Microsoft Terbitkan Makalah Penelitan tentang AI, Mampu Ungguli Manusia?

Dengan sistem AI baru yang mampu menghasilkan jawaban dan ide yang mirip dengan manusia tanpa pemrograman eksplisit.

Cesar Uji Tawakal

Posted: Rabu, 17 Mei 2023 | 20:22 WIB
Ilustrasi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan. (Pixabay/ Geralt)

Ilustrasi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan. (Pixabay/ Geralt)

Hitekno.com - Microsoft baru-baru ini menerbitkan sebuah makalah penelitian yang berjudul "Sparks of Artificial General Intelligence" yang mengeksplorasi kemungkinan dan risiko yang terkait dengan menciptakan mesin yang memiliki kecerdasan setara atau bahkan melebihi kecerdasan manusia.

Debat seputar konsep Artificial General Intelligence (A.G.I.) seringkali melibatkan ranah filsafat, menjadikannya topik yang kontroversial di kalangan ilmuwan komputer. Klaim sebelumnya tentang A.G.I. telah menyebabkan kerusakan reputasi bagi para peneliti, dan membedakan antara kecerdasan sejati dengan kecerdasan simulasi masih merupakan tantangan.

Namun, kemajuan terbaru di bidang ini telah menunjukkan harapan, dengan sistem AI baru yang mampu menghasilkan jawaban dan ide yang mirip dengan manusia tanpa pemrograman eksplisit.

Dilansir dari Sputnik News, Microsoft telah mengubah struktur laboratorium penelitian mereka dengan menyertakan kelompok-kelompok yang secara khusus menyelidiki A.G.I., dengan Sébastien Bubeck, penulis utama makalah Microsoft tentang A.G.I., memimpin salah satu kelompok tersebut.

Teknologi yang mereka gunakan, yaitu OpenAI's GPT-4, dianggap sebagai model bahasa paling kuat yang tersedia saat ini. Microsoft telah menginvestasikan $13 miliar dalam OpenAI, menunjukkan adanya kemitraan yang kuat antara kedua perusahaan tersebut.

Setelah menganalisis sejumlah besar teks digital, termasuk buku, artikel, dan log percakapan, GPT-4 telah belajar untuk menghasilkan teksnya sendiri, menulis puisi, dan bahkan terlibat dalam percakapan.

Para peneliti telah mengamati perilaku yang mengesankan dari sistem ini, yang menunjukkan "pemahaman yang mendalam dan fleksibel" tentang konsep dan keterampilan manusia.

Misalnya, GPT-4 dapat menulis bukti matematis tentang bilangan prima tak terhingga dalam bentuk berima, yang menunjukkan kemampuan matematika dan linguistik.

Ketika dihadapkan pada berbagai tugas, GPT-4 menunjukkan kemampuannya untuk menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan menilai teks dengan lebih baik daripada menghasilkannya.

Misalnya, saat diminta untuk melakukannya, ia menghasilkan sebuah program untuk menggambar seekor kuda bertanduk, dan bahkan memodifikasi program tersebut untuk menggambar kuda tanpa tanduk ketika kode yang relevan dihapus.

Baca Juga: Pria Pilih Jual Kulkas dan Motor Demi Tiket Coldplay, Netizen Geleng-geleng

Ia juga menciptakan sebuah program untuk menilai risiko diabetes berdasarkan informasi pribadi dan membuat sebuah surat yang mendukung sebuah elektron sebagai kandidat presiden Amerika Serikat dalam suara Mahatma Gandhi, di antara tugas-tugas kompleks lainnya.

Para kritikus berpendapat bahwa klaim Microsoft tidak dapat dibuktikan dan mewakili upaya oportunis untuk mendapatkan perhatian terhadap teknologi yang masih banyak disalahpahami.

Beberapa peneliti menekankan bahwa kecerdasan umum sejati memerlukan pemahaman tentang dunia fisik, yang tidak dimiliki oleh GPT-4 dalam teori. Sifat subjektif dan informal makalah Microsoft, serta ketidakkonsistenan dalam evaluasi ilmiah yang ketat, semakin menimbulkan keraguan di kalangan para ahli.

Karena para peneliti menggunakan versi awal GPT-4 yang belum disesuaikan untuk konten yang tidak diinginkan, ahli luar tidak dapat memverifikasi klaim yang tertera dalam makalah tersebut. Microsoft menjelaskan bahwa versi publik dari sistem ini kurang kuat dibandingkan dengan yang diuji.

Meskipun GPT-4 menunjukkan kemampuan yang menyerupai penalaran manusia, sistem ini juga menunjukkan perilaku yang tidak konsisten. Beberapa ahli berpendapat bahwa teks yang dihasilkan oleh sistem-sistem ini mungkin tidak mencerminkan penalaran manusia yang sebenarnya atau akal sehat.

Alison Gopnik, seorang profesor psikologi di University of California, Berkeley, mengatakan bahwa mengantropomorfisasi sistem AI dan membandingkannya dengan manusia dalam suatu kompetisi adalah pendekatan yang tidak memadai.

Pursuit of Artificial General Intelligence terus menarik perhatian para peneliti, tetapi masih ada pertanyaan mengenai sifat sebenarnya dan batasan-batasan kecerdasan yang dihasilkan oleh sistem-sistem ini.

Berita Terkait Berita Terkini

Salah satu pohon tertinggi di dunia yang berusia 450 tahun terbakar....

sains | 20:11 WIB

Fenomena langka Bulan hitam akan terjadi pada 23 Agustus 2025....

sains | 19:06 WIB

Ahli kimia memaparkan bahayanya menggunakan gas air mata yang sudah kedaluwarsa....

sains | 11:17 WIB

Sejumlah fakta tentang paus orca atau paus pembunuh....

sains | 17:31 WIB

Jika kalian melihat 9 makhluk di atas untuk segera menjauh dan segera keluar dari air untuk menyelamatkan diri dari sera...

sains | 15:06 WIB