Kecelakaan, Penganut Bumi Datar Ini Meninggal Dunia di Roket Buatannya

Mike Hughes, salah satu dedengkot penganut Bumi Datar yang berupaya membuktikan kebenaran teori yang dipercayainya.

Agung Pratnyawan
Senin, 24 Februari 2020 | 09:00 WIB
Mike Hughes, seorang pendukung teori Bumi datar di Amerika Serikat, berfoto bersama roket yang akan mengantarnya ke angkasa pada Januari 2018 [Facebook/Mad Mike Hughes].

Mike Hughes, seorang pendukung teori Bumi datar di Amerika Serikat, berfoto bersama roket yang akan mengantarnya ke angkasa pada Januari 2018 [Facebook/Mad Mike Hughes].

Hitekno.com - Mike Hughes, salah satu dedengkot penganut Bumi Datar dilaporkan telah meninggal dunia pada Sabtu (22/2/2020) waktu Amerika Serikat.

Pria ini meninggal dunia karena kecelakaan roket buatannya sendiri ketika hendak membuktikan Bumi datar.

Lelaki berjuluk Mad Mike itu, dinyatakan meninggal dunia dalam usia 64 tahun, akibat kecelakaan yang dialaminya ketika menerbangkan roket rakitannya sendiri, guna membuktikan keyakinannya bahwa Bumi Datar.

Baca Juga: Dicecar Penganut Bumi Datar, Astronaut Malaysia Bersumpah Bumi Bulat

Dilansir laman CNN, Senin (24/2/2020), Mike Hughes berencana terbang hingga ketinggian 5.000 kaki (1.524 meter) di udara, dari lokasi peluncuran roket yang berada di Barstow, California.

Penganut Bumi Datar ini menggunakan roket yang dibuatnya bersama Waldo Stakes. Bahkan, momen peluncuran ini juga direkam oleh Science Channel, sebagai bagian dari serial dokumenter berjudul 'Homemade Astronaut'.

"Duka cita yang mendalam, kami tujukan kepada keluarganya selama masa sulit ini. Ini merupakan mimpinya dan Science Channelu berada di sana untuk merekam perjalanannya," kata juru bicara Science Channel dalam keterangan resminya.

Baca Juga: Ingin Buktikan Bumi Datar, Pria Ini Bakal Terbangkan Roket dari Antartika

Sementara itu, kepolisian San Bernardino County pertama kali mendapatkan panggilan untuk menangani kecelakaan roket fatal dekat Highway 247 di Barstow.

Ilustrasi Bumi Datar. (Shutterstock)
Ilustrasi Bumi Datar. (Shutterstock)

Tapi saat itu, kepolisian belum mengonfirmasi identitas Mike Hughes dan hanya mengatakan, ada seseorang yang meninggal di lokasi kejadian.

Kematian Mike Hughes baru dikonfirmasi oleh pihak Science Channel. Mereka menyebut, roket yang dikendarai Mike Hughes mengalami crash landing yang berakibat fatal.

Baca Juga: Teori Baru Penganut Bumi Datar Mengenai Es Antartika, Setuju Nggak?

Namun sebelum peristiwa ini terjadi, Mike Hughes memang dikenal sebagai pemacu adrenalin yang kerap membuat dan meluncurkan roketnya sendiri, untuk membuktikan teori konspirasi Bumi Datar, meskipun dengan anggaran terbatas.

Pencapaian terakhir, 'Bapak Penganut Bumi Datar' ini sanggup menerbangkan roket hingga ketinggian 1.875 kaki (572 meter) pada tahuj 2018 lalu.

Meski begitu, upayanya untuk meluncurkan roket bertenaga uap pada Agustus 2019, gagal terlaksana karena adanya masalah pada pemanas air yang tak mampu memanaskan air hingga 200 derajat Celcius.

Baca Juga: Penganut Bumi Datar Tumbuh Pesat, Peneliti Salahkan YouTube

Ilustrasi Bumi Datar. (Live Science)
Ilustrasi Bumi Datar. (Live Science)

Suhu yang dibutuhkan untuk membuat uap agar dapat mendorong roket mencapai ketinggian 5.000 kaki atau 1.500 meter, sesuai dengan yang ditargetkan.

Semasa hidupnya, Mike Hughes mempercayai bahwa Bumi itu datar dan mengatakan, misinya ini dilakukan untuk melihat secara langsung lengkungan Bumi.

"Perjalanan ini hanya tahap awal dari program antariksaku untuk membuktikan bahwa Bumi itu datar," ujar pentolan penganut Bumi datar ini saat itu.

Namun pada Agustus 2019, Mike Hughes menambahkan bahwa motivasi utamanya dalam 'mengangkasa' juga ingin membuktikan kemampuan roket yang ia buat sendiri.

Itulah aksi Mike Hughes, penganut Bumi datar yang tewas dalam kecelakaan roket buatannya sendiri. (Suara.com/ Tivan Rahmat).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak