Begini Cara Kerja Teknologi Tsunami Warning System

Kamu harus tahu, sistem ini dapat menolong banyak nyawa.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta
Selasa, 02 Oktober 2018 | 08:00 WIB
Ilustrasi Tsunami. (Monthly Winner)

Ilustrasi Tsunami. (Monthly Winner)

Hitekno.com - Sistem peringatan dini tsunami atau dikenal sebagai Tsunami Warning System (TWS) merupakan sebuah sistem yang wajib diterapkan di seluruh garis pantai.

Alat itu biasanya ditempatkan di negara dengan garis pantai terpanjang dan rawan gempa seperti di Indonesia.

Gempa besar dan tsunami di Palu yang menelan banyak korban ternyata sebelumnya sudah ada peringatan dari BMKG mengenai tsunami yang akan terjadi.

Baca Juga: Telepon Satelit Jadi Andalan Saat Bencana Gempa Palu

Bisa dibayangkan apabila tidak terdapat peringatan dini tsunami, korban bisa semakin bertambah banyak.

Sistem peringatan dini tsunami diterapkan di Indonesia karena negara kita mempunyai catatan sejarah cukup panjang terkait gempa.

Kita juga berkaca pada tsunami besar yang melanda Aceh pada Desember 2004 yang menelan korban ratusan ribu orang.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Alat Pembaca Pikiran, Tiga Otak Bisa Terhubung

Peringatan dini tsunami dari BMKG. (Twitter/ @InfoBMKG)
Peringatan dini tsunami dari BMKG. (Twitter/ @InfoBMKG)

Pada tanggal 14 November 2008, German Indonesian Tsunami Early Warning System (GITEWS) milik Jerman resmi diterapkan di Indonesia.

Tidak seperti sistem peringatan tsunami sebelumya, sistem ini menggunakan prosedur dan teknologi ilmiah yang lebih sesuai dengan kondisi geologi Indonesia.

Ilmuwan yang mengembangkan teknologi tersebut merupakan ilmuwan berpengalaman dari Jerman.

Baca Juga: Palu Salah Satunya, Ini 5 Tsunami Terbesar di Indonesia

Dikutip dari New Atlas, data yang ada menunjukkan bahwa 90 persen tsunami bermula sebagai akibat dari gempa bumi.

Meski berbeda nama serta berbeda teknologi terkait kondisi geologi, cara kerja sistem peringatan dini tsunami hampir sama di setiap negara.

Cara kerja GITEWS. (New Atlas)
Cara kerja GITEWS. (New Atlas)

Di Indonesia, menggunakan jaringan seismologi dengan lebih dari 120 stasiun, perangkat lunak GITWES yang disebut Seis ComP3 dapat menentukan lokasi dan besarnya gempa dalam beberapa menit.

Baca Juga: Pantau Gempa Palu, Fitur Facebook Ini Bantu dan Cari Tahu Kerabat

Unit pengukur bawah laut mengirim data ke pelampung yang ada di permukaan air dan data ini akan diteruskan ke pusat komando peringatan.

Antena GPS pada pelampung digunakan untuk menentukan permukaan laut dan gerakan yang tidak teratur.

Prosedur pengukuran dan penyaringan inovatif memungkinkan informasi gerakan laut dapat diterima oleh sistem.

Simulasi komputer digunakan untuk menghitung terlebih dahulu faktor risiko kemungkinan tsunami, dengan mempertimbangkan informasi populasi, infrastruktur, tinggi gelombang dan waktu kedatangan.

Aliran data dan informasi tadi berubah menjadi Decision Support System (DSS) dan petugas yang bertanggung jawab menentukan apakah peringatan tsunami akan dikeluarkan atau tidak.

Begitu informasi telah dianalisis, berbagai organisasi akan diperingatkan, termasuk otoritas pemerintah dan pasukan penyelamat.

Deteksi dini tsunami sangat penting mengingat gelombang tsunami mempunyai kecepatan seperti pesawat jet. Menurut ilmuwan, tinggi gelombang tsunami bahkan dapat mencapai hingga 30 meter.

Sistem peringatan dini tsunami dapat membantu melakukan evakuasi darurat dan meminimalisir korban ketika bencana sedang terjadi.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak