Pemerintah Australia Akan Membunuh 2 Juta Kucing Liar, Ini Penyebabnya

Meski terlihat kejam, ternyata kucing liar juga membuat punahnya hewan endemik Australia.

Tinwarotul Fatonah | Rezza Dwi Rachmanta
Senin, 29 April 2019 | 12:00 WIB
Ilustrasi kucing liar. (Pixabay/ Dimitris Vetsikas)

Ilustrasi kucing liar. (Pixabay/ Dimitris Vetsikas)

Hitekno.com - Kucing merupakan hewan peliharaan manusia dan terkenal sangat ramah terhadap manusia. Namun siapa sangka, kucing liar ternyata mempunyai dampak yang bisa merusak ekosistem.

Dalam sebuah penelitian, saat ini, diperkirakan terdapat 2 hingga 6 juta kucing liar yang berkeliaran di setiap malam.

Pemerintah Australia mengatakan keberadaan kucing liar telah mengancam populasi satwa lokal mereka.

Baca Juga: Mengejutkan, Inilah Alasan Mengapa Hewan Tega Memakan Anaknya Sendiri

Dalam penelitian lain disebutkan bahwa kucing liar telah beraksi setiap malam sehingga membunuh 75 juta hewan asli atau hewan endemik Autralia.

Korban yang berhasil mereka bunuh termasuk burung, katak, mamalia kecil dan reptil.

Ilustrasi kucing liar memakan burung. (PETA)
Ilustrasi kucing liar memakan burung. (PETA)

Beberapa di antara mereka merupakan spesies yang terancam punah sehingga pemerintah Australia harus bertindak.

Baca Juga: Serem Banget, Hewan Berkaki 14 Ini Bisa Memangsa Buaya dengan Kejam

Hewan seperti bilby, numbat, kuoka, quoll dan puluhan spesies lainnya merupakan hewan yang dilindungi dan keberadaan mereka terancam punah.

Sayangnya setiap malam, kucing liar semakin membuat keberadaan mereka terancam punah.

Pemerintah Australia akan mengeksekusi atau membunuh 2 juta kucing liar pada tahun 2020.

Baca Juga: Dikira Dinosaurus, Wujud Asli Hewan Ini Bikin Ngakak

Numbat, salah satu favorit buruan kucing liar di Australia, merupakan hewan yang endemik Australia Barat yang terancam punah. (Wikipedia/ MartinsBugs)
Numbat, salah satu favorit buruan kucing liar di Australia, merupakan hewan yang endemik Australia Barat yang terancam punah. (Wikipedia/ MartinsBugs)

Mereka mengatakan bahwa kucing liar merupakan penyebab utama 27 spesies mamalia endemik Australia.

Sejak didatangkan oleh orang Eropa pada tahun 1700-an, penelitian ilmuwan mengungkapkan bahwa puluhan spesies mamalia telah punah sebagai akibat dari populasi predator (termasuk kucing liar) yang tidak terkendali.

Dalam dokumen resmi yang berjudul ''Threatened Species Strategy'', Pemerintah Australia bahkan sudah memikirkan cara efektif untuk memusnahkan dua juta kucing liar.

Baca Juga: Bersihkan Selokan, Pasukan Oranye Temukan Hewan Mirip Komodo Ini

Kuoka merupakan mamalia endemik Australia yang keberadaannya mulai terancam punah. (Wikipedia/ Sean McClean)
Kuoka merupakan mamalia endemik Australia yang keberadaannya mulai terancam punah. (Wikipedia/ Sean McClean)

Mereka akan menyiapkan makanan lezat yang sudah dibumbuhi dengan racun efektif yang dapat membunuh hewan dengan sangat cepat.

Racun yang yang diberi nama Toxic 1080 akan dibenamkan pada sosis yang didesain ''sangat lezat'' namun mematikan bagi kucing liar.

Sosis yang terbuat dari daging kangguru, lemak ayam, rempah-rempah dan (sayangnya) racun, akan membuat kucing liar mati dalam waktu 15 menit.

Dikutip dari CBS News, aksi meracuni jutaan kucing liar menggunakan sosis ini mendapatkan tentangan keras dari organisasi internasional perlindungan hewan. PETA (People for the Ethical Treatment of Animals).

PETA menyarankan pengadopsian kucing liar sebagai salah satu strategi efektif dalam mengontrol populasi kucing. (PETA)
PETA menyarankan pengadopsian kucing liar sebagai salah satu strategi efektif dalam mengontrol populasi kucing. (PETA)

Organisasi yang tersebar di lebih dari 7 negara itu menilai bahwa aksi tersebut sangat kejam.

Meski PETA Australia mengakui bahwa satwa endemik dihilangkan oleh kucing liar, namun mereka menilai masih ada cara lain selain membasmi menggunakan sosis beracun.

Imunokontrasepsi, melakukan kebiri terhadap kucing liar, dan pengapdosian adalah beberapa cara yang lebih manusiawi dibandingkan dengan membunuh 2 juta kucing liar.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak