Ilmuwan China Kembangkan Kamera yang Bisa Tangkap Foto dari Jarak 45 KM

Ilmuwan China berhasil membuat terobosan penting di teknologi kamera berbasis LIDAR.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Selasa, 07 Mei 2019 | 06:15 WIB
Teknologi kamera yang dapat objek 45 kilometer jauhnya. (Jurnal Arxiv)

Teknologi kamera yang dapat objek 45 kilometer jauhnya. (Jurnal Arxiv)

Hitekno.com - Ilmuwan China berhasil membuat terobosan di teknologi kamera. Penelitian mereka yang terbaru mampu menghadirkan kamera yang bisa menangkap foto dari jarak 45 kilometer.

Fotografi jarak jauh di Bumi merupakan tantangan yang sulit, bahkan untuk ilmuwan sekalipun.

Menangkap cahaya yang cukup dari subjek jarak jauh juga tidak mudah.

Baca Juga: Gokil, Sapi di Pertenakan Ini Dilengkapi dengan Teknologi 5G

Bahkan, atmosfer dan polusi dapat menghasilkan distorsi serta dapat merusak citra objek yang ditangkap pada jarak jauh.

Sistem teknologi kamera berbasis LIDAR (Light Detection and Ranging) terbaru berhasil memecahkan masalah di atas.

Teknologi LIDAR adalah teknologi penginderaan optik jarak jauh yang mengukur properti cahaya tersebar untuk menemukan jarak atau informasi lain dari target yang sangat jauh.

Baca Juga: Jet Tempur F-35 Jatuh di Pasifik, China Berpeluang Mencuri Teknologinya

Gambar gedung masih terlihat jelas meski kondisi berkabut. (Jurnal Arxiv)
Gambar gedung masih terlihat jelas meski kondisi berkabut. (Jurnal Arxiv)

Ilmuwan China mengklaim bahwa teknologi berbasis LIDAR terbaru dapat menangkap foto dari jarak 45 kilometer jauhnya.

Sebelumnya, detektor foto hanya mampu mengambil gambar subjek hingga 10 kilometer.

Fisikawan bernama Zheng-Ping Li dan rekan peneliti lainnya dari Universitas Sains dan Teknologi China berhasil menunjukkan cara memotret subjek hingga 45 km.

Baca Juga: Dengan Teknologi Ini, Polisi China Identifikasi Buronan dari Cara Berjalan

Bahkan, mereka dapat memotret subjek di lingkungan perkotaan yang diliputi kabut asap.

Penelitian mereka telah diterbitkan di jurnal Arxiv pada 22 April 2019.

Peneliti mengembangkan teknologi kamera yang dulu hanya dapat mengambil subjek pada jarak 21,6 km. (Jurnal Arxiv)
Peneliti mengembangkan teknologi kamera yang dulu hanya dapat mengambil subjek pada jarak 21,6 km. (Jurnal Arxiv)

Teknik mereka menggunakan detektor foton tunggal dikombinasikan dengan algoritma pencitraan komputasi unik sehingga menangkap gambar resolusi super tinggi dari jarak jauh.

Baca Juga: Direstui Elon Musk, Teknologi AI Ciptakan Ratusan Gadis Anime dalam Semenit

Dikutip dari ology Review, keuntungan besar dari pencitraan aktif semacam ini adalah foton dipantulkan dari subjek kembali ke detektor dalam rentang waktu tertentu.

Jadi setiap foton yang ada di luar jendela bidik bisa diabaikan.

Itu memungkinkan noise foto yang biasanya diciptakan oleh foton dapat berkurang signifikan.

Detail gambar yang diambil dari jarak 45 km. (Jurnal Arxiv)
Detail gambar yang diambil dari jarak 45 km. (Jurnal Arxiv)

Zheng Ping dan rekannya menggunakan laser inframerah dengan panjang gelombang 1.550 nanometer dan tingkat pengulangan 100 kilohertz.

Mereka menggunakan teleskop astronomi dengan bukaan 280 mm.

Penelitian mereka akan sangat berguna ketika terjadi bencana atau untuk keperluan penelitian objek jarak jauh lainnya.

Metode dan teknologi kamera yang digunakan ilmuwan China ini juga sangat berguna untuk mengetahui pemodelan daerah terpencil dengan kondisi yang sulit dijangkau.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak