Begini Cara Kerja Pawang Hujan Kekinian, Tak Lagi Bakar Kemenyan

Tetap orang pintar yang jadi pawang hujan, namun bukan dukun.

Agung Pratnyawan
Sabtu, 26 Oktober 2019 | 19:15 WIB
Ilustrasi awan. (Pixabay)

Ilustrasi awan. (Pixabay)

Hitekno.com - Pawang hujan identik dengan sosok pengendali cuaca yang lebih dekat pada unsur klenik. Namun kini ada pawang hujan yang bukan dukun.

Bukan lagi pawang hujan yang membakar kemenyan dan melafalkan mantra. Kini sudah ada pawang hujan dengan memanfaatkan teknologi.

Namun praktek mengendalikan cuaca dengan teknologi bukan baru-baru ini saja. Praktik semacam ini sudah dilakukan sejak 1947.

Baca Juga: BMKG: Musim Hujan di Sebagaian Wilayah Indonesia Mundur ke Desember 2019

Namun dari masa ke masa, menggunakan teknologi yang berbeda sejalan dengan perkembangan teknologi itu sendiri.

Bagaimana cara kerja kerja Pawang Hujan kekinian? Berikut ini beberapa contohnya:

1. Menembakkan roket

Baca Juga: Dari Hewan Transparan Hingga Hutan Hujan, Ini Lima Hal Aneh di Antartika

Manipulasi Cuaca/newscientist.com

Praktik ini dilakukan oleh China saat menggelar Olimpiade 2008 yang lalu. Saat menjelang upacara pembukaan Olimpiade, China terus-terusan menembakkan roket ke udara untuk mengusir awan

Dilansir independent.co.uk, dibutuhkan sekitar 1.000 roket untuk dapat membubarkan konsentrasi awan yang bisa menimbulkan hujan.

Baca Juga: Mengerikan, Ada Fenomena Misterius Hujan Laba-laba di Brasil

Cara ini masih sering dilakukan pemerintah China untuk memastikan hari libur bebas dari hujan.

2. Project Cirrus

Project Cirrus/theblackvault.com

Baca Juga: Takut Hujan, Driver Ojol Ini Jemput Penumpang Naik Mobil

Amerika Serikat (AS) juga punya teknologi pengendali cuaca di bawah kendali militer bernama Project Cirrus. Proyek ini dilakukan pada tahun 1947 untuk memodifikasi badai agar berubah arah.

Seperti dilansir The Black Vault, AS menerbangkan beberapa pesawat militernya ke arah badai. Ketika sampai di pusat badai, setiap pesawat akan melepaskan 82 kilogram dri ice yang telah dihancurkan.

Sayangnya, bukannya mengarah ke laut, badai ini malah bergerak ke daratan. Gagal deh.

3. Penyemaian awan di Afrika Selatan

Manipulasi Cuaca/miningreview.com

Dalam rangka meningkatkan hasil panen dan mengatasi kekeringan, Afrika Selatan mencoba membuat hujan. Dengan memanfaatkan satelit dan radar, mereka memantau pergerakan awan dari tahun 1997 hingga 2001.

Dari data inilah dimulai program penyemaian awan oleh Afrika Selatan untuk membuat hujan.

4. Menaburkan garam

Hujan Buatan/BPPT

Indonesia juga punya pengalaman dalam melakukan manipulasi cuaca dengan cara menaburkan bubuk garam (NaCl).

Pada tahun 2013, cara ini digunakan untuk menghadapi banjir di Jakarta. Dengan menaburkan garam di awan, membuat hujan turun sebelum memasuki wilayah Jakarta.

Cara yang mirip juga sering digunakan untuk membuat hujan di saat musim kemarau tiba. 

Penaburan beragam jenis garam dan bahan ini akan menciotakan pembentukan awan yang kemudian turun sebagai hujan.

5. Penyemaian awan di Kanada

Manipulasi Cuaca/MCT graphic

Penyemaian awan juga bisa digunakan untuk memanipulasi badai, seperti yang dilakukan Kanada. Negara yang sering mendapatkan badai salju ini, menerbangkan pesawat ke tepat mata badai.

Dilansir CBC, ketika tepat di pusat badai, pesawat akan menyalakan api berisi iodia perak. Ini akan membuat badai es lebih cair, sehingga mengurangi kerusakan properti akibat badai.

Itulah beberapa cara kerja pawang hujan kekinian yang bukan lagi seperti dukun dengan bakar kemenyan. 

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak