Terjadi Lagi, Bintang Raksasa Betelgeuse Kembali Meredup

Peredupan baru-baru ini tidak konsisten dengan siklus variasi kecerahan Betelgeuse saat ini.

Dinar Surya Oktarini
Kamis, 20 Agustus 2020 | 13:11 WIB
Ilustrasi luar angkasa. (Pixabay/ PublicDomainPictures)

Ilustrasi luar angkasa. (Pixabay/ PublicDomainPictures)

Hitekno.com - Beberapa waktu lalu bitang raksasa Betelgeuse sempat meredup. Usai bercahaya kembali, Betelgeuse kini mulai meredup lagi. 

Peredupan baru-baru ini tidak konsisten dengan siklus variasi kecerahan Betelgeuse saat ini. 

Betelgeuse berada 700 tahun cahaya di konstelasi Orion dan salah satu bintang paling terang di langit.

Baca Juga: Belajar dari Video YouTube, Pria Ini Bongkar Jok Motor untuk Curi HP

Betelgeuse menjadi salah satu bintang yang paling menarik karena umurnya sangat tua, sekitar 8 hingga 8,5 juta tahun dan berada di ambang pintu kematian untuk sebuah bintang.

Bintang itu diperkirakan memiliki 10 hingga 25 kali massa Matahari dan menjalani sebagian besar masa hidupnya sebagai bintang masif berwarna biru-putih yang ganas.

Betelgeuse. [NASA]
Betelgeuse. [NASA]

Betelgeuse telah kehabisan hidrogen beberapa waktu lalu dan sekarang bintang itu menggabungkan helium menjadi karbon dan oksigen.

Baca Juga: Curhat Revisian Skripsi Ditolak Viral, Dosen Ini Beri Tips ke Mahasiswa

Setelah helium habis, Betelgeuse akan memadukan unsur-unsur yang lebih berat dan menyebabkan penumpukan besi di inti, pada akhirnya akan menyebabkan bintang menjadi supernova.

Peristiwa peredupannya yang berlangsung antara September 2019 dan Februari 2020 dijuluki sebagai Great Fainting dan memang dramatis, karena meredupkan kecerahan bintang hingga hampir 25 persen.

Untuk saat ini, para astronom cukup yakin bahwa itu hanya "bersin". Betelgeuse mengeluarkan sekumpulan bahan yang sebagian akan meredupkannya selama beberapa waktu, bukan hal aneh bagi bintang dengan usia seperti itu.

Baca Juga: Terpopuler: Simbol Misterius di Matahari dan Pamer Ayah Muda Ganteng

"Kami melihat ini sepanjang waktu dan itu adalah bagian normal dari siklus hidup bintang. Betelgeuse sesekali akan melepaskan material dari permukaannya, yang akan mengembun di sekitar bintang sebagai debu," kata Emily Levesque, astronom dari Universitas Washington, seperti dikutip Science Alert, Kamis (20/8/2020).

Saat mendingin dan menghilang, dia menambahkan, butiran debu akan menyerap sebagian cahaya yang menuju ke arah Bumi.

Meski begitu, peristiwa peredupan baru kali ini juga perlu diselidiki. Meskipun peredupannya tidak sedramatis Great Fainting, peristiwa ini tidak konsisten dengan siklus variabilitas bintang.

Baca Juga: Ini Tempat Terbaik Melihat Bintang di Bumi, Sekaligus Terdingin

Puncak kecerahan Betelgeuse berikutnya akan terjadi pada Agustus dan September 2020. Oleh karena itu, seharusnya Betelgeuse mengalami tingkat kecerahan secara bertahap sepanjang tahun.

Kecerahan bintang sebenarnya agak sulit dilacak karena posisi Betelgeuse di langit bergerak di belakang Matahari dari Mei hingga awal Agustus.

Namun, Solar and Terrestrial Relations Observatory (STEREO) NASA berada di orbit Matahari yang berada di belakang Bumi. Dengan kata lain, wahana antariksa itu bisa mengawasi Betelgeuse untuk sementara waktu. Sejak Mei hingga Juli, ketika STEREO mengamatinya, bintang itu tidak bersinar lagi.

"Anehnya, alih-alih terus meningkatkan atau meratakan kecerahan, Betelgeuse telah menurun ~ 0,5 mag dari pertengahan Mei hingga pertengahan Juli," tulis Andrea Dupree dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics dalam Astronomer's Telegram.

Logo NASA. [Shutterstock]
Logo NASA. [Shutterstock]

Kabar baiknya, Betelgeuse sekali lagi terlihat di langit Bumi sehingga lebih banyak pengamatan yang dapat dilakukan.
Menurut siklus 425 hari, siklus ketika cahaya Betelgeuse berfluktuasi, Betelgeuse diprediksi akan redup kembali pada April 2021.

Tapi selain siklus yang diketahui, bintang ini bisa sangat tidak terduga dan memiliki variasi cahaya yang kompleks yang tidak bisa dimengerti dengan baik.

Lain hal, peredupann dini ini membantu manusia memahami proses yang terjadi di akhir kehidupan bintang masif di tahun-tahun akhirnya. Para ilmuwan mengatakan sangat penting untuk terus memantau Betelgeuse hingga 2021. (Suara.com/Llintang Siltya Utami)

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak