Baterai Mobil Listrik Kini Bisa Bertahan 2.400 KM, Revolusi Industri Mulai!

Berkat penemuannya, revolusi industri mobil listrik masa depan bisa dimulai di tahun 2020.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Kamis, 24 Oktober 2019 | 19:00 WIB
Ilustrasi mobil listrik. (Pixabay/ MikesPhotos)

Ilustrasi mobil listrik. (Pixabay/ MikesPhotos)

Hitekno.com - Revolusi mobil listrik masa depan kemungkinan bisa dimulai pada tahun 2020. Hal itu karena seorang ilmuwan berhasil menemukan baterai mobil listrik yang bisa bertahan hingga 1.500 mil atau sekitar 2.414 kilometer dalam sekali pengisian daya.

Ilmuwan sekaligus penemu jenius tersebut bernama Trevor Jackson, mantan perwira dari Angkatan Laut Britania Raya (Royal Navy).

Trevor Jackson dapat menemukan baterai mobil listrik yang kemampuannya bahkan 4 kali lipat kemampuan baterai top industri saat ini.

Baca Juga: Elon Musk Ingin Memasukkan Cuphead ke Mobil Tesla

Berkat penemuan dan inovasinya, Jackson telah membuat kesepakatan dengan perusahaan swasta untuk memproduksi perangkat penemuannya dalam skala besar di Inggris.

Masih belum jelas berapa nilai kontrak awalnya, namun analis memperkirakan bahwa Jackson bisa mendapatkan kontrak bernilai jutaan poundsterling atau puluhan miliar rupiah.

Ilustrasi mobil listrik saat pengisian daya. (Pixabay/ Menno de Jong)
Ilustrasi mobil listrik saat pengisian daya. (Pixabay/ Menno de Jong)

Baterai tidak hanya dapat menggerakkan mobil listrik dalam skala yang tidak mungkin dilakukan oleh baterai listrik konvensional, namun baterai juga bisa digunakan untuk menggerakkan bus, truk, bahkan pesawat.

Baca Juga: Andalkan Fitur Autopilot, Pengemudi Tesla Tewas Tabrak Truk

Setelah bekerja sama dengan Jackson dan memanfaatkan patennya, Austin Electric akan mulai memasukkan teknologi tersebut ke dalam kendaraan mereka mulai tahun 2020.

Kepala Eksekutif Austin Electric, Danny Corcoran menjelaskan bahwa penemuan dari Jackson dapat membuat revolusi industri mobil listrik.

"Ini dapat membantu memicu revolusi industri berikutnya. Kemampuan dibandingkan baterai kendaraan listrik konvensional sangat besar dan itu sangat menguntungkan," kata Corcoran dikutip dari Daily Mail.

Baca Juga: Pecahkan Rekor, Baterai Baru Tesla Bisa Beroperasi 1,6 Juta Kilometer

Ilustrasi Trevor Jackson yang menemukan baterai listrik yang bisa bertahan hingga 2.400 kilometer. (YouTube/ Electric Vehicle)
Ilustrasi Trevor Jackson yang menemukan baterai listrik yang bisa bertahan hingga 2.400 kilometer. (YouTube/ Electric Vehicle)

Hal yang membuat Jackson diacungi jempol adalah perjuangannya mengembangkan baterai tersebut.

Ternyata, Trevor Jackson telah menemukan teknologi ini lebih dari satu dekade lalu dan ia mendapatkan perlawanan dari industri mobil konvensional.

Trevor Jackson mengklaim dirinya pernah dihambat oleh produsen besar ketika perusahaan mereka mencoba melobi Kantor Luar Negeri Inggris.

Baca Juga: SIN Biomega, Mobil Listrik Mini Masa Depan

Jackson menceritakan bahwa lobi yang dilakukan bertujuan untuk melarang penemuannya dari acara resmi yang membahas potensi mobil listrik masa depan.

"Ini adalah pertarungan yang sulit, tetapi saya akhirnya membuat kemajuan. Dari setiap sudut pandang logis, ini adalah cara untuk maju," kata Trevor Jackson.

Ia mulai mempelajari kemampuan benda memproduksi listrik dengan mencelupkan aluminium ke dalam larutan kimia yang dikenal sebagai elektrolit.

Meskipun teknologi tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an, masalahnya adalah bahwa elektrolit itu, sampai saat ini, sangat berbahaya dan beracun.

Dari situlah penemuan datang karena Jackson berhasil menciptakan solusi yang aman.

Inovasinya membuat elektrolit menjadi tidak beracun dan bahkan ia telah mendemonstrasikan dengan meminumnya di depan para investor.

Apabila berhasil di Inggris dan Eropa, inovasi teknologi baterai mobil listrik milik Trevor Jackson diharapakan juga akan dikenalkan ke pasar Asia.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak