah dapat di periode 1985 juga. Nah, jadi kan udah susah untuk dibantah ya. Sementara dokumen yang dimiliki, yang dipresentasikan oleh Bareskrim justru bantah-able banget gitu," timpalnya lagi.
Bahkan jika Bareskrim mengelak bahwa transkrip nilai tersebut adalah bentuk draf, maka tidak seharusnya Bareskrim menggunakannya sebagai bukti dalam kasus penting.
"Ada orang ketika saya share di X gitu, jangan-jangan itu baru drafnya, gitu kan. Nah, sekarang pertanyaan saya, kenapa draf yang disampaikan oleh Bareskrim? Sebab itu kan putusan untuk penghentian dari penyelidikan kan. Kalau putusan penyelidikan masa pakai draf?" beber dokter Tifa.
Dokter Tifa menambahkan bahwa perbandingan tersebut baru dilakukan pada satu dokumen. Sementara dirinya mengklaim masih memiliki 33 dokumen lain yang siap diteliti dan dibandingkan.
"Ini baru satu loh ya, di antara 33 dokumen yang lain loh. Jadi ini baru satu nih kita kupas, satu transkrip supaya tahu semuanya. Tidak ada orang bisa lulus sarjana kalau dia nggak punya transkrip nilai yang lengkap. Karena untuk bisa wisuda itu kita harus punya nilai KKN, harus punya nilai skripsi," jelas dokter Tifa.
Dengan temuan tersebut, ia berharap bahwa dokumen yang ditampilkan oleh Bareskrim Polri kembali diselidiki.
"Ini kan sekarang harusnya kan diusut ini dokumen-dokumen abal-abal atau dokumen-dokumen yang sangat tidak layak untuk jadi barang bukti dari Bareskrim asalnya dari mana nih? Apakah dari yang bersangkutan? Ya, berarti dia melakukan pemalsuan dan penipuan dong. Atau dia berasal dari UGM. Nah, berarti kalau memang berasal dari UGM, UGM yang patut dipertanyakan. Mengapa memberikan dokumen-dokumen sampah kepada Bareskrim untuk mempertaruhkan atau untuk memutuskan nasib orang-orang gitu ya," pungkas dokter Tifa.
Unggahan tersebut sontak menuai beragam komentar dari publik. Tak sedikit warganet yang memberikan dukungan terhadap dokter Tifa dan pihak lainnya yang terlibat dalam kasus dugaan ijazah palsu Jokowi.