Frekuensi Jaringan 5G Membahayakan Satelit Pengamatan Bumi, Kok Bisa?

Potensi singgungan keduanya bisa membahayakan prakiraan cuaca.

Agung Pratnyawan
Jum'at, 29 November 2019 | 10:15 WIB
Ilustrasi satelit. [PSN.co.id]

Ilustrasi satelit. [PSN.co.id]

Hitekno.com - Jaringan 5G sudah di depan mata, malahan di beberapa negara sudah menjalankannya. Namun siapa sangka, ada potensi bahaya pada satelit pengamatan Bumi. Kok bisa?

Seperti diketahui, jaringan seleluer termasuk jaringan 5G memanfaatkan frekuensi radio untuk transmisi data. Beigtu juga dengan satelit termasuk satelit pengamatan Bumi.

Frekuensi radio jaringan 5G ternyata berpotensi untuk saling bersinggungan dengan frekuensi radio satelit. Terutama satelit pengamatan Bumi.

Baca Juga: Jaringan 5G Akan Masuk Indonesia, Kominfo Mulai Rancang Frekuensinya

Jumat (22/11/2019), Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa (ECMWF) tak setuju dengan keputusan yang dibuat dalam Konferensi Komunikasi Radio Dunia mengenai penetapan spektrum 5G.

Konferensi Komunikasi Radio Sedunia 2019 yang diselenggarakan di Mesir mengizinkan teknologi 5G beroperasi di empat area spektrum frekuensi radio, termasuk band dari 24,25 hingga 27,5 GHz.

Penetapan spektrum tersebut membuat meteorolog khawatir dengan transmisi dalam pita yang dapat menganggu kemampuan sensor gelombang mikro pasif pada satelit cuaca untuk mendeteksi uap air di atmosfer dengan mengamati sinyal redup yang dipancarkan dari 23,6 hingga 24 GHz.

Baca Juga: Bocorkan Spesifikasi, Qualcomm Sebut iPhone 12 Dibekali Jaringan 5G

"Perlombaan untuk menyediakan jaringan 5G menekan teknologi lain yang bergantung pada frekuensi radio, termasuk sistem peringatan dini cuaca buruk nasional," jelas WMO dalam sebuah pengumuman.

Ilustrasi tower jaringan seluler. (Pixabay)
Ilustrasi tower jaringan seluler. (Pixabay)

Dilansir dari Space News, para delegasi internasional akhirnya setuju untuk membatasi fase yang lebih ketat agar peralatan 5G tidak menganggu sensor gelombang mikro sampai peralatan tersebut didistribusikan secara luas.

Berdasarkan kesepakatan yang dicapai dalam konferensi tersebut, perusahaan nirkabel tidak akan diminta untuk mengganti teknologi mereka sebelum tahun 2027 setelah aturan baru diberlakukan.

Baca Juga: Mantap! Bos Huawei Klaim Mulai Produksi BTS Jaringan 5G Tanpa Komponen AS

Sebagai gantinya, perusahaan perlu memastikan peralatan yang dipasang setelah tahun 2027 memenuhi standar yang lebih ketat.

ECMWF sendiri telah memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang risiko jaringan 5G pada operator saat ini.

Jaringan 5G tersebut masih berpotensi membahayakan pengoperasian sistem satelit pengamatan Bumi yang dibutuhkan untuk aktivitas prakiraan cuaca.

Baca Juga: Beda Jaringan 5G vs 4G di Smartphone Huawei, Ngebut Banget

Persoalan jaringan 5G dengan satelit pengamatan Bumi dan satelit Cuaca ini sudah sejak lama dibahas. Semoga segera mendapatkan titik temunya. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak