BMKG Sebut Radiasi Jadi Penyebab Wilayah Yogyakarta Diselimuti Kabut Tebal

Melalui penjelasan resminya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ini menyebut bahwa kabut tebal ini adalah kabut radiasi.

Agung Pratnyawan | Amelia Prisilia
Kamis, 15 Agustus 2019 | 15:00 WIB
Kabut tebal di Yogyakarta. (twitter/JogjaUpdate)

Kabut tebal di Yogyakarta. (twitter/JogjaUpdate)

Hitekno.com - Pada Rabu pagi (14/8/2019) lalu, warga Yogyakarta dikejutkan dengan kabut tebal yang menyelimuti sebagian wilayah kota pelajar ini. Sempat buat bertanya-tanya, akhirnya BMKG rilis pernyataan resmi terkait hal ini yang ternyata disebabkan oleh kabut radiasi.

Beberapa netizen melalui media sosial, khususnya Twitter sempat mengira jika kabut tebal ini terjadi karena hujan abu di sekitar wilayah tersebut.

Dugaan ini terasa benar mengingat pada Rabu (14/8/2019) Gunung Merapi mengeluarkan awan panas yang mengarah ke hulu kali Gendol.

Baca Juga: Harus Tahu, Ini 3 Fakta Menakjubkan Hujan Meteor Perseid

Tidak tinggal diam, BMKG akhirnya memberikan penjelasan resminya terkait hal ini.

Dengan tegas, BMKG menyebutkan bahwa kabut tebal yang terjadi ini sama sekali tidak berkaitan dengan aktivitas vulkanik Gunung Merapi, alias hal ini terjadi bukan karena hujan abu.

Melalui penjelasan resminya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ini menyebut bahwa kabut tebal ini adalah kabut radiasi yang terbentuk pada malam hari saat terjadi pendinginan di permukaan Bumi.

Baca Juga: Marah Besar, Gajah Ini Seruduk dan Kejar Jip Milik Wisatawan

Kabut tebal di Yogyakarta. (twitter/StaklimJogja)
Kabut tebal di Yogyakarta. (twitter/StaklimJogja)

Pendinginan di permukaan Bumi ini terjadi akibat adanya pelepasan radiasi gelombang panjang ke atmosfer. Kabut tebal ini biasanya terjadi saat cuaca cerah.

Suhu udara permukaan biasanya akan sangat dingin dan membuat uap air di bagian atas mengalami pendinginan di bawah titik beku, akhirnya terbentuknya kabut pada malam hingga pagi hari.

Menjamin bahwa kabut tebal ini tidak akan berlangsung lama, BMKG menjelaskan bahwa hal ini akan perlahan hilang seiring terjadinya pemanasan di permukaan Bumi yang berasal dari penyinaran Matahari.

Baca Juga: Jadi Teror untuk Bumi, Astronom Teliti Sinyal Misterius dari Luar Angkasa

Lebih lanjut, BMKG menyebut bahwa kabut tebal akibat kabut radiasi ini sudah terjadi selama 2 hari dan sangat wajar jika hal ini terjadi di musim kemarau.

Kabut radiasi ini sama sekali tidak berdampak buruk bagi kesehatan. Namun perlu selalu berhati-hati karena jarak pandangan yang pendek akibat kabut tebal.

Baca Juga: Buaya Gokil Ini Ditemukan di Genteng Rumah Warga, Begini Ceritanya

Penjelasan dari BMKG ini sudah cukup menjawab penasaran mengenai wilayah Yogyakarta yang diselimuti kabut tebal?

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak