Apa Itu Awan Kumulonimbus? Bagaimana Proses Terjadinya?

Berikut ini penjelasan apa itu awan Kumulonimbus lengkap dengan bagaimana proses terjadinya.

Agung Pratnyawan
Senin, 06 Maret 2023 | 17:47 WIB
Ilustrasi Awan Kumulonimbus. (Pixabay)

Ilustrasi Awan Kumulonimbus. (Pixabay)

Hitekno.com - Awan Kumulonimbus atau Cumulonimbus menjadi salah satu awan yang dianggap cukup mengerikan. Namun apa itu awan Kumulonimbus dan seperti apa penjelasannya.

Indonesia juga pernah kedatangan awan ini pada tahun 2021 lalu. Ya, pada 21 Januari 2021, awan Kumulonimbus terlihat di Wonogiri, Jawa Tengah.

Keberadaan awan yang mirip puting beliung ini sempat mengegerkan warga sekitar.

Baca Juga: Jenis Awan yang Berbahaya untuk Penerbangan, Apa Saja?

Meski demikian tidak ada kerusakan yang terjadi akibat keberadaan awan ini karena memang awan Kumulonimbus tidak bersifat merusak.

Berikut tim HiTekno.com rangkum penjelasan soal apa itu awan Kumulonimbus di bawah ini.

Lalu sebenarnya, apa awan Kumulonimbus itu?

Baca Juga: 4 Jenis Awan yang Tak Menimbulkan Hujan Berikut Ciri-cirinya yang Perlu Kamu Ketahui

Awan Kumulonimbus merupakan awan yang terbentuk akibat dari hujan dan badai petir yang terjadi di satu wilayah.

Awan ini juga merupakan variasi dari nimbus atau awan bantalan presipitasi yang rata-rata kebanyakan terbentuk di bawah 20.000 kaki dan relatif dekat dengan daratan.

Pada beberapa kasus, bentuk dari awan Kumulonimbus ini mirip seperti puting beliung sehingga tampak menakutkan. Apalagi kebanyakan awan Kumulonimbus berwarna gelap.

Baca Juga: 6 Jenis Awan yang Menimbulkan Hujan Berikut Ciri-cirinya

Ilustrasi Awan Kumulonimbus. (Pixabay)
Ilustrasi Awan Kumulonimbus. (Pixabay)

Proses terjadinya awan Kumulonimbus 

Awan kumulonimbus bisa terjadi ketika uap air ditarik ke atas oleh arus udara yang kuat.

Kondisi cuaca yang bisa menjadi penyebab pembentukan awan tersebut meliputi massa udara yang tidak stabil, kelembaban yang cukup, dan gaya ke atas (biasanya disediakan oleh panas). 

Baca Juga: Lihat Penampakan Awan Misterius Ini, Mendadak Ramai Picu Teori Konspirasi

Jenis awan ini biasanya terbentuk di daerah tropis, meski demikian, beberapa awan kumulonimbus juga bisa ditemukan di wilayah bersalju.

Seperti disebutkan, ketika uap air (kelembaban) ditarik ke atas melalui massa udara yang tidak stabil pada cuaca yang panas, maka awan cumulonimbus akan mulai terbentuk. 

Awan vertikal monumental ini dapat berevolusi dari jenis awan kumulus lainnya, yang menggantung sekitar 6.000 kaki di udara, tetapi awan akan terus terbentuk dan tumbuh, membentang hingga setinggi 40.000 kaki dan seterusnya!

Begitu titik kritis tertentu tercapai, awan masif ini akan mulai mencurahkan energinya dalam bentuk presipitasi, seringkali dalam badai yang singkat dan dahsyat. 

Sebagian besar awan kumulonimbus akan membuang isinya dalam waktu sekitar 20 menit, dan kemudian mulai menghilang.

Akan tetapi hujan deras yang diakibatkannya seringkali dapat menyebabkan kerusakan dan banjir bandang.

Jenis-jenis awan kumulonimbus

Ada dua jenis awan kumulonimbus yakni Cumulonimbus calvus dan Cumulonimbus capillatus.

Perbedaan keduanya terlihat dari penampilan paling atas, yang pertama menggembung tapi padat, sedangkan yang terakhir lebih tersebar dan kabur, seperti awan cirrus.

Itulah pengertian tentang apa itu awan kumulonimbus yang telah dirangkum Hitekno.com untuk kamu.

Kontributor: Damai Lestari
Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak