Selain Indah, Atmosfer Pluto Ternyata Lebih "Tangguh" dari Perkiraan

Partikel ultra kecil pada atmosfer tipis Pluto memancarkan cahaya biru menawan.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 12 Agustus 2020 | 21:00 WIB
Kabut tipis yang tertangkap pada planet Pluto. (NASA)

Kabut tipis yang tertangkap pada planet Pluto. (NASA)

Hitekno.com - Selain bentuknya yang kecil, ternyata Pluto merupakan benda langit yang penuh kejutan. Planet katai atau planet kerdil ini bukanlah bebatuan mati di tepi Tata Surya, melainkan objek aktif secara geologis dengan atmosfer tipis.

Kemegahan dari Pluto terekam pada tahun 2015 dari wahana antariksa NASA, New Horizons.

Saat itu para astronom menjadi saksi betapa memukaunya atmosfer tipis dari Pluto.

Baca Juga: Hasil Penelitian Baru: Es Kutub Utara Diprediksi Hilang pada 2035

Para peneliti bingung apakah atmosfer itu permanen atau berubah seiring musim saat planet mengorbit Matahari.

Untuk waktu yang lama, diasumsikan bahwa ketika Pluto mendekati Matahari, es di planet katai berubah menjadi gas.

Wahana antariksa New Horizons. [NASA]
Wahana antariksa New Horizons. [NASA]

Ketika bergerak lebih jauh, partikel gas itu mengembun dan membeku sekali lagi.

Baca Juga: Akibat Gelombang Langit, Ilmuwan Ungkap Atmosfer Keluarkan Suara Begini

Namun, sebuah studi baru, yang diterbitkan di jurnal Science Direct Icarus, menunjukkan bahwa kenyataannya tidak demikian.

Menggunakan Observatorium Stratosfer untuk Astronomi Inframerah, atau SOFIA, para peneliti mempelajari atmosfer selama okultasi bintang.

Ketika Pluto lewat di depan sebuah bintang, SOFIA menggunakan cahaya bintang tersebut untuk mempelajari atmosfernya.

Baca Juga: Astronom Terpukau, Atmosfer Mars Pancarkan Cahaya Hijau Ini

Orbit Pluto ternyata jauh lebih berbentuk telur jika dibandingkan orbit Bumi.

Ilustrasi Pluto. (NASA)
Ilustrasi Pluto. (NASA)

Dalam perjalanannya selama 248 tahun mengelilingi Matahari, ia menghabiskan 20 tahun lebih dekat ke Matahari daripada Neptunus. Pergerakan terakhir yang terekam teleskop terjadi antara 1979 hingga 1999.

Kini planet bergerak ke orbit yang lebih dingin dan lebih jauh. Sejauh ini, atmosfer milik Pluto tampaknya tidak terpengaruh.

Baca Juga: Ditemukan Ledakan Cahaya Misterius di Atmosfer, Ini Penjelasan Ilmuwan

Dikutip dari IFLScience, data menunjukkan kekaburan di atmosfer dan tidak ada perubahan antara pengamatan pada tahun 2015 dan pengamatan dari tahun 2011 hingga 2013.

"Pluto adalah objek misterius yang terus-menerus mengejutkan kami. Ada petunjuk dalam pengamatan jarak jauh sebelumnya bahwa mungkin ada kabut, tetapi tidak ada bukti kuat untuk mengonfirmasi bahwa itu benar-benar ada sampai datanya didapatkan dari SOFIA. Sekarang kami mempertanyakan apakah atmosfer Pluto akan runtuh di tahun-tahun mendatang, ini mungkin lebih tangguh dari yang kami kira," kata Michael Person, direktur Wallace Astrophysical Observatory dari Massachusetts Institute of ology dalam rilis resminya.

Namun ilmuwan masih belum yakin apakah atmosfer Pluto akan runtuh lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya, atau mungkin tidak sama sekali.

Kabut atmosfer terbuat dari partikel-partikel kecil dengan ketebalan sekitar 0,06-0,10 mikron. Ukuran partikel itu sekitar 1.000 kali lebih kecil dari rambut manusia.

Partikel ultra kecil tersebut membuat atmosfer Pluto menyebarkan cahaya biru yang terlihat indah.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak