Paradoks Dunia Kerja Indonesia Terungkap: Adopsi AI Tertinggi di Dunia, 'Hubungan Kerja Sehat' Anjlok

Riset HP ungkap paradoks mengejutkan di dunia kerja Indonesia: 94 persen pekerja adopsi AI dengan optimis, namun tingkat 'hubungan kerja sehat' justru anjlok paling tajam di dunia. Simak analisisnya.

Hairul Alwan

Posted: Rabu, 29 Oktober 2025 | 13:05 WIB
Ilustrasi AI - Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan. (Pixabay)

Ilustrasi AI - Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan. (Pixabay)

Hitekno.com - Sebuah paradoks mengejutkan tengah terjadi di lingkungan kerja Indonesia. Di satu sisi, para pekerja berbasis pengetahuan (knowledge worker) menunjukkan optimisme luar biasa dan menjadi pengadopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) tertinggi di dunia.

Namun di sisi lain, kesehatan hubungan mereka dengan pekerjaan justru mengalami penurunan paling tajam secara global. Temuan kontradiktif ini terungkap dalam laporan Work Relationship Index (WRI) 2025 dari HP, yang menyoroti adanya diskoneksi antara antusiasme terhadap teknologi dengan realitas kesejahteraan karyawan.

Optimisme AI yang Membumbung Tinggi

Laporan tersebut menunjukkan bahwa 94 persen pekerja di Indonesia telah menggunakan AI, dengan setengahnya bahkan menggunakannya setiap hari.

Angka ini merupakan tingkat adopsi tertinggi di antara 14 negara yang disurvei. Sebanyak 89 persen pekerja juga percaya bahwa AI dapat meningkatkan kualitas hidup dan pengalaman kerja mereka.

Realitas Berkata Lain

Ironisnya, di balik optimisme ini, kondisi hubungan kerja justru memburuk secara signifikan. Hanya 28 persen knowledge worker di Indonesia yang dilaporkan memiliki hubungan kerja yang sehat.

Angka ini anjlok 16 poin dari tahun sebelumnya, menandai penurunan paling drastis di antara semua negara yang disurvei.

Laporan ini juga menemukan bahwa 37 persen pekerja merasa perusahaan mereka kini lebih fokus pada profit ketimbang kesejahteraan, dan 68 persen menyebut tuntutan pekerjaan semakin meningkat.

AI Masalah atau Solusi?

Baca Juga: 3 Situs Pembukaan Kotak CS2 Terbaik

Di tengah paradoks ini, teknologi AI justru dipandang bukan sebagai penyebab masalah, melainkan sebagai potensi solusi.

Laporan WRI menemukan bahwa karyawan yang memiliki akses ke alat berbasis AI dari perusahaan mereka dua kali lebih mungkin memiliki hubungan kerja yang sehat.

“Kami melihat sinyal jelas bahwa teknologi, khususnya AI, dapat menjadi katalis dalam membangun pengalaman kerja yang lebih baik dan manusiawi,” ujar Juliana Cen, President Director HP Indonesia.

HP sendiri mencoba menjawab tantangan ini dengan meluncurkan strategi OneHP, sebuah ekosistem terintegrasi yang menggabungkan perangkat dan alat berbasis AI—seperti HP AI Companion dan HP Smart Sense—untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih cerdas dan berpusat pada manusia.

“Dengan OneHP, kami ingin menciptakan teknologi yang bukan hanya efisien, tetapi juga memperkuat koneksi antar manusia,” lanjut Juliana Cen.

Temuan ini mengirimkan pesan yang kuat kepada para pemimpin perusahaan: adopsi AI yang masif dari karyawan adalah sebuah sinyal positif, namun itu tidak akan ada artinya jika tidak diimbangi dengan investasi pada teknologi yang benar-benar mendukung kesejahteraan dan mengurangi beban kerja mereka.

Tanpa itu, optimisme terhadap AI hanya akan menjadi anomali di tengah lingkungan kerja yang semakin tidak sehat.

×
Zoomed
Berita Terkait Berita Terkini

Publik geram dengan munculnya VTuber yang diperkenalkan oleh DPD RI....

internet | 09:39 WIB

Wamen Komdigi Nezar Patria blak-blakan: jangkauan 5G Indonesia (kurang dari 10%) tertinggal jauh dari Malaysia (80 perse...

internet | 06:42 WIB

Sutradara Final Fantasy 7 Rebirth, Naoki Hamaguchi, lempar tantangan ke para kreator: manusia harus bisa lebih baik dari...

internet | 23:14 WIB

Cara menemukan kembali video reels Instagram yang sudah pernah ditonton....

internet | 18:32 WIB

Masalah WiFi lemot bisa terjadi karena berbagai faktor, mulai dari jarak yang terlalu jauh dengan router, gangguan sinya...

internet | 18:26 WIB