Akhirnya Terungkap, Ada Jalan Masuk Terowongan Kematian Perang Dunia I

Kenapa dinamakan terowongan kematian.

Agung Pratnyawan
Rabu, 17 Maret 2021 | 13:00 WIB
Ilustrasi Perang Dunia I. (Pixabay)

Ilustrasi Perang Dunia I. (Pixabay)

Hitekno.com - Perang Dunia I menyimpan banyak misteri yang perlahan mulai terungkap. Seperti jalan masuk ke sisa-sisa terowongan Winterberg atau sering disebut juga terowongan kematian.

Para arkeolog amatir asal Prancis telah melakukan penggalian di dekat Kota Craonne, hingga berhasil menemukan jalan masuk ke terowongan Winterberg dari Perang Dunia I tersebut.

Dilansir dari IFL Science, Rabu (17/3/2021), terowongan tersebut telah terkubur selama 101 tahun sejak peristiwa mengerikan itu terjadi.

Baca Juga: Bom Terbesar dari Perang Dunia II Meledak di Polandia, Setara 3,6 Ton TNT

Kembali pada awal 1917, pasukan Prancis melancarkan serangan habis-habisan di punggung bukit Chemin des Dames, di timur laut Paris, dalam upaya untuk merebut kembali wilayah Aisne.

Untuk memasok pasukan Jerman yang tidak diketahui oleh Prancis, pasukan Jerman telah membangun terowongan bawah tanah yang membentang sejauh 300 meter di sisi utara bukit.

Pada 4 Mei 1917, lebih dari 270 tentara berlindung di dalam terowongan ini ketika pemboman besar-besaran dari Prancis menghantam pintu masuk dan keluar terowongan.

Baca Juga: Ditemukan Bangkai Kapal Perang Dunia II, Tenggelam Ditorpedo Inggris

Hal itu membuatnya terbakar dan amunisi cadangan yang disimpan di dalam terowongan ikut terbakar hingga menutup satu-satunya jalan keluar.

Ilustrasi Perang Dunia I. [Shutterstock]
Ilustrasi Perang Dunia I. [Shutterstock]

Malangnya, poros ventilasi juga ditutup dan menyebabkan terowongan berisi gas beracun.

Selama enam hari berikutnya, oksigen habis dan perlahan membunuh tentara-tentara yang masih tersisa.

Baca Juga: Barbar, Begini Strategi Pasukan Hantu Amerika di Perang Dunia II

Dilaporkan hanya tiga tentara yang berhasil bertahan cukup lama untuk diselamatkan.

Salah satu tentara, Musketier Karl Fißer dari 11th Company Reserve Infantry Regiment 111, menjelaskan bagaimana situasi di dalam terowongan yang dihadapinya.

"Waktu berlalu dan kami menjadi sulit bernapas. Panasnya tak tertahankan. Kami mulai merasa haus dan kehilangan semua harapan. Saya tidak akan pernah melupakan kematian rekan-rekan saya," kata Fißer.

Baca Juga: Punya Jasa Besar Selama Perang Dunia II, Alan Turing Dihukum Kebiri Kimia

Ia juga menggambarkan bagaimana salah satu rekannya memintanya untuk mengisi pistol agar bisa mengakhiri hidupnya.

Sebelum ia mencari pistol untuk dirinya sendiri, ia pingsan. Saat merangkak dalam kegelapan untuk mencari air, Fißer menemukan senter dan menyalakannya.

Ilustrasi terowongan. (Pixabay)
Ilustrasi terowongan. (Pixabay)

"Di sana saya melihat pemandangan yang mengerikan. Teman-teman saya yang mati dan telanjang berbaring dalam posisi sempit dengan tangan terentang. Saya tidak ingin melihatnya lagi dan mematikan senter. Saya pingsan, berapa lama saya tidak tahu," tambahnya.

Pepohonan dan dedaunan tumbuh di atas medan perang, sehingga menutupi lokasi di mana terowongan itu berada.

Terowongan itu tetap menjadi misteri selama satu abad, sebelum akhirnya Alain Malinowski menemukan peta lokasinya dan menuju ke situs tersebut.

Namun, pihak berwenang tidak melakukan apa pun terhadap penemuannya selama lebih dari satu dekade.

Tetapi saat putra Malinowski, Pierre, melakukan penggalian sedalam empat meter di situs tersebut, ia dan timnya menemukan ratusan tabung masker gas, dua mayat, serta serangkaian senjata.

Kini pihak berwenang akan memutuskan apakah akan segera menggali situs tersebut, meskipun para ahli di komisi kuburan perang Jerman mengatakan bahwa mereka hampir yakin temuan itu adalah terowongan Winterberg.

Itulah temuan arkeolog pada jalan masuk terowongan kematian sisa Perang Dunia I. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak