Hasil Penelitian Baru: Es Kutub Utara Diprediksi Hilang pada 2035

Keberadaan es laut Arktik sangat penting dalam ekosistem dunia dan pencairannya tidak hanya akan menyebabkan naiknya permukaan laut.

Agung Pratnyawan
Rabu, 12 Agustus 2020 | 19:00 WIB
Lapisan es Arktik di Kutub Utara. (NASA)

Lapisan es Arktik di Kutub Utara. (NASA)

Hitekno.com - Hasil penelitian terbaru memprediksi es laut Arktik atau Kutub Utara bisa menghilang atau mencair pada 2035 mendatang.

Dalam penelitian ini, akademisi menggunakan alat pemodelan iklim yang dibuat oleh Met Office untuk mengetahui bagaimana Arktik merespons selama periode pemanasan 127.000 tahun lalu.

Hasil ini kemudian digunakan untuk memprediksi masa depan dan mengungkapkan kemungkinan tidak akan ada es laut di Arktik dalam waktu 15 tahun.

Baca Juga: Ditemukan Bahan Kimia Misterius di Kutub Utara, Diklaim Tahan Lama

Hal ini disebabkan oleh sinar Matahari musim semi yang kuat dan menciptakan genangan air yang dikenal sebagai "melt ponds", yang menyerap panas dari Matahari dan kemudian menyebabkan pemanasan.

Keberadaan es laut Arktik sangat penting dalam ekosistem dunia dan pencairannya tidak hanya akan menyebabkan naiknya permukaan laut, tetapi juga membuat banyak spesies kehilangan tempat tinggal.

Sebagai contoh, beruang kutub yang sangat bergantung pada es laut Arktik untuk kehidupannya karena hewan ini menggunakan es untuk mengintai dan berburu mangsa.

Baca Juga: Ilmuwan Prediksi Popoulasi Beruang Kutub Punah Pada 2100, Menyedihkan

Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa sebagian besar populasi beruang kutub berisiko punah pada tahun 2100 karena hilangnya es laut. Garis waktu ini kemungkinan akan dipercepat jika prediksi baru tahun 2035 terbukti akurat.

Lanskap kuno di salah satu sudut Pulau Baffin. ( University of Colorado Boulder/ Gifford Miller)
Lanskap kuno di salah satu sudut Pulau Baffin. ( University of Colorado Boulder/ Gifford Miller)

Ilmuwan dari Universitas Cambridge dan British Antarctic Survey bekerja sama dengan Met Office dalam studi terbaru.

Para ahli menemukan bahwa selama periode interglasial hangat sekitar 127.000 tahun yang lalu, sinar Matahari musim semi yang intens menciptakan genangan air saat es mencair.

Baca Juga: Penelitian Baru: Suhu Kutub Selatan Naik Tiga Kali Lebih Cepat

Kolam air yang mencair ini menyebabkan lebih banyak es mencair karena tidak memantulkan sinar Matahari sebanyak es utuh. Sebaliknya, lebih banyak sinar Matahari dan energi diserap oleh air, menghangatkan lebih banyak es, dan berkontribusi pada fenomena yang dikenal sebagai amplifikasi Arktik.

Dilansir dari Daily Mail, Rabu (12/8/2020), ini dianggap sebagai faktor utama pencairan es laut lebih dari 100.000 tahun lalu dan jumlah genangan air lelehan yang serupa telah terlihat saat ini dalam citra satelit.

Catatan satelit menunjukkan bahwa es itu menyusut sekitar 15 persen setiap dekade, dengan sekitar setengah dari semua es laut Arktik menghilang sejak tahun 1980-an.

Baca Juga: Akibat Kebocoran Minyak, Kutub Utara Terancam Terdampak Kebakaran

Sementara hampir semua ahli setuju bahwa es laut Arktik akan hilang pada 2050, prediksi sebelumnya terbukti sangat tidak akurat. Beberapa perkiraan secara keliru menyatakan bahwa es laut Arktik pasti sudah lenyap.

"Suhu tinggi di Arktik telah membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade. Mengungkap misteri ini secara teknis dan ilmiah memang menantang. Untuk pertama kalinya, kita bisa mulai melihat bagaimana Arktik menjadi lautan bebas es selama interglasial terakhir," kata Dr Maria Vittoria Guarino, penulis utama gabungan dan Earth System Modeller dari British Antarctic Survey (BAS).

Global warming di Arktik, Kutub Utara. [Shutterstock]
Global warming di Arktik, Kutub Utara. [Shutterstock]

Kemajuan yang dibuat dalam pemodelan iklim menunjukkan bahwa manusia dapat membuat simulasi lebih akurat dari iklim masa lalu Bumi. Pada akhirnya memberi gambaran lebih besar dalam memprediksi model iklim untuk masa depan.

"Kami tahu Arktik sedang mengalami perubahan signifikan saat Bumi kita menghangat. Dengan memahami apa yang terjadi selama periode hangat terakhir Bumi, kita sedang dalam posisi yang lebih baik untuk memahami apa yang akan terjadi di masa depan," ucap Dr Louise Sime, ketua kelompok Palaeoclimate dan penulis utama bersama di BAS.

Sime menambahkan bahwa prediksi hilangnya lautan es pada 2035, harus membuat semua orang berfokus untuk menciptakan Bumi yang rendah akan karbon secepat mungkin secara manusiawi.

Penelitian yang memprediksi habisnya es kutub utara ini telah dipublikasikan di jurnal ature Climate Change. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak