Ilmuwan Prediksi Popoulasi Beruang Kutub Punah Pada 2100, Menyedihkan

Beruang Kutub ikut jadi korban dari peningkatan suhu di Bumi.

Agung Pratnyawan
Kamis, 23 Juli 2020 | 13:00 WIB
Ilustrasi beruang kutub. (Pixabay/4924546)

Ilustrasi beruang kutub. (Pixabay/4924546)

Hitekno.com - Peningkatan suhu tidak hanya menjadi masalah bagi manusia, namun juga populasi beruang kutub. Bahkan binatang predator ini diprediksi bisa mengalami kepunahan.

Mencairnya es kutub karena peningkatan suhu, dapat memicu kelangkaan makanan bagi beruang kutub hingga mati kelaparan.

Penelitian baru yang diterbitkan di Nature Climate Change memperkirakan bahwa tanpa intervensi populasi beruang kutub dapat menghilang sepenuhnya pada 2100. Karenanya, para ilmuwan mendorong upaya yang lebih besar untuk mengekang emisi karbon dengan cepat.

Baca Juga: Penelitian Baru: Suhu Kutub Selatan Naik Tiga Kali Lebih Cepat

Dilansir dari IFL Science, Kamis (23/7/2020), beruang kutub umumnya memakan anjing laut karena lemaknya berfungsi sebagai sumber yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi kondisi atau suhu es di Kutub Utara.

Namun, untuk memburu anjing laut, beruang kutub membutuhkan es untuk menjaga diri mereka tetap tersembunyi saat sedang mengintai.

Dalam beberapa tahun terakhir, es laut Kutub Utara telah mencair secara drastis karena suhu pemanasan sebagai akibat dari perubahan iklim. Dampaknya, beruang kutub dipaksa kembali ke tanah di mana tidak banyak sumber makanan yang bisa dimakan beruang.

Baca Juga: Akibat Kebocoran Minyak, Kutub Utara Terancam Terdampak Kebakaran

Semakin lama beruang-beruang itu tidak mendapatkan makanan yang layak, maka semakin rendah persediaan lemak hingga melewati ambang batas. Jika para induk beruang kutub tidak bisa menghidupi diri mereka sendiri, maka anak-anak beruang kutub pun terancam.

Ilustrasi beruang kutub. (Pixabay/skeeze)
Ilustrasi beruang kutub. (Pixabay/skeeze)

Untuk mengetahui ambang batas beruang kutub, ilmuwan utama Péter Molnár dan rekannya, menggunakan model anggaran energi dinamis untuk menetapkan kebutuhan energi beruang kutub saat puasa dan pada tahap kelaparan, seperti apa yang akan menyebabkan kematian anak-anak serta induk beruang kutub.

Informasi ini dikombinasikan dengan Earth Systems Model yang menggunakan data sebelumnya untuk memprediksi jumlah hari bebas es di wilayah tersebut.

Baca Juga: Beruang Kutub Jadi Korban Corat-coret, Potretnya Bikin Miris

Temuan menunjukkan bahwa ambang batas akan dilampaui untuk 13 subpopulasi beruang kutub, mewakili 80 persen dari seluruh populasi. Para ilmuwan memperkirakan ini dapat mengarah pada kepunahan spesies di pergantian abad.

Meski begitu, ketika pemodelan dijalankan kembali dalam skenario emisi sedang (RCP4.5), lebih banyak subpopulasi yang mampu bertahan. Hal ini menunjukkan harapan bagi spesies di luar tahun 2100.

Para ilmuwan mengatakan bahwa model tersebut terbatas untuk membuat prediksi karena data anggaran energi yang memadai tidak tersedia untuk beberapa subpopulasi beruang kutub. Tetapi hasilnya, menekankan perlunya tindakan mendesak untuk mengubah iklim dan menghentikan pencarian es laut sebelum mendorong kepunahan bagi beruang kutub.

Baca Juga: Miris, Beruang Kutub Bertahan Hidup dengan Makan Bangkai Paus

Itulah hasil penelitian terbaru yang jadi alasan ilmuwan memprediksi kepunahan populasi beruang kutub karena pemanasan global. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak