Hitekno.com - Jika pada bulan Agustus 1945, Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia. Pada bulan yang sama, Jepang berduka karena jatuhnya bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki.
Kejadian ini memberikan trauma mendalam bagi warga Jepang, terkhusus Hiroshima dan Nagasaki.
Baca Juga
Infinix Rilis Thunder Charger 180W, Isi Baterai 50 Persen Cuma Butuh 4 Menit
Samsung Galaxy Note Dirumorkan Tutup Usia, Digantikan Galaxy S Ultra
Penjualan Ponsel di Dunia Diperkirakan Turun Tahun Ini
Apple dan Google Diminta Hapus TikTok dari Toko Aplikasi
Cara Membuka Email yang Lupa Password, Mudah!
Beberapa potret mengerikan pada saat kejadian mengerikan ini terjadi, dibagikan dalam laman Mail Online setelah sebelumnya disimpan oleh militer Amerika Serikat.

Potret di atas diambil oleh Yosuke Yamahata, seorang fotografer militer yang berasal dari Jepang. Pada saat itu, ia diberi tugas oleh pemerintah untuk memotret kejadian tersebut.
Berikut beberapa potret mengerikan lainnya yang berasal dari kejadian bersejarah tersebut.
1. Awan besar yang ada di foto ini adalah gelombang radioaktif dari bom yang baru saja dijatuhkan di Nagasaki. Awan ini terlihat dari 9,6 kilometer jauhnya di Koyagi-jima pada 9 Agustus 1945. Bom atom tersebut dijuluki sebagai 'Fat Man'.

2. Sebelah kiri adalah salah satu jam dari puing-puing Hiroshima yang berhenti pada pukul 8.15 pagi, saat ledakan bom nuklir tersebut terjadi. Sebelah kanan adalah bayangan manusia yang tercetak karena panas dari ledakan yang terjadi.

3. Potret beberapa warga Hiroshima yang menunjukkan kulitnya yang tertutup bekas luka bakar yang disebabkan oleh bom kiriman ini.

4. Dua orang berjalan melewati puing-puing Hiroshima setelah hancur karena ledakan besar tersebut.

5. Foto bagian kiri adalah kerangka seorang korban tergeletak setelah seluruh tubuhnya meleleh hancur karena panasnya ledakan yang terjadi. Sedangkan bagian kanan adalah sebuah salib yang hancur dan bengkok karena ledakan.

Tak jarang foto-foto korban bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki masih meninggalkan kengerian hingga kini.