Potoo, burung malam Amerika Latin dengan kamuflase ekstrem dan panggilan khas yang kini dimanfaatkan ilmu bioakustik untuk memantau populasi dan kesehatan hutan. (Birdfact.com)
Hitekno.com - Di kedalaman hutan tropis Amerika Latin yang remang, sesosok makhluk dengan mata kuning raksasa dan mulut menganga lebar duduk membeku laksana patung.
Inilah Potoo, burung yang menjadi sensasi internet karena penampilannya yang aneh sekaligus dijuluki "burung hantu" atau "burung neraka" karena suaranya yang melengking dan menghantui di malam hari.
Potoo adalah hasil evolusi yang memukau karena menggabungkan kamuflase sempurna, strategi berburu efisien, dan panggilan vokal yang kini dimanfaatkan oleh ilmuwan untuk riset bioakustik.
Keunggulan utama Potoo adalah kemampuan kamuflasenya yang ekstrem dengan bulu bercorak abu-abu, cokelat, dan hitam yang membuatnya tampak seperti ujung cabang atau tunggul kayu saat bertengger secara vertikal di siang hari.
Pada siang hari Potoo akan mematung tanpa bergerak selama berjam-jam sambil merentangkan lehernya sehingga hampir mustahil ditemukan oleh pengamat burung yang berpengalaman.
Potoo memiliki kelopak mata yang berlubang-lubang sehingga dapat "mengintip" pergerakan predator meski tampak bermata tertutup.
Pada senja hari Potoo berubah menjadi pemburu malam yang efisien dengan mata besar yang sangat sensitif terhadap cahaya redup untuk menangkap serangga terbang dari pos bertenggernya.
Strategi berburu "duduk dan tunggu" membuat Potoo hemat energi dan sangat efektif di habitat hutan yang gelap dan padat.
Selain penampilannya, suara Potoo adalah salah satu ciri paling ikoniknya, dengan panggilan yang berkisar dari siulan melankolis hingga jeritan keras yang sering digambarkan menghantui malam hutan.
Para ilmuwan kini memanfaatkan teknik bioakustik untuk merekam dan menganalisis panggilan Potoo sebagai alat untuk memantau populasi dan distribusi spesies yang sulit dilihat secara visual.
Baca Juga: Adu POCO X6 Pro Vs POCO X7 Pro, Mana Paling Worth It, Flagship Killer Lama Atau Baru?
Dengan menempatkan perekam otonom di hutan, peneliti dapat memperkirakan jumlah Potoo, memetakan lokasi panggilan, dan memantau perubahan waktu terhadap aktivitas vokal mereka.
Data suara Potoo juga membantu mengevaluasi kesehatan habitat karena kehadiran atau ketiadaan panggilan dapat menandakan perubahan seperti deforestasi atau gangguan ekosistem lainnya.
Rekaman vokal juga memberikan wawasan tentang perilaku teritorial dan ritual kawin yang sulit dipelajari lewat pengamatan visual semata.
Transformasi Potoo dari makhluk yang ditakuti karena suaranya menjadi informan berharga bagi konservasi menegaskan pentingnya suara dalam studi ekologi hutan modern.
Keunikan Potoo—mulai dari kamuflase, strategi berburu, hingga panggilan malamnya—menjadikannya salah satu burung paling memesona dan ekologis penting di wilayah tropis Amerika.
Memahami dan memantau Potoo bukan hanya soal mengagumi spesies yang aneh, tetapi juga tentang menjaga kesehatan ekosistem hutan yang ia wakili.