Bantu Hadapi Pandemi, NASA Kembangkan Ventilator Khusus

Laboratorium NASA yang biasanya berurusan dengan jet dan luar angkasa, kini ikut kembangkan ventilator untuk pasien COVID-19.

Agung Pratnyawan
Selasa, 28 April 2020 | 12:00 WIB
Logo NASA. (NASA)

Logo NASA. (NASA)

Hitekno.com - Saat dunia sedang menghadapi pandemi COVID-19, badan antariksa Amerika Serikat, NASA tidak tinggal diam. NASA ikun mengembangkan ventilator khusus untuk pasien COVID-19.

Tim insinyur di Jet Propulsion Laboratory NASA, California, merancang dan menciptakan ventilator khusus untuk pasien COVID-19. Ventilator tersebut hanya membutuhkan 37 hari pengerjaan.

Disebut VITAL (Ventilator Intervention ology Accessible Locally), ventilator itu menggunakan seperlima jumlah bagian yang diperlukan untuk ventilator konvensional. Itu akan membuatnya lebih mudah untuk diproduksi massal dengan cepat.

Baca Juga: Beri Semangat di Tengah Masa Sulit, NASA Unggah Foto Bumi dari ISS

Administrator NASA mengatakan, mereka akan menawarkan lisensi gratis untuk membantu memasukkan perangkat ke rumah sakit lebih cepat.

Alat itu dapat membantu departemen tanggap darurat bersiap untuk masuknya pasien COVID-19 di masa depan, yang para ahli perkirakan akan mulai meningkat.

"Unit perawatan intensif menemui pasien COVID-19 yang membutuhkan ventilator yang sangat dinamis. VITAL dibuat untuk mengurangi kemungkinan pasien akan mencapai stadium lanjut dan memerlukan bantuan ventilator yang lebih maju," ucap Dr. J.D Polk, kepala petugas kesehatan dan medis NASA.

Baca Juga: Canggih, NASA Kembangkan Teknologi untuk Buat Oksigen dari Emas

Sebuah prototipe ventilator telah diuji di Icahn School of Medicine, New York.

Ventilator khusus buatan NASA, VITAL. [YouTube/@NASA Jet Propulsion Laboratory]
Ventilator khusus buatan NASA, VITAL. [YouTube/@NASA Jet Propulsion Laboratory]

"Pengujian itu luar biasa. Tim telah mengajukan permohonan otorisasi penggunaan darurat dari FDA dan mengharapkan persetujuan dalam 48 jam," tutur Dave Gallagher, seorang associate director JPL yang bekerja dengan tim, seperti dikutip laman Science Alert, Selasa (28/4/2020).

Pemilihan desain yang menggunakan lebih sedikit komponen daripada ventilator konvensional dimaksudkan untuk menghindari masalah pada rantai pasokan untuk ventilator konvensional.

Baca Juga: Meski WFH, Staf NASA Tetap Kirim Perintah ke Robot Curiosity di Mars

Harapannya, NASA dapat memproduksi perangkat tanpa mengurangi produksi ventilator konvesional.

"Itu bukan bagian yang biasanya Anda gunakan untuk membangun ventilator. Ada hampir 700 bagian di luar sana yang tidak kami gunakan dan tidak harus bersaing dengan produsen pemasok ventilator konvensional," jelas Polk.

Meskipun para pejabat tidak memberikan jumlah biaya yang pasti untuk memproduksi ventilator, Gallagher memperkirakan itu sekitar 2.000 hingga 3.000 dolar AS.

Baca Juga: Kerja Sama Bareng SpaceX, NASA Siap Mulai Misi Antariksa Terbaru

Sebagai perbandingan, General Motors yang memproduksi ventilator berbiaya rendah untuk persediaan nasional lebih dari 16.000 dolar per unit.

Selain itu, VITAL juga dirancang untuk mencegah kekurangan ventilator pada gelombang kedua COVID-19. Para ahli mengatakan gelombang kedua infeksi virus ini bisa diluar kendali jika tidak diawasi secara ketat.

Pada akhir Maret hingga awal April bahkan beberapa rumah sakit di New York City dan Italia telah kekurangan ventilator sehingga dokter harus memutuskan pasien mana yang akan diprioritaskan untuk perawatan.

"Satu keputusan mengerikan yang tidak ingin saya buat adalah memutuskan siapa yang mendapat ventilator dan siapa yang tidak. Itu situasi yang mengerikan," kata Dr. Hooman Poor, seorang dokter di Mount Sinai dalam pernyataan kepada Business Insider.

Jika ventilator NASA dapat diproduksi dan didistribusikan secara luas di seluruh dunia, itu bisa mencegah agar situasi serupa tidak terjadi lagi. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak