Google Gandeng Observatorium untuk Simpan Data Astronomi di Cloud

Data tersebut akan tersedia untuk ratusan ilmuwan menjelang fase pengamatan utama Rubin.

Dinar Surya Oktarini
Jum'at, 25 Desember 2020 | 18:00 WIB
Logo Google. (Instagram/@google)

Logo Google. (Instagram/@google)

Hitekno.com - Observatorium Vera C.Rubin bersama Google yang baru didirikan di Chilii untuk menyimpan data astronomi di cloud. 

Google mengatakan, kolaborasi tersebut akan membawa generasi baru proyek komputasi ilmiah skala besar yang dapat dibagikan di seluruh dunia dengan layanan internet.

Perusahaan teknologi itu akan menjadi tuan rumah Interim Data Facility (IDF) Observatorium Rubin, yang akan mengumpulkan data awal hingga observatorium beroperasi penuh pada 2023.

Baca Juga: Penipuan Modus Baru, Ngaku Salah Top Up Game Hingga Minta Kode OTP WA

Nantinya, data tersebut akan tersedia untuk ratusan ilmuwan menjelang fase pengamatan utama Rubin, yang dikenal sebagai Legacy Survey of Space and Time (LSST).

Ilustrasi Astronomi. [Shutterstock]
Ilustrasi Astronomi. [Shutterstock]

"Dengan menggunakan infrastruktur cloud yang mapan dan tepercaya, kami dapat memastikan siap memberikan ilmu pengetahuan berdampak tinggi kepada komunitas kami saat teleskop, kamera, dan sistem data siap," kata Bob Blum, direktur operasi Observatorium Rubin, seperti dikutip Space.com, Kamis (24/12/2020).

Blum menambahkan bahwa LSST adalah salah satu eksperimen yang mengumpulkan data tentang tata surya, bintang variabel, bintang yang membentuk Bimasakti, dan perluasan alam semesta.

Baca Juga: Zoom Berencana Merilis Email Miliknya Sendiri

Kumpulan data sementara akan berukuran sangat besar sehingga pengguna harus menggunakan platform sains berbasis browser untuk mengakses informasi. LSST diharapkan menghasilkan 500 petabyte informasi.

"Kemajuan yang kami lihat di bidang astronomi menunjukkan meningkatnya minat akan data yang hanya dapat didukung oleh skala dan kecepatan cloud," kata Mike Daniels, wakil presiden sektor publik global Google Cloud.

Dengan kolaborasi ini, Observatorium Rubin dapat membangun lebih banyak fleksibilitas untuk meningkatnya permintaan data astronomi sekaligus memanfaatkan penyimpanan data cloud berbiaya rendah.

Baca Juga: Rayakan Natal, Netizen Ramaikan Beragam Ucapan Ini di Twitter

Kumpulan data astronomi sementara tersebut akan dapat mulai diakses pada akhir 2021.(Suara.com/Lintang Siltya Utami)

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak