Terobosan Unik, Ilmuwan Ini Kembangkan Bahan Baterai Baru dari Kepiting, Keunggulannya Tak Terduga

Bahan baterai ini tak mencemari lingkungan dan bisa ditemui dengan mudah.

Cesar Uji Tawakal
Kamis, 06 Oktober 2022 | 19:30 WIB
Ilustrasi baterai lithium ion. (Ingeniovirtual)

Ilustrasi baterai lithium ion. (Ingeniovirtual)

Hitekno.com - Selama ini, marak kontroversi seputar pelanggaran hak asasi manusia yang muncul di tambang bahan baterai, seperti kobalt misalnya.

Namun seperti yang kita tahu, hal tersebut tak mencegah dipilihnya baterai Lithium-ion sebagai yang paling marak dibuat.

Bahkan, Anda mungkin memegangnya sekarang jika Anda membaca artikel ini dengan ponsel, atau laptop.

Baca Juga: Harga Infinix Zero 20 Dibanderol Rp 3 Jutaan, Bawa Kamera Selfie 60 MP

Namun efek ngeri dari pertambangan bahan baterai ini bisa dicegah dengan bahan baru.

Dilansir dari Cnet, peneliti bernama Hu memiliki solusi menarik untuk masalah ini.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal Matter, Hu dan rekan-rekan peneliti mempresentasikan penemuan mereka tentang baterai yang jauh lebih mudah terurai secara hayati daripada sumber daya Lithium-ion.

Baca Juga: Infinix Zero Ultra Meluncur ke Indonesia, Spesifikasinya Serba Premium

Baterai tersebut terbuat dari cangkang kepiting. Seperti yang kita tahu, baterai remote TV atau pengontrol Xbox berukuran AA yang biasa kita pakai punya efek berbahaya untuk lingkungan.

Mengganti baterai iPhone. (Iberza)
Ilustrasi baterai iPhone. (Iberza)

Pada dasarnya, ini karena baterai bekerja dengan menggunakan zat khusus yang disebut elektrolit untuk mengocok ion, atau partikel bermuatan, bolak-balik antara terminal negatif dan positif tersebut. Penting untuk mendapatkan (+) dan (-) di posisi yang tepat.

Elektrolit itu bisa menjadi banyak media yang berbeda, tetapi menurut para peneliti studi baru, banyak baterai menggunakan bahan kimia yang mudah terbakar atau korosif untuk fungsi ini.

Baca Juga: Skor AnTuTu Google Pixel 7 Pro Bocor, Bikin Banyak Orang Skeptis, Kok Bisa?

Bahan kimia yang biasanya dipakai tidak mudah terurai secara hayati. Sebaliknya, untuk baterai racikan Hu dan rekan-rekannya menggunakan elektrolit gel yang ditemukan dalam bahan biologis bernama kitosan. Kitosan mudah terurai secara hayati.

"Kitosan adalah produk turunan dari kitin," kata Hu.

"Kitin memiliki banyak sumber, termasuk dinding sel jamur, kerangka luar krustasea, dan pena cumi-cumi."

Tetapi sumber kitosan yang paling melimpah, menurut Hu, terletak di kerangka luar krustasea itu. Hal-hal seperti ekor udang merah muda, karapas lobster merah tua dan, tentu saja, cangkang kepiting.

Dan Anda tahu di mana kerangka luar itu dapat ditemukan? "Limbah makanan laut," kata Hu.

"Kamu bisa menemukannya di mejamu."

 

Untuk informasi terkini seputar dunia teknologi, sains dan anime, jangan lupa untuk subscribe halaman Facebook kami di sini.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak