Kominfo Mendukung Pengembangan Satelit Nano di Indonesia

Sekelompok mahasiswa dan dosen ini mengembangkan satelit nano atau cubesat di Indonesia.

Agung Pratnyawan
Selasa, 26 Oktober 2021 | 14:00 WIB
Ilustrasi satelit. (Pixabay)

Ilustrasi satelit. (Pixabay)

Hitekno.com - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyampaikan dukungan pada riset dan pengembangan satelit nano di Indonesia.

Riset dan pengembangan yang sedang dilakukan oleh mahasiswa juga akademisi Tanah Air.

"Kehadiran satelit nano karya anak bangsa merupakan kekuatan kita mewujudkan Indonesia yang semakin digital, semakin maju," kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, pada konferensi pers virtual, Senin (26/10/2021).

Baca Juga: Satelit Militer China Rusak, Ternyata Ini Penyebabnya

Sekelompok mahasiswa dan dosen di Surya University mengembangkan satelit nano atau cubesat dalam proyek bernama SS1 selama enam bulan belakangan.

Satelit ini sedang berada di tahap uji coba akhir, rencananya perangkat akan dikirim ke Jepang pada Desember dan diluncurkan pada April 2022.

Kominfo dalam proyek satelit nano ini berperan membantu perizinan "filling orbit" satelit ke International Telecommunication Union dan koordinasi internasional lainnya untuk orbit satelit.

Baca Juga: Foto Satelit Tampilkan Kondisi Bandara Afghanistan dari Luar Angkasa

"Kami harap, kolaborasi ini dapat menjadi awal yang baik bagi pengembangan teknologi satelit dan roket di Indonesia," kata Plate seperti dimuat Suara.com.

Ilustrasi satelit nano. [Shutterstock]
Ilustrasi satelit nano. [Shutterstock]

Proyek satelit ini juga melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional, melalui Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa sebagai pendamping. Sementara itu, dari sektor swasta, Pasifik Satelit Nusantara (PSN) menyumbang komponen satelit dan Organisasi Amatir Radio Indonesia atau ORARI membantu riset ground segment, elemen satelit yang berada di bumi.

Para akademisi juga dilibatkan dalam proyek ini untuk menguatkan riset penguasaan teknologi satelit.

Baca Juga: Alami Kendala Ini, Peluncuran Satelit Pemantau Bumi India Gagal

Perwakilan dari Proyek SS1, Setra Yoman, dalam acara yang sama menjelaskan satelit nano ini berbentuk kubus, ukurannya hanya 10 centimeter.

"Di luar negeri, sudah banyak satelit nano," kata Setra seperti dimuat Suara.com.

Satelit nano biasanya digunakan sebagai alat observasi atau aksesibilitas.

Baca Juga: Perluas Jaringan Starlink, SpaceX Akuisisi Startup Satelit

Kominfo melihat riset dan pengembangan teknologi satelit perlu terus didukung karena Indonesia membutuhkan satelit terutama untuk komunikasi.

Hingga 2030, kebutuhan kapasitas satelit telekomunikasi Indonesia diperkirakan sebesar 1TB per detik. Kapasitas tersebut dibutuhkan untuk menghadirkan kecepatan internet 10- hingga 20MB per detik

Saat ini Indonesia baru memiliki 50GB per detik dengan memanfaatkan sembilan satelit, terdiri dari lima satelit telekomunikasi nasional dan menyewa ruang di empat satelit asing.

Untuk memenuhi kebutuhan kapasitas satelit tersebut, Indonesia sedang membangun satelit multifungsi SATRIA-1, berkapasitas 150GB per detik yang diperkirakan bisa beroperasi komersial pada kuartal keempat 2023.

Itulah pengembangan satelit nano di Indonesia yang mendapatkan perhatian Kominfo. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak