Jepang Menyetujui Eksperimen Hibrida Manusia-Hewan, Ini Syarat Khususnya

Eksperimen hibrida manusia-hewan diharapkan dapat berguna untuk transplantasi di masa depan.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Kamis, 01 Agustus 2019 | 08:00 WIB
Ilustrasi embrio hibrida manusia dan tikus. (Kolase Jurnal Cell dan Pixabay)

Ilustrasi embrio hibrida manusia dan tikus. (Kolase Jurnal Cell dan Pixabay)

Hitekno.com - Selama bertahun-tahun, ilmuwan dibuat kesulitan dan menghadapi pertentangan ketika melakukan eksperimen pengembangan embrio hibrida manusia-hewan. Meski sebelumnya memancing kontroversi, kini eksperimen hibrida manusia-hewan telah diizinkan di Jepang dengan syarat cukup ketat.

Banyak negara di dunia yang membatasi dan melarang praktik eksperimen hibrida manusia-hewan karena dianggap tidak etis.

Namun, Jepang berani membuka tutup kotak Pandora dan mengizinkan eksperimen tersebut kepada ilmuwan tertentu.

Baca Juga: Mirip Vampir, Pria Ini Biarkan Hewan Peliharaan Sedot Habis Darahnya

Seorang ilmuwan sekaligus ahli biologi sel induk, Hiromitsu Nakauchi, sangat senang karena ia termasuk peneliti pertama yang mendapatkan izin dari pemerintah Jepang.

Sejak larangan pada tahun 2014, tidak ada satu peneliti pun yang berani mengembangkan sel embrio manusia-hewan karena sangat terlarang.

Embrio hibrida babi dan manusia. (YouTube/ Insider)
Embrio hibrida babi dan manusia. (YouTube/ Insider)

Nakauchi telah berpindah dari satu negara ke negara lain dalam mengejar mimpinya.

Baca Juga: AC Berbunyi Aneh, Setelah Diperiksa Ditemukan Hewan Menyeramkan Ini

Salah satu mimpinya adalah pada suatu hari nanti, ilmuwan dapat menumbuhkan organ manusia yang disesuaikan pada hewan seperti domba dan babi.

Hanya melalui eksperimen hibrida manusia-hewan maka hal tersebut bisa terjadi.

Lebih dari 116 ribu pasien berada dalam daftar tunggu transplantasi di Amerika Serikat.

Baca Juga: Kejamnya Laut Dalam, Hiu Bisa Dimakan oleh Hewan Menyeramkan Ini

Nakauchi berharap bahwa suatu saat nanti, ia dan ilmuwan lainnya dapat memecahkan masalah tersebut sehingga dapat mengembangkan organ manusia di dalam tubuh hewan.

Tujuan utama itu masih jauh, namun setidaknya pemberian izin eksperimen ini bisa menjadi lampu hijau dan langkah pertama untuk melakukannya.

Ilmuwan pernah mengembangkan embrio hibrida babi-manusia dalam periode yang sementara. (YouTube/ Insider)
Ilmuwan pernah mengembangkan embrio hibrida babi-manusia dalam periode yang sementara. (YouTube/ Insider)

"Kami tidak berharap untuk membuat organ manusia dalam waktu dekat. Tetapi ini memungkinkan kami untuk membuat penelitian kami lebih maju berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh saat ini," kata Nakauchi dikutip dari Science Alert.

Baca Juga: Ilmuwan Ciptakan Sel Hibrida, Campuran Manusia dan Domba

Percobaan akan dimulai dengan menyuntikkan sel induk berpotensi majemuk yang diinduksi sel manusia ke dalam embrio tikus dan hewan pengerat lainnya.

Tujuannya agar embrio hewan pengerat menggunakan sel manusia untuk membangun pankreasnya sendiri.

Selama dua tahun, peneliti akan memonitor organ dan otak mereka dalam proses tersebut.

Sebelum ini, ilmuwan sebenarnya telah mengembangkan embrio hibrida seperti embrio babi-manusia dan domba-manusia.

Namun para ilmuwan tersebut belum pernah diizinkan untuk berkembang lebih jauh lagi.

Syarat yang harus dipenuhi dari pemerintah Jepang sangat ketat.

Ilmuwan hanya boleh mengembangkan embrio hanya untuk perawatan pankreas saja.

Jika tim pengawas mendeteksi lebih dari 30 persen otak tikus mengandung sel manusia, maka eksperimen langsung ditutup oleh pemerintah Jepang saat itu juga.

Hal tersebut merupakan syarat agar mencegah hewan yang "dimanusiakan" tidak berkembang lebih lanjut.

Makhluk yang berkembang dari hewan dan penuh dengan sel manusia ditakutkan menjadi mutan yang mungkin berbahaya dan tidak etis untuk dikembangkan.

Pemberian izin eksperimen hibrida manusia-hewan hanya ditujukan untuk kepentingan medis dan diharapkan akan berguna di masa depan.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak