Manfaatkan Teknolog AI, Facebook Bantu Lawan Perubahan Iklim

Dalam rangka membantu para ilmuwan mencari cara baru dalam melawan perubahan iklim, Facebook menggunakan teknologi AI.

Agung Pratnyawan
Sabtu, 17 Oktober 2020 | 11:00 WIB
Ilustrasi Facebook. (HiTekno.com)

Ilustrasi Facebook. (HiTekno.com)

Hitekno.com - Pemanfaat teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), telah merambah berabgai lini. Termasuk dalam melawan perubahan iklim seperti yang dilakukan Facebook dengan teknologi AI.

Dalam rangka membantu para ilmuwan mencari cara baru dalam melawan perubahan iklim, Facebook menggunakan teknologi AI.

Dengan teknologi AI ini, Facebook membantu para ilmuwan menemukan cara baru untuk menyimpan dan menggunakan energi terbarukan sebagai bagian dari proyek yang dapat membantu melawan perubahan iklim.

Baca Juga: BMKG: Wilayah Ini Berisiko Terdampak Iklim La Nina

Perusahaan jejaring sosial itu bermitra dengan Carnegie Mellon University untuk memacu penggunaan energi Matahari dan angin yang lebih bersih daripada pembakaran bahan bakar fosil yang berdampak pada polusi udara dan pemanasan global.

Perubahan iklim terus menjadi perhatian besar tahun ini, setelah gelombang panas dan kebakaran hutan di West Coast, Amerika Serikat.

Salah satu tantangan dalam menggunakan energi terbarukan adalah energi harus disimpan, terkadang berminggu-minggu atau hitungan bulan, karena angin tidak selalu bertiup dan Matahari tidak selalu bersinar.

Baca Juga: Indonesia Hujan Lebat saat Musim Kemarau, BMKG: Dampak Perubahan Iklim

Baterai dapat digunakan untuk menyimpan kelebihan energi, tetapi Facebook mengatakan bahwa menggunakan metode seperti itu mahal, terutama jika perusahaan perlu menggunakan jaringan listrik yang besar.

Ilustrasi Facebook. (Pexels)
Ilustrasi Facebook. (Pexels)

Upaya baru Facebook yang dikenal sebagai Open Catalyst Project akan berfokus ada solusi lain yang melibatkan pengubahan energi Matahari dan angin berlebih menjadi bahan bakar lain seperti hidrogen atau etanol.

Tujuan proyek ini adalah menemukan katalis berbiaya rendah untuk mempercepat reaksi kimia itu, dan memungkinkan penyimpanan energi terbarukan dengan harga yang lebih murah.

Baca Juga: Wilayah di Bumi Ini Malah Makin Dingin, Tak Terpengaruh Perubahan Iklim

Menemukan katalis baru bisa menjadi proses yang sulit karena ada banyak kemungkinan kombinasi elemen. Karena itu, Facebook mengatakan AI akan membantu memprediksi interaksi atom lebih cepat daripada simulasi yang digunakan di laboratorium. Dengan bantuan teknologi AI, prosesnya hanya memakan waktu beberapa detik.

"Karena kebutuhan energi terus meningkat dan perang melawan perubahan iklim semakin mendesak, masalah ini menawarkan kesempatan untuk memajukan AI dengan cara yang akan memiliki dampak dalam dunia nyata yang signifikan," kata Larry Zitnick, Ilmuwan Riset Facebook, seperti dikutip CNET pada Jumat (16/10/2020).

Jika proyek ini berhasil, penelitian dapat mendorong penggunaan energi terbarukan karena akan menghemat biaya untuk menyimpan energi dalam penggunaan di masa mendatang. Menurut International Renewable Energy Agency, di sebagian besar negara, menghasilkan listrik dengan menggunakan energi Matahari secara konsisten lebih murah daripada membakar batu bara atau gas di pembangkit listrik.

Baca Juga: Perubahan Iklim Disebut Penyebab Kiamat Serangga?

Itulah bagaimana Facebook menggerakkan teknologi AI dalam rangka membantu ilmuwan menemukan cara untuk melawan perubahan iklim. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait

TERKINI

Hyundai Motor Group telah mendirikan Hyundai Energy Indonesia untuk mengatur seluruh kegiatan produksi di fasilitas terkait.
sains | 10:06 WIB
Setelah sanksi AS dilayangkan ke China, serangan balik ini membuat Negeri Paman SAM berang.
sains | 16:16 WIB
Misi menjelajahi sabuk asteroid ini merupakan proyek ilmiah nasional yang besar. Apa tujuannya?
sains | 12:47 WIB
Tingkat oksigen di kedalaman laut menurun, biota Samudra Antartika terancam.
sains | 16:58 WIB
Upaya Washington untuk mengisolasi China dari pemasoknya sudah lama diantisipasi oleh Beijing, industri tetap jalan.
sains | 16:31 WIB
Ingin "ngobrol" sama kucing? Simak dulu hasil penelitian dari para ilmuwan berikut ini.
sains | 15:06 WIB
Akankah keduanya akan meracik chipset canggih untuk smartphone? Tampaknya bukan. Lantas apa yang mau digarap bareng?
sains | 14:34 WIB
Proyek chip yang dipasang di otak manusia sudah disetujui oleh Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat.
sains | 18:58 WIB
Tidak semua orang sering jadi incaran nyamuk, ternyata ini sebabnya.
sains | 14:41 WIB
Gerak semu matahari terdiri dari 2 jenis, yaitu gerak semu harian dan gerak semu tahunan, begini rinciannya.
sains | 19:02 WIB
Studi ini menemukan bahwa semakin tinggi usia smartphone pertama, semakin baik kesehatan mental yang pada orang dewasa muda.
sains | 15:28 WIB
Ada beberapa alasan mengapa China mengadopsi RISC-V. Apa saja?
sains | 13:42 WIB
Indonesia memiliki seabrek peninggalan jaman purba, yang dibuktikan dengan adanya manusia prasejarah. Apa saja jenisnya?
sains | 19:36 WIB
Perbedaan mendasar dalam struktur dan material membuat keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Apa bedanya?
sains | 19:24 WIB
Mata lelah karena HP bisa menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu, simak penjelasannya di sini.
sains | 19:13 WIB
Nyeri otot setelah olahraga bukanlah hal yang berbahaya, simak penjelasannya di sini.
sains | 19:04 WIB
Berikut adalah sederet fakta yang perlu kamu tahu tentang rabies, pencinta binatang pantang lengah.
sains | 18:58 WIB
Samsung membuat kemajuan dalam pengembangan baterai solid state, siap hadir di smartphone dan kendaraan listrik.
sains | 17:08 WIB
Tampilkan lebih banyak