Astronom Temukan Dua Objek Misterius di Sabuk Asteroid

Temuan baru ini menunjukkan betapa kacaunya kondisi.

Agung Pratnyawan
Senin, 02 Agustus 2021 | 06:00 WIB
Ilustrasi asteroid. (pixabay/Buddy_Nath)

Ilustrasi asteroid. (pixabay/Buddy_Nath)

Hitekno.com - Para astronom telah menemukan dua objek misterius yang terdapat dalam sabuk asteroid utama. Keduanya ditemukan dengan warna merah.

Menurut astonom, dua objek misterius warna merah ini tidak seharusnya ada di sabuk asteroid utama.

Penelitian baru yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal Letters merinci, penemuan dua asteroid sabuk utama yang sangat merah.

Baca Juga: Hadang Asteroid Penghancur Bumi, China Siap Kirim 23 Roket Raksasa

Dinamakan 203 Pompeja dan 269 Justitia, asteroid-asteroid itu memiliki tanda spektral yang lebih merah daripada asteroid lain di sabuk utama, pita asteroid yang terletak di antara orbit Mars dan Jupiter.

Makalah baru ini dipimpin oleh astronom Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) Sunao Hasegawa.

Asteroid merah ini menyerupai objek trans-Neptunus, yaitu objek yang terletak lebih jauh dari Neptunus, planet terjauh dari Matahari (tanpa mengabaikan planet kerdil Pluto).

Baca Juga: Seukuran Gedung Pencakar Langit, 7 Asteroid Ini Meluncur ke Arah Bumi

Ini bisa berarti bahwa 203 Pompeja dan 269 Justitia terbentuk jauh di luar sana di Sabuk Kuiper dan kemudian melayang ke dalam ketika tata surya masih muda.

Jika dikonfirmasi, temuan baru ini menunjukkan betapa kacaunya kondisi saat itu dan bahan-bahan dari berbagai bagian tata surya terkadang bercampur menjadi satu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan distribusi dan komposisi asteroid besar di sabuk utama.

Baca Juga: Asteroid Bennu, Benda Luar Angkasa Berbahaya yang Jadi Penelitian NASA

Ilustrasi asteroid (Shutterstock).
Ilustrasi asteroid (Shutterstock).

Asteroid besar, terutama yang lebih besar dari 60 mil (100 km) lebarnya, kemungkinan selamat dari hari-hari awal tata surya.

Dengan mempelajari objek misterius ini, para ilmuwan berharap dapat melihat sekilas seperti apa kondisinya sekitar 4 miliar tahun lalu.

para astronom melakukan pengamatan spektroskopik inframerah dekat dari sabuk utama menggunakan Telescope Facility (IRTF) dan Seoul National University Astronomical Observatory (SAO).

Baca Juga: Jelajahi Asteroid, NASA Rakit Pesawat Baru Senilai Rp 145,21 T

Kerja sama internasional ini melibatkan ilmuwan dari MIT, University of Hawai’i, Seoul National University, Kyoto University, dan beberapa institusi lainnya.

Asteroid 203 Pompeja berdiameter 68 mil (110 km), sedangkan 269 Justitia hanya setengahnya. Keduanya memiliki spektrum merah yang luar biasa, mereka memantulkan banyak cahaya merah.

Bahkan, lebih merah dari asteroid tipe D, yang sebelumnya diyakini sebagai objek paling merah di sabuk asteroid.

Tata surya luar dikemas dengan bahan-bahan yang tersisa dari pembentukan tata surya, termasuk planetesimal (asteroid) dan centaur (planetesimal es yang terletak di antara Jupiter dan Neptunus).

Benda-benda jauh ini sangat merah, mengandung senyawa organik kompleks seperti metana dan es metanol.

Ilustrasi sebuah asteroid. [Shutterstock]
Ilustrasi sebuah asteroid. [Shutterstock]

Senyawa ini, jika dilihat melalui spektrograf, memberikan asteroid penampilan kemerahan, sebagaimana melansir dari Gizmodo, Sabtu (31/7/2021).

Sebaliknya, benda-benda di tata surya bagian dalam memiliki sedikit jejak bahan organik, sehingga cenderung memantulkan cahaya biru.

"Asteroid 203 Pompeja dan 269 Justitia diperkirakan telah terbentuk di dekat tepi luar Tata Surya, di luar garis salju organik yang jauh dan kemudian pindah ke sabuk asteroid selama zaman awal pembentukan Tata Surya," catat siaran pers JAXA .

"Garis salju organik," para ilmuwan mengacu pada lokasi di tata surya di mana metanol dan metana berubah menjadi es.

Temuan ini menunjukkan beberapa asteroid di sabuk utama yang terbentuk di tata surya luar, dan populasi objek-objek ini kemungkinan ada di dalam sabuk utama.

Studi baru menunjukkan sabuk utama sebagai tujuan yang baik untuk misi masa depan.

Itulah temuan dua objek misterius  berwarna merah yang tidak seharusnya ada di sabuk asteroid utama menurut astronom.(Suara.com/ Dythia Novianty).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak