NASA Temukan Ada Lubang Ozon Baru di Kutub Utara, Berbahayakah?

Kondisi ini cukup mengkhawatirkan dan para ilmuwan masih mengkaji peristiwa saat ini dan mengawasinya.

Agung Pratnyawan
Rabu, 01 April 2020 | 15:38 WIB
Ilustrasi atmosfer Bumi. (pexels/Jaymantri)

Ilustrasi atmosfer Bumi. (pexels/Jaymantri)

Hitekno.com - Belum lama ini sempat ramai kabar membaiknya lubang ozon, namun tak selang lama ada kabar lainnya. NASA mengaku telah menemukan lubang ozon lainnya di kutub utara.

Disebutkan kalau Arctic Ozone Watch milik NASA, melaporkan adanya pembentukan lubang ozon baru di lapisan ozon di atas Kutub Utara.

Itu merupakan lubang terbesar yang pernah terlihat di utara. Selama Maret 2020, laporan cuaca mengungkapkan penurunan sebesar 90 persen pada inti lapisan ozon.

Baca Juga: Sembuh dari Pemanasan Global, Lubang Ozon Bumi Mulai Tertutup

Menipisnya ozon saat ini kemungkinan merupakan penipisan lapisan terbesar di kawasan ini.

Sebelumnya pada 2011 dan 1997, penipisan lapisan ozon masih dianggap sebagai mini-hole (lubang-kecil) karena penipisannya tidak dianggap cukup parah untuk dikategorikan sebagai hole (lubang).

"Penipisan ozon saat ini setidaknya sebanyak yang pernah terjadi pada 2011 atau mungkin lebih," ucap Gloria Manney, seorang ilmuwan atmosfer di NorthWest Research Associates di Socorro, New Mexico.

Baca Juga: Lapisan Ozon di Atas Antartika Menyusut, Berita Baik atau Buruk?

Dilansir laman IFL Science, sejak akhir 1970-an beberapa bahan kimia yang diproduksi telah menipiskan lapisan ozon, yang melindungi kehidupan di Bumi dari radiasi ultraviolet berbahaya. Dampak dari penipisan ini adalah terbentuknya lubang ozon di atas wilayah kutub.

Lapisan ozon [Shutterstock]
Lapisan ozon [Shutterstock]

Lubang ozon di atas Antartika terbentuk setiap musim dingin dan ukurannya baru mulai menurun, berkat adopsi Protokol Montreal pada 1987, yang bertujuan untuk melarang manusia menggunakan zat CFC yang dinilai bisa merusak lapisan ozon. Lubang ozon Antartika kemudian menyusut ke ukuran terkecil pada 2019.

Penipisan ozon yang ekstrem disebabkan oleh bahan kimia industri tersebut dan kondisi khusus yang terjadi di kutub.

Baca Juga: Ditemukan Es di Kutub Selatan Bulan, Bikin Ilmuwan Kaget!

Ketika suhu menjadi lebih hangat, itu akan memungkinkan terjadinya pembentukan awan ketinggian tinggi yang kaya akan kristal es. Zat kimia dan CFC di atmosfer memicu reaksi pada permukaan awan yang menggerogoti lapisan ozon.

Namun tahun ini, Kutub Utara mengalami suhu rendah yang luar biasa dan menciptakan kondisi untuk pembentukan lubang ozon baru yang besar, sehingga belahan Bumi utara akan menjadi lebih terang karena disinari Matahari langsung.

Kondisi ini cukup mengkhawatirkan dan para ilmuwan masih mengkaji peristiwa saat ini dan mengawasinya.

Baca Juga: NOAA: Kutub Utara Magnet Bumi Sedang Bergerak Menuju Siberia

Sebelumnya, sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature mencatat bahwa lapisan ozon terus menutup di belahan Selatan dan dapat pulih sepenuhnya berkat Protokol Montreal 1987.

Penelitian ini menambah bukti yang semakin menunjukkan efektivitas Protokol Montreal. Perjanjian ini tidak hanya mendorong penyembuhan lapisan ozon, tetapi juga mendorong perubahan terbaru dalam pola sirkulasi udara Belahan Selatan.

Itulah temuan luban ozon baru oleh NASA yang berada di kutub utara belum lama ini. Temuan ini di saat lubang ozon di kutub selatan mulai pulih. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak