Arkeolog Temukan Bukti Populasi Manusia Bertahan dari Letusan Gunung Toba

Sebelumnya diduga populasi manusia yang tinggal di wilayah Asia musnah karena letusan Gunung Toba.

Agung Pratnyawan
Selasa, 12 Mei 2020 | 06:00 WIB
Pemandangan Danau Toba dari Bukit Pangururan. (Suara.com/Silfa Humairah)

Pemandangan Danau Toba dari Bukit Pangururan. (Suara.com/Silfa Humairah)

Hitekno.com - Letusan Gunung Toba di Indonesia yang terjadi sekitar 74 ribu tahun silam disebut-sebut sebagai letusan gunung berapi paling mengguncang Bumi dalam 2 juta tahun terakhir ini.

Sebelumnya, para ahli paleontologi mengatakan bahwa populasi manusia yang tinggal di wilayah Asia musnah karena letusan Gunung Toba.

Namun, penelitian terbaru menyatakan hal yang sebaliknya. Yakni ditemukan bukti manusia dapat bertahan di tengah letusan besar tersebut.

Baca Juga: Arkeolog Teliti Kamp Nazi di Tanah Inggris, Ungkap Fakta Mencengangkan

Para ahli melakukan analisis terhadap bukti-bukti populasi manusia dan perubahan iklim di seluruh catatan stratigrafi, seperti lapisan sedimen dan batuan yang berumur lebih dari 80.000 tahun dari situs penggalian di Son Valley Dhaba, India utara.

Tim menemukan bahwa artefak pada batuan tersebut mengungkapkan bagaimana manusia bertahan hidup, dengan memanfaatkan peralatan batu sebelum dan sesudah letusan Toba terjadi.

"Populasi di Dhaba menggunakan alat-alat batu yang mirip dengan peralatan yang digunakan oleh Homo sapiens di Afrika pada saat yang sama. Fakta bahwa peralatan batu ini tidak hilang pada saat letusan Toba menunjukkan bahwa populasi manusia selamat dari bencana tersebut," ucap Chris Clarkson, arkeolog dari University of Queensland, seperti dikutip laman Science Alert, Senin (11/5/2020).

Baca Juga: Picu Kontroversi, Potret Ini Ungkap Keberadaan Artefak Mesir di Mars

Para arkeolog menguji kembali teori letusan Gunung Toba yang menyebutkan tentang pemusnahan manusia. Pada 2007, bukti alat-alat batu di India menunjukkan bahwa letusan Toba tidak menyebabkan pendinginan ekstrem atau memicu periode gletser.

Ilustrasi Erupsi Gunung Toba. [Wikimedia]
Ilustrasi Erupsi Gunung Toba. [Wikimedia]

Pada 2018, bukti fosil lebih lanjut dari Afrika Selatan menambahkan lebih banyak dukungan pada gagasan bahwa populasi manusia tidak hanya berhasil bertahan melewati letusan Toba, tetapi juga berkembang pesat setelahnya.

Para penulis penelitian mengatakan sebagian besar alat yang ditemukan di Dhaba, menyerupai teknik Afrika dan Arab dari Zaman Batu serta beberapa terlihat seperti artefak manusia purba dari Australia.

Baca Juga: 5 Artefak Misterius Ini Diduga Berasal dari Alien

Tim arkeolog mengklaim ini adalah buatan manusia, menghubungkan titik-titik migrasi awal dari Afrika ke Asia Tenggara dan kemudian ke wilayah selatan.

Tetapi tanpa fosil manusia untuk mendukung penemuan itu, ada beberapa ilmuwan yang tetap tidak yakin alat ini dibuat oleh Homo sapiens.

Ilustrasi Alat bebatuan. [Eurekalert.org]
Ilustrasi Alat bebatuan. [Eurekalert.org]

Menurut atropolog Stanley Ambrose, teknik alat batu ini juga digunakan oleh Neanderthal dan tidak mungkin mengetahui spesies mana yang benar-benar membuat peralatan batu tersebut.

Baca Juga: Nikmati Keindahan Panorama Danau Toba Lewat Google Street View

Namun jika tanggalnya benar, ilmuwan berpendapat tidak masalah spesies apa yang membuat peralatan itu, tetapi bukti tetap mengarahkan pada populasi yang tinggal di Dhaba hampir tidak musnah oleh letusan Toba.

Penelitian arkeolog yang mendapati bukti manusia bertahan dari letusan Gunung Toba ini telah diterbitkan dalam Nature Communications. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak