Bantu Pengobatan Corona, Ilmuwan Teliti Sampel Darah Pasien yang Sembuh

Proses ini melibatkan pengumpulan plasma darah dari pasien yang telah sembuh dari virus corona.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Kamis, 26 Maret 2020 | 20:30 WIB
Ilustrasi virus corona. (Shutterstock)

Ilustrasi virus corona. (Shutterstock)

Hitekno.com - Jumlah korban terinfeksi virus corona Covid-19 yang semakin meningkat di seluruh dunia membuat para ilmuwan bekerja sepanjang waktu untuk mengembangkan dan menguji perawatan dan vaksinnya dalam waktu dekat. Sebuah metode baru dikembangkan oleh ilmuwan di mana mereka meneliti kembali sampel darah pasien yang sembuh dari virus corona.

Sebanyak ribuan orang yang telah terinfeksi virus corona di New York membuat ilmuwan Amerika Serikat ikut bergerak cepat dalam melakukan penelitian.

Pada hari Senin (23/03/2020), Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengumumkan rencana tim ilmuwan untuk memanfaatkan plasma darah dalam pengobatan virus corona.

Baca Juga: Curhat Ibunya Stres di Tengah Isolasi Corona, Bocah Ini Malah Bikin Ngakak

Proses ini melibatkan pengumpulan plasma darah dari pasien yang telah sembuh dari virus corona.

Plasma darah yang mengandung antibodi terhadap SARS-CoV-2 akan dimanfaatkan oleh ilmuwan.

Jumlah korban virus corona di Amerika Serikat per tanggal 26 Maret 2020. (JHU CSSE)
Jumlah korban virus corona di Amerika Serikat per tanggal 26 Maret 2020. (JHU CSSE)

Ini akan diinfuskan ke orang yang masih melawan virus untuk membantu berkontribusi pada respon imun tubuh.

Baca Juga: Canggih, Ilmuwan Ungkap Paru-paru Pasien Corona Pakai Teknologi VR

Andrew Cuomo mengklaim bahwa beberapa tes sebelumnya dari tim ilmuwan berhasil merangsang dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut.

"Ada beberapa tes yang menunjukkan ketika seseorang disuntik dengan antibodi, itu kemudian akan merangsang dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh mereka terhadap penyakit tersebut. Ini hanya uji coba. Uji coba ini untuk orang-orang yang berada dalam kondisi serius, tetapi Departemen Kesehatan New York telah mengerjakan ini dengan beberapa agen perawatan kesehatan terbaik mereka sehingga cukup meyakinkan. Kami akan mulai pekan ini," kata Andrew Cuomo.

Dilansir dari IFLScience, perawatan di atas tidak sepenuhnya menggaransikan 100 persen berhasil.

Baca Juga: Selain Virus Corona COVID-19, Ini 5 Pandemi Terburuk dalam Sejarah

Selain itu ada risiko yang terkait dengan transfusi plasma, seperti memberikan pasien jenis darah yang salah atau secara tidak sengaja menularkan patogen lain.

Ilustrasi virus Corona (Coronavirus) Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi virus Corona (Coronavirus) Covid-19. (Shutterstock)

Namun prosedur tersebut diklaim relatif aman asalkan darah disaring dari virus dan komponen lain yang dapat menyebabkan infeksi lebih lanjut.

Dalam kasus virus corona, percobaan untuk metode ini telah dilakukan sebelumnya melalui studi percontohan di China.

Baca Juga: Ketika Ramai Lawan Virus Corona, WHO Malah Jadi Sasaran Hacker Elit

Pada sebuah jurnal di MedRxiv, disebutkan bahwa 10 kasus parah yang menerima pengobatan plasma, lima di antaranya menunjukkan peningkatan antibodi yang signifikan sesaat setelah tranfusi.

Dalam kurun waktu seminggu, virus tidak terdeteksi pada tujuh orang pasien.

Dr Arturo Casadevall, seorang ahli imunologi di Johns Hopkins University juga menganjurkan penggunaan metode ini ketika pandemi dunia sudah semakin parah.

Hanya waktu yang akan membuktikan apakah perawatan ini (menggunakan plasma darah) memiliki kemampuan untuk membantu mengurangi dampak virus corona atau tidak.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak