Gawat, Suhu Kutub Utara Tak Pernah Sepanas Ini dalam 115 Ribu Tahun

Perubahan iklim semakin menjadi, wilayah Arktik memanas dua kali lipat lebih tinggi.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Senin, 28 Januari 2019 | 21:00 WIB
Lanskap kuno di salah satu sudut Pulau Baffin. ( University of Colorado Boulder/ Gifford Miller)

Lanskap kuno di salah satu sudut Pulau Baffin. ( University of Colorado Boulder/ Gifford Miller)

Hitekno.com - Perubahan iklim kian terasa di berbagai belahan dunia, terutama di wilayah Arktik atau Kutub Utara. Peneliti menemukan sekumpulan tumbuhan kuno di lapisan es yang dapat memperlihatkan bahwa suhu Arktik tidak pernah sepanas ini sebelumnya.

Bahkan, dalam penanggalan radiokarbon, peneliti menemukan bahwa suhu Arktik tidak pernah sepanas ini dalam kurun waktu 115 ribu tahun.

Lumut yang belum pernah melihat cahaya dalam setidaknya 40 ribu tahun kini ditemukan.

Baca Juga: Miris, Beruang Kutub Bertahan Hidup dengan Makan Bangkai Paus

Itu berarti lapisan es dari Pulau Baffin di Kanada semakin menipis karena menghangatnya suhu global.

Pulau Baffin terkenal sangat luas dan masuk dalam lingkaran wilayah Kutub Utara. Pulau ini dikenal sebagai pulau terbesar kelima di dunia.

Meski terbesar, pulau ini hanya dihuni oleh belasan ribu penduduk saja. Itu dikarenakan Pulau Baffin sebagian besar dilapisi oleh es dan mempunyai suhu yang sangat dingin.

Baca Juga: Mulai Bermigrasi, Hewan di Arktik Kebingungan

Bahkan beberapa sudut pulau bisa menyentuh suhu -9.5 derajat Celcius. Penelitian bahwa suhu Arktik memanas ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Communication pada hari Jumat, 25 Januari 2019.

Para peneliti menemukan bahwa musim panas Kutub Utara belum pernah mencapai setinggi ini dalam kurun waktu 115 ribu tahun atau bahkan lebih.

Lumut kuno yang terawetkan lebih dari 40 ribu tahun. ( University of Colorado Boulder/ Gifford Miller)
Lumut kuno yang terawetkan lebih dari 40 ribu tahun. ( University of Colorado Boulder/ Gifford Miller)

Selama berabad-abad, es telah menempel di dataran tinggi dan dinding Pulau Baffin.

Baca Juga: Lumut Berubah Warna di Antartika, Pertanda Buruk Bagi Manusia

Di beberapa musim panas, akan ada pencairan di beberapa tempat, tetapi secara umum, suhu yang rendah dan salju tebal akan membuat semuanya tetap seimbang.

Sekarang, perubahan iklim telah mengacaukan keseimbangan itu, menyebabkan Kutub Utara atau Arktik memanas dua kali lipat kecepatannya dari seluruh dunia.

Itu menyebabkan lebih banyak tempat yang mencair dan mengekspos lumut yang terawetkan di bawah permukaan selama puluhan ribu tahun.

Baca Juga: Bahaya, Lapisan Es Arktik Tertua dan Tertebal Telah Pecah

''Studi ini menunjukkan bahwa, wow, kami mengekspos bentang alam yang berusia 120 ribu tahun. Abad yang menghangat ini kemungkinan lebih besar daripada abad mana pun dalam 120 ribu tahun terakhir,'' kata Simon Pendleton, peneliti dari Institute of Arctic and Alpine Research dikutip dari Gizmodo.

Untuk mencapai kesimpulan itu, Pendleton dan peneliti dari University of Colorado mengumpulkan sampel setidaknya 30 lapisan es.

Kemudian para peneliti melakukan penanggalan radiokarbon untuk menentukan usia mereka.

Lapisan es di Pulau Baffin semakin menyusut. (Wikipedia/ NASA)
Lapisan es di Pulau Baffin semakin menyusut. (Wikipedia/ NASA)

Hasilnya tanaman kuno atau lumut yang tersembunyi di lapisan es ternyata telah tertutup selama 40 ribu tahun.

Dengan referensi silang dan penelitian lanskap kuno yang tersingkap dari selubung es yang semakin surut, peneliti menemukan kesimpulan lain.

Peneliti mengungkapkan bahwa musim panas di Kutub Utara pada abad modern ternyata lebih panas daripada suhu di rentang 115 ribu hingga 120 ribu tahun lalu.

Bahkan dengan mata telanjang, menghangatnya Kutub Utara dan Pulau Baffin membuat pulau tersebut bisa ditinggali oleh lebih banyak manusia.

Bahkan diperkirakan Baffin akan menjadi negara bagian Kanada selanjutnya yang dapat dihuni lebih dari puluhan ribu manusia.

Dengan adanya penelitian mengenai suhu Arktik ini, banyak ilmuwan berharap banyak negara untuk memperhatikan dampak perubahan iklim dan memperlambatnya. Sampai kapan es bertahan di Kutub Utara ini?

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak