Satelit Militer China Rusak, Ternyata Ini Penyebabnya

Sempat jadi misteri, akhirnya terungkap penyebab kerusakan satelit militer China.

Agung Pratnyawan
Kamis, 19 Agustus 2021 | 16:15 WIB
Roket Long March 5. (Wikipedia/ Huang Zhu)

Roket Long March 5. (Wikipedia/ Huang Zhu)

Hitekno.com - Satelit militer China Yunhai 1-02 dilaporkan mengalami kerusakan pada Maret 2021 kemarin. Hingga akhirnya diketahui apa penyebab kerusakan ini.

Menurut laporan Skuadron Kontrol Luar Angkasa 18 (18SPCS) Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat, pada Maret lalu Satelit militer China Yunhai 1-02 terhantam sesuatu.

Pada saat itu, tidak diketahui jelas apakah satelit yang diluncurkan pada September 2019 itu mengalami masalah teknis atau bertabrakan dengan sesuatu di orbit.

Baca Juga: Foto Satelit Tampilkan Kondisi Bandara Afghanistan dari Luar Angkasa

Terungkap, penyebab mengapa satelit tersebut bisa rusak berkat pengamatan yang dilakukan oleh ahli astrofisika dan pelacak satelit Jonathan McDowell.

Pada Sabtu (14/8/2021), Jonathan McDowell melihat pembaruan di katalog Space-Track.org, yang disediakan oleh 18SPCS untuk pengguna terdaftar.

Pembaruan tersebut termasuk catatan untuk objek 48078, 1996-051Q yang berjudul "Bertabrakan dengan satelit."

Baca Juga: Alami Kendala Ini, Peluncuran Satelit Pemantau Bumi India Gagal

Jonathan McDowell mengatakan bahwa itu adalah jenis entri baru dan belum pernah melihatnya. Ia menganalisis data pelacakan untuk mempelajari lebih lanjut.

Cuitan Jonathan McDowell. [Twitter]
Cuitan Jonathan McDowell. [Twitter]

Jonathan McDowell menemukan bahwa objek 48078 adalah kepingan kecil sampah antariksa.

Kemungkinan potongan puing dengan lebar antara 10-50 cm dari roket Zenit-2 yang meluncurkan satelit mata-mata Tselina-2 Rusia pada September 1996.

Baca Juga: Sempat Gagal, Akhirnya Iran Berhasil Luncurkan Satelit Militer

Laporan menyebut delapan potongan puing yang berasal dari roket telah dilacak selama bertahun-tahun. Tapi, objek 48078 hanya memiliki satu set data orbit, yang dikumpulkan pada Maret lalu.

Melihat data tersebut, McDowell meyakini bahwa satelit Yunhai 1-02 yang pecah pada 18 Maret adalah kandidat yang bertabrakan dengan objek 48078.

"Yunhai 1-02 dan objek 48078 melintas dalam jarak 1 kilometer satu sama lain. Dalam margin kesalahan sistem pelacakan, pada 18 Maret pukul 3:41 pagi EDT, tepat ketika 18SPCS melaporkan Yunhai pecah," tulis McDowell dalam sebuah cuitan, dikutip dari Space.com, Kamis (19/8/2021).

Baca Juga: Rusia Punya Satelit Militer Rahasia, untuk Apa?

Tabrakan tersebut menghasilkan 37 objek puing yang telah terdeteksi hingga saat ini dan kemungkinan ada puing lain yang tidak terlacak.

Meskipun mengalami kerusakan, Yunhai 1-02 tampaknya selamat dari bentrokan yang terjadi di ketinggian 780 km.

Ilustrasi sampah luar angkasa. [Shutterstock]
Ilustrasi sampah luar angkasa. [Shutterstock]

Pelacak radio amatir terus mendeteksi sinyal dari satelit, walau tidak jelas apakah Yunhai 1-02 masih dapat melakukan tugasnya.

McDowell menggambarkan insiden itu sebagai tabrakan orbit besar pertama yang dikonfirmasi sejak Februari 2009.

Namun, saat ini mungkin tabrakan antariksa akan semakin sering terjadi, mengingat banyak negara yang terus meluncurkan lebih banyak satelit ke orbit.

"Tabrakan sebanding dengan kuadrat jumlah benda di orbit. Artinya, jika kita memiliki 10 kali lebih banyak satelit, maka akan terjadi 100 kali lebih banyak tabrakan," tambah McDowell.

Masalah sampah antariksa saat ini tidak terlalu parah, tetapi peristiwa Yunhai bisa menjadi semacam tanda peringatan. Puing-puing antariksa yang berukuran kecil sulit untuk dilacak.

Menurut perkiraan Badan Antariksa Eropa, sekitar 900.000 puing dengan lebar antara 1-10 cm berada di orbit Bumi.

Sampah yang mengorbit juga bergerak sangat cepat, sekitar 27.600 kph di ketinggian yang sama dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Sehingga, pecahan kecil puing pun berisiko menyebabkan kerusakan serius pada satelit.

Itulah laporan terbaru mengenai penyebab kerusakan Satelit militer China Yunhai 1-02. (Suara.com/ Linda).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak