AI 'Pedang Bermata Dua': ISACA Siapkan 'Perisai' Tata Kelola dan Keamanan Siber untuk Indonesia

ISACA sebut AI 'pedang bermata dua' bagi Indonesia. Tanpa 'perisai' tata kelola dan keamanan siber, risikonya besar. ISACA siapkan kolaborasi industri untuk hadapi tantangan ini melalui konferensi GRACS IPSS 2025.

Hairul Alwan

Posted: Rabu, 29 Oktober 2025 | 15:23 WIB
Ilustrasi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan. (Pixabay/ Geralt)

Ilustrasi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan. (Pixabay/ Geralt)

Hitekno.com - Di tengah euforia kemajuan teknologi, Information Systems Audit and Control Association (ISACA) Indonesia Chapter memberikan peringatan keras: pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI) adalah sebuah "pedang bermata dua" yang membawa potensi manfaat sekaligus risiko masif.

Tanpa "perisai" berupa tata kelola, manajemen risiko, dan keamanan siber yang kokoh, Indonesia berisiko lebih banyak terluka daripada diuntungkan.

Menjawab tantangan ini, ISACA mengambil langkah proaktif dengan menyatukan para pemimpin industri, regulator, dan akademisi dalam sebuah konferensi akbar untuk membangun fondasi ekosistem digital yang aman.

Tantangan di Balik Kecanggihan AI

Presiden ISACA Indonesia Chapter, Harun Al Rasyid, menegaskan bahwa kompleksitas tantangan digital saat ini, terutama yang didorong oleh AI, menuntut adanya pengawalan yang serius dari semua pihak.

"Ini menjadi satu tantangan besar sehingga kita merasa perlu untuk mengawal, baik dari sisi pengendalian maupun juga dari sisi core-core misalnya dari audit," kata Harun di Jakarta, Selasa  28 Oktober 2025.

Menurutnya, dampak positif dan negatif dari AI tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi sinergis antara industri yang terus berinovasi, regulator yang menciptakan kebijakan matang, dan akademisi yang menyiapkan SDM unggul.

'Perisai' Strategis: Kolaborasi GRACS dan IPSS

Sebagai jawaban konkret, ISACA Indonesia Chapter menggelar GRACS IPSS 2025, sebuah kolaborasi strategis yang menyatukan dua konferensi IT terbesar: Governance Risk Management, Assurance & Cyber Security Summit (GRACS) dan Indonesia Privacy & Security Summit (IPSS).

Langkah ini diambil karena ISACA melihat bahwa tata kelola dan manajemen risiko adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan dalam menghadapi era AI.

Baca Juga: WhatsApp Siapkan Fitur Baru: Bisa Kirim Pesan ke Aplikasi Pihak Ketiga

"Kami melihat tata kelola dan manajemen risiko sebagai satu unit yang tidak dapat dipisahkan. Kolaborasi antara GRACS dan IPSS ini menjadi sangat strategis dan penting bagi industri serta pengembangan ekosistem digital kita," ujarnya.

Panggilan untuk Industri: Adopsi Kerangka Kerja dan Siapkan SDM

Melalui konferensi ini, ISACA tidak hanya berdiskusi, tetapi juga memberikan panggilan aksi yang jelas kepada industri. Harun menekankan pentingnya adopsi kerangka kerja yang sudah teruji dan investasi pada sumber daya manusia yang kompeten.

"Kami mendorong industri untuk mengadopsi kerangka kerja manajemen dari ISACA secara lengkap dan menyiapkan SDM yang kompeten melalui berbagai program sertifikasi," jelasnya.

Dengan langkah ini, ISACA berharap dapat membangun "perisai" yang kuat bagi ekosistem digital Indonesia, memastikan bahwa "pedang bermata dua" bernama AI dapat dimanfaatkan potensinya secara maksimal, sambil meminimalkan risiko bahaya yang menyertainya.

×
Zoomed
Berita Terkait Berita Terkini

Perburuan link DANA Kaget hari ini telah berevolusi menjadi 'olahraga' digital harian. Ini bukan lagi soal hoki, tapi ad...

internet | 13:06 WIB

Riset HP ungkap paradoks mengejutkan di dunia kerja Indonesia: 94 persen pekerja adopsi AI dengan optimis, namun tingkat...

internet | 13:05 WIB

Cara mudah membuat buku di Microsoft Word....

internet | 13:00 WIB

Riset Indosat dan Twimbit mengungkap 'mahar' kedaulatan AI Indonesia: potensi PDB Rp 2.326 triliun di 2030. Namun, dibut...

internet | 12:35 WIB

Publik geram dengan munculnya VTuber yang diperkenalkan oleh DPD RI....

internet | 09:39 WIB