NASA Beri Penjelasan Mengenai Meteor yang Meledak di Laut Bering

Walaupun sudah meledak pada 18 Desember 2018, para ilmuwan NASA baru saja menemukan bekas ledakan meteor tersebut.

Agung Pratnyawan | Amelia Prisilia
Rabu, 27 Maret 2019 | 15:30 WIB
Ilustrasi meteor. (pixabay/AlexAntropov86)

Ilustrasi meteor. (pixabay/AlexAntropov86)

Hitekno.com - Belum lama ini, NASA melaporkan mengenai meteor dengan bobot 1.360 ton yang meledak di atas permukaan Bumi tepatnya di Laut Bering yang berada di antara Rusia dan Alaska, Amerika Serikat.

Meteor besar ini memiliki kekuatan ledak hingga 10 kali lebih besar dari bom atom Hiroshima menjadikanya sebagai ledakan meteor kedua terbesar yang pernah terjadi di Bumi dalam kurun 30 tahun terakhir.

Dilansir dari Suara.com, meteor tersebut memiliki diameter sebesar 10 meter dan terbang di atmosfer dengan kecepatan mencapai 115.200 km/jam.

Baca Juga: Bahas PUBG Bareng Kominfo dan Asosiasi eSports, MUI Belum Keluarkan Fatwa

Sebelum menyentuh Bumi, meteori ini meledak pada ketinggian 25 kilometer dari permukaan laut dengan kekuatan ledakan sebesar 173 kiloton.

Meteor macam ini cukup langka dan hanya terjadi dua atau tiga kali dalam 100 tahun. Sebelumnya, ledakan meteor yang sama pernah tejadi di tahun 2013 di Chelyabinks, Rusia.

Tanda hitam tersebut adalah bekas meteor. (NASA)
Tanda hitam tersebut adalah bekas meteor. (NASA)

Walaupun sudah meledak pada 18 Desember 2018, para ilmuwan NASA baru saja menemukan bekas ledakan meteor tersebut.

Baca Juga: Ini yang Akan Muncul Jika Gunakan Keyword 'Negara Bodoh' di Google

Hal ini lalu yang menimbulkan tidak adanya peringatan apa pun saat objek tersebut masuk dan mendekat ke Bumi.

NASA mengaku jika kamera satelit mereka memang mengabaikan kedatangan meteor tersebut. Padahal dua satelit Terra, Moderate Resolution Imaging SpectroRadiometer (MODIS) dan Multi-angle Imaging SpectroRadiometer (MISR) sudah menangkap ledakan bola api ini pada akhir tahun lalu.

Punya daya ledak meteor yang besar rupanya menurut NASA, meteor tersebut berukuran lebih kecil. Hal ini lalu yang membuat meteor ini lolos dari pantauan NASA. Pasalnya, NASA biasanya hanya akan mengawasi objek-objek berukuran 460 kaki atau 140 meter yang berada di dekat Bumi.

Baca Juga: Ngalahin Dilan, Gombalan Bocah di Facebook Ini Viral

Walaupun memiliki ukuran mungil, meteori ini rupanya memiliki bola api yang paling besar yang pernah diamati oleh NASA sejak tahun 2013.

NASA. (NASA)
NASA. (NASA)

Tidak terlalu berbahaya karena pecah sebelum mendekati Bumi, para ilmuwan berpendapat jika meteor macam ini tetap perlu diwaspadai.

Mengingat sedikit mengenai tragedi di Chelyabinsk, Rusia pada 2013. Meteor yang datang saat itu berukuran sekitar 66 kaki yang dua kali lebih besar dari ukuran meteori yang meledak di atas Laut Bering.

Kejadian ini melukai lebih dari 1.000 orang, 112 di anatranya mengalami cedera cukup serius hingga perlu dirawat secara intensif di rumah sakit.

Banyak ilmuwan yang memperkirakan bahwa meteor yang jatuh di Laut Bering ini tiga kali lebih besar dari meteori Chelyabinsk di Rusia.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak