Disebut Mata-mata Alien, Ini Bantahan NASA tentang Oumuamua

Sejak pertama kali ditemukan, objek misterius ini memang penuh kejutan.

Agung Pratnyawan
Minggu, 18 November 2018 | 20:30 WIB
Ilustrasi Oumuamua. (Inverse)

Ilustrasi Oumuamua. (Inverse)

Hitekno.com - Oumuamua, sebuah objek yang disebut-sebut sebagai mata-mata alien telah mendatangi tata surya kita pada akhir tahun 2017. Apakah benar, objek ini benar-benar mata-mata Alien? NASA pun memberikan penjelasan.

Awalnya dugaan mata-mata alien ini berawal dari dua astronom Universitas Harvard, Amerika Serikat. Keduanya menyebutkan kalau objek antar bintang ini ini sebagai mata-mata alien.

Tetapi sebuah studi terbaru dari laboratorium Jet Propulsion Laboratory (JPL) dari NASA baru-baru ini menunjukkan bahwa Oumuamua adalah komet yang datang dari tata surya lain yang memang unik.

Baca Juga: Target NASA, Kirim Manusia ke Mars dalam 25 Tahun Mendatang

Dalam penelitian itu, NASA meneliti Oumuamua menggunakan teleskop infra merah Spitzer Space Telescope (SST). Teleskop antariksa itu memiliki lensa dengan diameter 33,5 inci dan karenanya mampu melihat lebih jauh ke tata surya kita.

''Oumuamua memang penuh kejutan sejak pertama kali ditemukan, jadi kami bersemangat untuk melihat apa yang bisa ditemukan oleh Spitzer,'' kata David Trilling pemimpin penelitian itu.

Objek interstelar yang dinamai Oumuamua seperti yang direka ulang oleh para artis. [European Southern Observatory/M. Kornmesser]
Objek interstelar yang dinamai Oumuamua seperti yang direka ulang oleh para artis. [European Southern Observatory/M. Kornmesser]

SST membidik Oumuamua selama dua bulan setelah ia melewati titik terdekatnya dengan Bumi, ketika jaraknya dari planet kita sekitar 24,1 juta kilometer. Sayang, SST justru tak berhasil mendeteksi objek antarbintang itu.

Baca Juga: Lima Misteri Kecelakaan Pesawat Tak Terpecahkan, Bikin Penasaran

Tetapi kata Trilling hasil itu justru membuka cakrawala pengetahuan baru soal Oumuamua.

''Fakta bahwa Oumuamua terlalu kecil untuk dideteksi Spitzer adalah sebuah hasil yang sangat bernilai,'' ujar Trilling.

Pengetahuan pertama dari kegagalan SST mendeteksi objek asing itu adalah soal dimensinya. Oumumua diperkirakan memiliki diameter 440 meter, 140 meter, atau 100 meter.

Baca Juga: Ilmuwan NASA Curiga Alien Bersembunyi di Mars

Hasil yang beragam itu dikarenakan para peneliti belum mengetahui dari material apa Oumuamua terbentuk.

Selain itu, pengamatan SST juga menemukan bahwa permukaan Oumuamua 10 kali lebih reflektif dari komet lain di tata surya kita.

Lintasa Oumuamua. (NASA)
Lintasa Oumuamua. (NASA)

Lazimnya ketika sebuah komet mendekati bintang, maka bagian interior komet yang terbuat dari es akan berubah menjadi gas. Semburan gas ini bisa membuat kecepatan komet berubah dan proses ini dikenal sebagai outgassing.

Baca Juga: Menakjubkan, Ini Penampakan Permukaan Komet dari Dekat

Ini juga terjadi pada Oumuamua ketika ia mendekati dan terpapar panas Matahari. Tetapi karena Oumuamua adalah objek antarbintang, yang menempuh perjalanan lebih jauh dari komet lainnya.

Maka lapisan esnya dan debu di permukannya lebih tebal. Karenanya ia diduga menyemburkan lebih banyak gas saat mendekati Matahari.

Tetapi ketika ia meninggalkan Matahari, gas-gas itu membeku lagi sehingga membuat permukaan komet itu lebih kinclong.

Temuan NASA ini mementahkan teori dua peneliti Harvard yang mengatakan bahwa Oumuamua adalah pesawat kiriman alien yang memanfaatkan energi radiasi Matahari untuk mengubah kecepatannya (light sail).

Sayangnya masih banyak pertanyaan tentang Oumuamua yang belum terjawab. Sialnya lagi, Oumuamua diperkirakan tak akan kembali lagi ke tata surya kita.

Tulisan ini sudah dimuat di Suara.com dengan judul Oumuamua Mata-mata Alien? Ini Hasil Penelitian NASA.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak