Gunakan Teknologi Ini, NASA Pelajari Lubang Hitam Monster di Bimasakti

Sagitarius A* adalah objek yang rumit untuk dipelajari karena bintik-bintik di sepanjang cakrawala peristiwanya.

Agung Pratnyawan
Selasa, 28 Juni 2022 | 17:20 WIB
Lubang Hitam. (NASA/Event Horizon Telescope collaboration et al.)

Lubang Hitam. (NASA/Event Horizon Telescope collaboration et al.)

Hitekno.com - NASA berencana untuk mempelajari lubang hitam moster yang berada di pusat galaksi Bimasakti. Untuk itu, badan antariksa Amerika Serikan ini sudah menyiapkan caranya.

Yakni menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) atau dikenal juga sebagai teleskop penerus Hubble, NASA akan melakukan pemantauan dan mempelajari lubang hitam moster tersebut.

Di antara banyak tugas yang dijadwalkan untuk tahun pertama misinya, JWST harus bekerja sama dengan Event Horizon Telescope (EHT), rangkaian observatorium global yang menerbitkan foto lubang hitam pertama pada April 2019.

Baca Juga: Kena Masalah Ini, NASA Tunda Misi ke Asteroid Psyche

EHT mengulangi prestasi tersebut pada Mei ketika merilis potret pertama Sagitarius A*, lubang hitam supermasif di pusat Bimasakti.

Sagitarius A* adalah objek yang rumit untuk dipelajari karena bintik-bintik di sepanjang cakrawala peristiwanya, tiba-tiba menembakkan partikel dengan kecepatan hampir cahaya.

Cakrawala peristiwa lubang hitam adalah titik di mana tidak ada apa pun, bahkan cahaya yang dapat melarikan diri.

Baca Juga: Bersiap Ambil Sampel Mars, China Sukses Lampaui NASA dan ESA

Ledakan partikel tersebut dapat terjadi empat atau lima kali sehari, membuat Sagitarius A* menjadi objek yang tidak pasti.

James Webb Space Telescope. (NASA)
James Webb Space Telescope. (NASA)

"Kami masih belum tahu bagaimana ledakan ini dihasilkan. Suar adalah partikel seperti sinar kosmik yang bergerak mendekati kecepatan cahaya," kata Farhad Yusef-Zadeh, astronom di Northwestern University yang secara khusus meneliti Sagitarius A*.

Menurutnya, pasti ada sesuatu yang benar-benar mempercepatnya hingga mendekati kecepatan cahaya dan kita masih belum tahu apa itu.

Baca Juga: Roket Astra Gagal Mencapai Orbit, NASA Kehilangan 2 Satelit

Setiap sura pertama kali terlihat dalam cahaya inframerah, tetapi seiring waktu sinyal membentang menjadi radiasi submilimeter.

Secara kebetulan, itu adalah radiasi submilimeter yang dikumpulkan oleh EHT untuk menghasilkan gambar lubang hitam.

Artinya, para ilmuwan EHT berhasil mendeteksi sinyal lubang hitam yang mendasarinya dan sinyal suar.

Baca Juga: Sensor Navigasi Helikopter Ingenuity Mati di Mars, NASA Optimistis Tetap Bisa Terbang

Dengan bantuan JWST, teleskop tersebut mampu melakukan pengamatan tanpa gangguan cuaca karena mengorbit pada titik hampir 1,5 juta kilometer dari Bumi.

Dengan titik pandang yang jauh dan pelindung Matahari untuk menjaga instrumennya tetap dingin, JWST mampu mempelajari cahaya inframerah.

James Webb Space Telescope. (NASA)
James Webb Space Telescope. (NASA)

Selain itu, Teleskop Luar Angkasa James Webb menawarkan dua instrumen yang secara bersamaan dapat mengumpulkan data dalam dua jenis cahaya inframerah yang berbeda.

Dilansir dari Space.com, Selasa (28/6/2022), pengamatan pada kedua panjang gelombang memungkinkan para ahli untuk membedakan antara Sagitarius A* dan suarnya.

Sebelumya, Teleskop Luar Angkasa Hubble juga telah mempelajari Sagitarius A* dalam inframerah.

Tetapi Hubble hanya dapat memantau satu panjang gelombang pada satu waktu.

Itulah rencana NASA mempelajari lubang hitam monster di pusat galaksi Bimasakti dengan Teleskop Luar Angkasa James Webb. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak