Prediksi BMKG,Awal Musim Hujan Diprakirakan Tiba Akhir Oktober

BMKG memprediksi musim hujan di wilayah Indonesia Barat akan mulai pada akhir Oktober.

Agung Pratnyawan
Selasa, 08 September 2020 | 08:15 WIB
Ilustrasi hujan. [Suara.com / Alfian Winanto]

Ilustrasi hujan. [Suara.com / Alfian Winanto]

Hitekno.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan prediksinya akan awal musim hujan di wilayah Indonesia.

Menurut prediksi BMKG, awal musim hujan di wilayah Indonesia Barat diperkirakan mulai secara bertahap pada akhir Oktober mendatang.

"Sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari 2021 yaitu sebanyak 248 Zona Musim (ZOM)," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam rilis yang diterima di Jakarta, Senin (7/9/2020).

Baca Juga: Viral Fenomena Alam Unik Awan Berwarna Kuning di Wonosobo, Ini Kata BMKG

Dia menjelaskan, pemantauan BMKG hingga akhir Agustus 2020 terhadap anomali suhu muka laut pada zona ekuator di Samudera Pasifik menunjukkan adanya potensi La Nina yang berpotensi mengakibatkan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia pada saat musim hujan nanti.

Hal tersebut sejalan dengan prediksi institusi meteorologi dunia lainnya yang menyatakan ada peluang munculnya anomali iklim (La Nina).

La Nina berkaitan dengan lebih dinginnya suhu muka laut di Pasifik ekuator dan lebih panasnya suhu muka laut wilayah Indonesia, sehingga menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan.

Baca Juga: BMKG: Ini Klaster Zona Gempa Aktif di Agustus 2020

Sementara itu di Samudra Hindia, pemantauan terhadap anomali suhu muka laut menunjukkan kondisi IOD negatif. IOD negatif menandai suhu muka laut di Samudra Hindia sebelah barat Sumatera lebih hangat dibandingkan suhu muka laut Samudra Hindia sebelah timur Afrika.

Pejalan kaki melintas ditengah hujan di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (9/6). [Suara.com/Alfian Winanto]
Pejalan kaki melintas ditengah hujan di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (9/6). [Suara.com/Alfian Winanto]

Hal ini juga menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan, khususnya untuk wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi IOD negatif berpeluang bertahan hingga akhir 2020.

Kondisi La Nina dan IOD negatif tersebut diprediksi mengakibatkan sebagian wilayah Indonesia atau 27,5 persen ZOM berpotensi mengalami musim hujan yang cenderung lebih basah dari pada rerata klimatologisnya.

Baca Juga: BMKG: Selama Agustus, Jumlah Gempa Tektonik Naik Drastis Jadi 804 Kali

Meski secara umum kondisi musim hujan 2020/2021 di sebagian besar wilayah Indonesia yaitu pada 243 ZOM atau 71 persen diprakirakan normal atau sama dengan rerata klimatologisnya.

Deputi Klimatologi BMKG, Herizal menjelaskan, datangnya musim hujan umumnya berkaitan erat dengan peralihan Angin Timuran yang bertiup dari Benua Australia (Monsun Australia) menjadi Angin Baratan yang bertiup dari Benua Asia (Monsun Asia).

Ia menambahkan bahwa peralihan angin monsun diprediksi akan dimulai dari wilayah Sumatera pada Oktober 2020, lalu wilayah Kalimantan, kemudian sebagian wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara pada November 2020 dan akhirnya Monsun Asia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada Desember 2020 hingga Maret 2021.

Baca Juga: Indonesia Hujan Lebat saat Musim Kemarau, BMKG: Dampak Perubahan Iklim

Dari total 342 ZOM di Indonesia, sebanyak 34,8 persen diprediksi akan mengawali musim hujan pada Oktober 2020, yaitu di sebagian Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Sebanyak 38,3 persen wilayah akan memasuki musim hujan pada November 2020, meliputi sebagian Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Sementara itu 16,4 persen di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTB, NTT dan Papua akan masuk awal musim hujan di bulan Desember 2020. 

Itulah prediksi BMKG yang memperkirakan awal musim hujan akan mulai tiba pada awal Oktober untuk Indonesia Barat. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak