NASA Akan Uji Desan Toilet Anyar di Luar Angkasa Minggu Depan

Desain toilet terbaru UWMS sendiri tidak terlalu berbeda dengan toilet luar angkasa lainnya.

Dinar Surya Oktarini
Kamis, 24 September 2020 | 18:56 WIB
Toilet di luar angkasa. (YouTube/ European Space Agency, ESA)

Toilet di luar angkasa. (YouTube/ European Space Agency, ESA)

Hitekno.com - Minggu depan, NASA akan meluncurkan desain toilet terbaru ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). 

Nantinya astronot akan mengujinya dengan memasang sistem di salah satu toilet stasiun luar angkasa yang tengah beroperasi saat ini. 

Pengujian toilet tadi berkaitan dengan misi pengiriman kembali manusia ke Bulan menggunakan pesawat ruang angkasa Orion pada 2023. Namun dalam misi itu, NASA harus memikirkan bila astronot mesti berurusan dengan peturasan. Inilah tantangan bagi Jason Hutt, pemimpin teknik kapsul Orion.

Baca Juga: Terpopuler: Samsung Galaxy S20FE dan Desain ATM Bikin Salfok

Jason Hutt bertanggung jawab memastikan bahwa toilet Orion, yang disebut Universal Waste Management System (UWMS), dapat berfungsi dalam batas-batas pesawat ruang angkasa tanpa menimbulkan masalah seperti bau berlebihan.

Mengingat Orion hanya berukuran seperti perahu motor kecil dan harus menampung empat astronot yang membuang kotoran selama hampir sebulan, sistemnya harus kompak, efisien, dan tidak terlalu menimbulkan bau.

Astornot NASA, Serena Auñón-Chancellor tengah berada di toilet angkasa luar NASA yang beroperasi saat ini [NASA].
Astronot NASA, Serena Auñón-Chancellor tengah berada di toilet angkasa luar NASA yang beroperasi saat ini [NASA].

Desain UWMS sendiri tidak terlalu berbeda dengan toilet luar angkasa lainnya.

Baca Juga: Infinix Zero 8 dengan Darwin 1.0, Fitur Canggih untuk Optimalkan Performa

Karena tidak ada gravitasi di luar angkasa, alat ini menggunakan kipas bermotor untuk menyedot urin dan kotoran astronot agar tidak melayang.

Kotoran akan tetap disimpan di Orion sampai pesawat kembali ke Bumi. Tetapi tidak ada ruang untuk menyimpan urin dan pesawat luar angkasa tidak bisa mendaur ulangnya menjadi air seperti yang bisa dilakukan di stasiun luar angkasa.

Sehingga astronot Orion berencana akan membuang urin mereka ke luar angkasa, di mana cairan itu bisa mengapung membeku selamanya.

Baca Juga: Huawei Watch Fit, Smartwatch Pengganti Personal Trainer Berolahraga

NASA sebelumnya juga pernah membuang urin astronot ke luar angkasa. Namun selama penerbangan itu, urin membeku ke ventilasi. Kali ini, para insinyur menambahkan pemanas ke dalam sistem untuk mencegah pembekuan langsung.

Dengan menyimpan kotoran manusia di kapsul Orion selama berminggu-minggu membuat para insinyur harus mencari cara untuk menghilangkan baunya.

Filter apa pun yang digunakan NASA untuk hal ini harus efektif namun ringan, sehingga tidak menambah bobot terlalu banyak.

Baca Juga: Melalui Misi Artemis, NASA Telah Pilih Astronot Perempuan Pertama ke Bulan

"Bau disebabkan senyawa kimia yang dilepaskan dari kotoran manusia, lalu menembus filter berfungsi menghilangkan senyawa itu," jelas Jason Hutt, seperti dikutip Business Insider pada Kamis (24/9/2020).

Di sisi lain, NASA tidak mengizinkan pewangi kimiawi seperti Febreze digunakan di pesawat luar angkasa karena akan mencemari udara terlalu cepat dan berpotensi membahayakan astronot di dalamnya.

Selain itu, tabung bertekanan tidak diizinkan karena berisiko bisa meledak.

Jason Hutt telah menguji banyak opsi pewangi potensial. Sejauh ini, yang paling aman adalah arang aktif, berbentuk bubuk yang menyerap bau tanpa memerlukan listrik atau bahan kimia. Zat itu bisa dimasukkan ke dalam filter di sistem ventilasi pesawat.

Untuk mengetahui hasil uji coba, NASA membayar White Sands Test Facility di New Mexico yang akan mencium toilet setlah digunakan. hal ini berujuan untuk mengevaluasi apakah tindakan pengendalian baru berhasil atau tidak. (Suara.com/Lintang Siltya Utami)

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak