Sistem AI Bisa Meramal Kematian, Ilmuwan Penciptanya Malah Kebingungan

Meski makin canggih, kemampuan sistem AI ini juga cukup "mengerikan" untuk dipahami!

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Selasa, 12 November 2019 | 12:30 WIB
Ilustrasi frekuensi detak jantung. (Pixabay/ Clker-Free-Vector-Images)

Ilustrasi frekuensi detak jantung. (Pixabay/ Clker-Free-Vector-Images)

Hitekno.com - Saat ini, sistem AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan sedang dikembangkan oleh ilmuwan sehingga nantinya di masa depan akan tercipta Super AI yang berguna untuk manusia. Ilmuwan dibuat kebingungan dengan suatu kasus langka yang membuat AI justru "berpikir sendiri" di luar algoritma sehingga dapat meramal kematian seseorang.

Para ilmuwan dari layanan kesehatan Geisinger, Pennsylvania telah melatih AI untuk memprediksi pasien mana yang berisiko meninggal lebih tinggi di tahun berikutnya.

Mereka memasukkan 1,77 juta data electrocardiogram (ECG) dari 400 ribu pasien ke dalam sistem AI.

Baca Juga: Teknologi Kecerdasan Buatan Ini Mampu Deteksi Alzheimer dengan Lebih Cepat

Itu dilakukan agar sistem dapat mendeteksi pola yang dapat mengindikasikan masalah jantung di masa depan termasuk serangan jantung dan atrial fibrilasi.

Sebagai referensi, ECG atau EKG adalah sebuah grafik dari tes diagnosa yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.

EKG dapat mengidentifikasi apabila terdapat aliran darah yang tidak normal yang mempengaruhi kinerja jantung.

Baca Juga: Kecerdasan Buatan Jadi Pembaca Berita, Perlahan Gantikan Manusia

Brandon Fornwalt, selaku pemimpin penelitian sengaja melatih dua versi AI.

Ilustrasi ECG. (Pixabay/ PublicDomainPictures)
Ilustrasi ECG. (Pixabay/ PublicDomainPictures)

Versi pertama hanya diberi data ECG mentah yang mengukur tegangan dari waktu ke waktu sementara versi kedua diberikan data ECG yang mengandung kombinasi usia dan jenis kelamin pasien.

Dilansir dari New Scientist, para ilmuwan mengukur kinerja AI menggunakan metrik yang dikenal sebagai AUC.

Baca Juga: Ilmuwan Percaya Kecerdasan Buatan Lebih Berbahaya dari Teroris

Metrik AUC akan mengukur seberapa baik model membedakan antara dua kelompok orang yang terbagi antara pasien yang meninggal dalam waktu satu tahun dan mereka yang selamat.

AI secara konsisten mencetak di atas angka 0,85 di mana skor sempurna adalah 1 dan skor 0,5 menunjukkan tidak ada perbedaan di antara kedua kelompok.

Fornwalt menjelaskan bahwa AUC untuk model penilaian yang saat ini digunakan oleh dokter berkisar 0,65 hingga 0,8.

Baca Juga: Kini Kecerdasan Buatan Bisa Melucu Hingga Bikin Meme Sendiri

Secara akurat, AI dapat memperkirakan risiko kematian bahkan pada orang yang dianggap oleh ahli jantung memiliki ECG normal.

Ilustrasi kecerdaan buatan. (Pixabay/ Gordon Johnson)
Ilustrasi kecerdasan buatan. (Pixabay/ Gordon Johnson)

Tiga ahli jantung yang secara terpisah meninjau data ECG yang tampak normal tidak dapat mengambil pola risiko yang terdeteksi oleh sistem AI atau sistem kecerdasan buatan tersebut.

"Penemuan menunjukkan bahwa model tersebut dapat melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat manusia atau setidaknya yang kita abaikan dan kita anggap normal. AI berpotensi mengajarkan hal-hal yang mungkin kita salah tafsirkan selama beberapa dekade," kata Fornwalt.

Masih belum jelas pola apa yang diambil AI, yang membuat ilmuwan bingung serta beberapa dokter enggan menggunakan algoritma tersebut.

Penelitian mengenai sistem AI yang dapat meramal kematian ini akan dipresentasikan pada tanggal 16 Novemvember 2019 di acara American Heart Association’s Scientific Sessions, Dallas, Amerika Serikat.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak