Prediksi Peneliti, Puluhan Ribu Kasus COVID-19 Tak Terdeteksi di Indonesia

Berikut beberapa faktor yang mendukung prediksi peneliti tersebut.

Agung Pratnyawan
Jum'at, 27 Maret 2020 | 13:17 WIB
Ilustrasi virus corona. (Pixabay/ iXimus)

Ilustrasi virus corona. (Pixabay/ iXimus)

Hitekno.com - Para peneliti dan ahli kesehatan dunia banyak menyoroti penanganan virus corona baru penyebab COVID-19. Bahkan peneliti prediksi puluhan ribu kasus virus corona di Indonesia tak terdeteksi.

Pada Senin (23/3/2020), London School of Hygiene And Tropical Medicine memprediksi bahwa sebenarnya Indonesia memiliki puluhan ribu kasus corona yang tidak terdeteksi.

Mengalihbahasakan dari The Guardian, para peneliti itu mengasumiskan bahwa kasus yang sudah dikonfirmasi di Indonesia yakni 790 per Rabu (25/3/2020) adalah hanya dua persen dari kasus sebenarnya.

Baca Juga: Peneliti Sebut Separuh Penduduk Indonesia Bisa Terinfeksi Jika Tak Lockdown

Artinya, ada lebih dari 30 ribuan kasus COVID-19 di Indonesia namun belum terdeteksi. Prediksi tersebut menurut The Guardian, didukung oleh berbagai alasan, antara lain:

Respon Terlambat dan Tes Minim

Ilustrasi virus corona. (Shutterstock)
Ilustrasi virus corona. (Shutterstock)

Sejauh ini, pemerintah telah melakukan tes pada 2.863 orang. Jumlah tes tersebut masih jauh dari angka demografi di Indonesia yang mencapai 264 juta jiwa.

Baca Juga: CEK FAKTA: Virus Corona Tidak Menular Lewat Udara, Ini Penjelasan WHO

Tak hanya tes yang minim, respon terlambat pemerintah juga berisiko menaikkan angka kasus tersembunyi.

Kelambatan merespon virus corona bisa terlihat ketika negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura sudah mulai bergerak sejak Februari. Sementara Indonesia melakukan tindakan responsif pada bulan Maret.

Sebelumnya, penelitian Harvard juga sempat menyatakan, bahwa ada kemungkinan virus corona tak terdeteksi muncul di Indonesia. Namun saat itu penelitian tersebut tidak digubris oleh Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto.

Baca Juga: Penelitian Baru, Virus Corona Bisa Bertahan Lama di Permukaan Benda

Fasilitas Kesehatan

Sejumlah petugas menyiapkan peralatan medis yang akan digunakan untuk Rumah Sakit Darurat penanganan COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Minggu (22/3). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Ilustrasi tes corona. [Shutterstock]

Akses ke layanan kesehatan berkualitas terbatas di hanya di provinsi. Analis Reuters menunjukkan, bahwa sistem kesehatan Indonesia secara signifikan kurang memiliki sumber daya yang baik dibandingkan dengan Italia atau Korea Selatan (negara dengan wabah besar).

Menurut data Kementerian Kesehatan, Indonesia memiliki 321.544 tempat tidur rumah sakit. Maka perbandingannya, yaitu hanya ada 12 tempat tidur untuk 10.000 orang.

Baca Juga: Menurut Peneliti, Inilah Tempat Teraman dari Penyebaran Virus Corona

Data WHO pada 2017 juga menunjukkan, Indonesia hanya memiliki sumber daya dokter yang masih minim. Perbandingan antara dokter dan pasien mencapai 4:10.000 atau setiap dokter menanggung 2.500 orang.

Tak hanya soal sumber daya, The Guardian juga mencatat peralatan medis di Indonesia masih kurang. Bahkan para tenaga medis menggunakan jas hujan untuk menggantikan hazmat.

Sudah Menyebar ke Daerah

Wabup Sidoarjo turun tangan makamkan jenazah pasien corona. (Facebook/Nur Ahmad Syaifuddin)
Wabup Sidoarjo turun tangan makamkan jenazah pasien corona. (Facebook/Nur Ahmad Syaifuddin)

Menurut angka resmi, Ibu Kota Jakarta dengan penduduk sekitar 9,6 juta orang menjadi kota dengan penyebaran wabah terparah. Sayangnya, COVID-19 sudah mulai mewabah ke daerah-daerah lain.

Kasus demi kasus sudah menyebar ke Jawa Barat, Banten, DIY, Jawa Tengah, hingga Papua. Di Papua Barat, provinsi paling timur Indonesia, tiga kasus telah dikonfirmasikan sementara 35 orang telah diawasi karena memiliki gejala pneumonia dan telah melakukan kontak dengan pasien.

Kasus yang mulai terjadi di daerah-daerah, terutama di Indonesia bagian timur cukup mengkhawatirkan. Hal ini sempat dinyatakan oleh Muhammad Zulfikar Rahmat dan Dikanaya Tarahita, dua peneliti Indonesia melalui South China Morning Post (SCMP).

Menurut mereka, kasus corona akan sulit terdeteksi di daerah timur Indonesia karena fasilitas medis yang kurang ditambah dengan kesadaran yang rendah.

Daerah-daerah timur Indonesia adalah daerah dengan fasilitas kesehatan termiskin. Perbandingan dokter dan pasien sebesar 1 banding 6.250 padahal anjuran WHO adalah 1 dokter banding 600 warga.

Kapan Corona Berakhir?

Ilustrasi tes corona. [Shutterstock]
Ilustrasi tes corona. [Shutterstock]

Penasihat senior Direktur Jenderal WHO, Dr Bruce Aylward menyatakan, wabah virus corona COVID-19 masih sangat mungkin menyebar di berbagai penjuru dunia berbulan-bulan ke depan.

"Jika kembali melihat China, mereka mengidentifikasi virus pada awal Januari,  mereka melakukan segalanya, dan memperkirakan mungkin akhir Maret akan bebas dari corona, ya berarti 3 bulan ya," kata Bruce Aylward kepada Time.

Namun, kata dia, jangka waktu itu bisa berbeda jika negara-negara tidak setanggap China atau Korea Selatan.

"Sekarang kalau kita lihat Eropa, Amerika Utara dan Timur tengah, pertumbuhan kasusnya meningkat terus menerus. Negara-negara ini masih menghadapi tantangan selama berbulan-bulan ke depan," tambahnya.

Indonesia Mulai Berbenah

Rapid test virus corona. (Suara.com/Emi)
Rapid test virus corona. (Suara.com/Emi)

Pemerintah Indonesia mulai berbenah, muali dari menjadikan wisma atlet sebagai rumah sakit darurat corona. Alat-alat kesehatan yang diimpor dari China sudah mulai berdatangan pun dengan persiapan Avigan dan Klorokuin sebagai pengobatan.

Presiden Joko Widodo juga mengumumkan upaya pengujian besar-besaran di seluruh negeri, yaitu dengan Rapid Test. Kita hanya bisa berharap ini akan sesuai yang dijanjikan.

Kalau tidak bebenah, Indonesia mungkin kasus virus corona tidak terdeteksi akan lebih banyak lagi. (Suara.com/ Fita Nofiana).

Catatan dari Redaksi:
Mari bijaksana menerapkan aturan jaga jarak dengan orang lain atau physical distancing, sekitar 1,5 m persegi, dan tetap tinggal di rumah kecuali keperluan mendesak seperti berbelanja atau berobat. Bersama-sama, kita bisa mengatasi pandemi Coronavirus Disease atau COVID-19. Suara.com bergabung dalam aksi #MediaLawanCOVID-19

Jika Anda merasakan gejala batuk-batuk, demam, dan lainnya serta ingin mengetahui informasi yang benar soal Virus Corona COVID-19, silakan hubungi Hotline Kemenkes 021-5210411 atau kontak ke nomor 081212123119

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak