Likuifaksi, Fenomena Tanah Berubah Menjadi Lumpur Usai Gempa Palu

Fenomena ini merupakan salah satu efek dari gempa bumi yang terjadi.

Agung Pratnyawan | Amelia Prisilia
Senin, 01 Oktober 2018 | 09:30 WIB
Gempa Palu. (Suara.com/Muhammad Yasir)

Gempa Palu. (Suara.com/Muhammad Yasir)

Hitekno.com - Gempa berkekuatan 7,7 SR (Skala Richter) baru saja mengguncang Palu dan Donggala. Tidak hanya itu, gempa besar ini juga sukses melumpuhkan kota Palu dan Donggala dengan tsunami.

Laporan terakhir dari BNBP pada hari Minggu (30/09/2018) siang menyatakan bahwa korban meninggal sudah mencapai 832 orang. 821 diantaranya berasal dari Palu sedangkan korban meninggal dari Donggala berjumlah 11 orang.

Kebanyakan korban gempa ini ditemukan meninggal karena tertimpa bangunan yang roboh dan diterjang tsunami. Hingga saat ini, evakuasi korban masih tetap dilakukan.

Baca Juga: Unik, Arsitektur di Pulau Ini Terbuat dari Batu Kapur

Gempa Palu dan Donggala yang berujung tsunami ini menghadirkan banyak kisah duka yang dirasakan keluarga korban bahkan seluruh masyarakat Indonesia.

Gempa yang terjadi pada Jumat, 28 September 2018 ini terjadi di lokasi 0.18 LS dan 119.85 BT yang berada 26 kilometer dari Utara Donggala Sulawesi Tengah. Ini merupakan gempa dangkal dengan kedalaman 10 kilometer.

Baru-baru ini, sebuah video menjadi viral di media sosial. Pasalnya dalam video tersebut, muncul lumpur yang mengalir dan menghanyutkan rumah warga.

Baca Juga: Orang Berkepribadian Gelap Punya 9 Ciri, Ini Penjelasannya

Video ini diunggah oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNBP, Sutopo Purwo Nugroho dalam akun Twitter resminya @Sutopo_PN pada Minggu (29/09/2018).

Dalam captionnya, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan fenomena munculnya lumpur dari permukaan tanah yang menyebabkan hancurnya bangunan dan pohon di Kabupaten Sigi yang dekat perbatasan Palu.

Baca Juga: Penelitian Ilmuwan Terbaru, Kucing Zaman Now Tak Lagi Makan Tikus

Menurutnya, hal ini terjadi akibat gempa dan merupakan fenomena Likuifaksi (Liquefaction). Likuifaksi adalah fenomena saat tanah berubah menjadi lumpur dan kehilangan kekuatan.

Dilansir dari laman Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Likuifaksi adalah proses yang membuat kekuatan tanah menghilang dengan cepat. Kekuatan tanah yang menurun ini diakibatkan oleh getaran yang diakibatkan gempa dan guncangan.

Dalam sejarah gempa bumi di seluruh dunia, Likuifaksi menjadi salah satu penyebab kerusakan yang mengerikan.

Baca Juga: Super Aneh, Deretan Peraturan Ini Pernah Ada di Romawi Kuno

Fenomena ini membuat turunnya daya dukung tanah terhadap tekanan di atasnya. Proses ini membuat tanah bercampur dengan air dan menjadi lumpur yang kemudian keluar dari dalam perut bumi.

Gempa Palu. (Suara.com/Muhammad Yasir)
Gempa Palu. (Suara.com/Muhammad Yasir)

Likuifaksi ini terjadi jika material lepas berupa pasir yang berada di bawah muka air tanah membentuk ruang poriantar butir yang terisi oleh air.

Akibatnya, tanah yang mengalami proses Likuifaksi ini tidak mampu menahan berat apapun yang berada di atasnya.

Salah satu efek dari fenomena ini adalah menurunnya permukaan tanah di tempat terjadinya Likuifaksi. Penurunan ini dapat membuat permukaan tanah menjadi dekat dengan bawah muka air tanah.

Likuifaksi sendiri merupakan efek gempa bumi dalam kelompok efek sekunder, bersama dengan kebakaran, tanah longsor, dan tsunami.

Jauh sebelum gempa Palu, pada gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta pada Mei 2007 juga memperlihatkan gejala Likuifaksi yang menyebabkan kerusakan serius pada bangunan dan infrastruktur di Yogyakarta.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak